Semua kisah dan kesenanganku terhadap alam terasa tak terbatas waktu, dimulai dari hal yang tak pernah kupikirkan hingga semua ini telah terjadi dan pelan namun pasti, gunung telah kudaki serta sungai telah kuseberangi. Semua kini karena cintaku pada alam Indonesia ini makin terasa kental dan tak tergantikan.
Kuawali petualanganku semasa masih duduk di SMA. Aku di ajak oleh kakak kelasku untuk menyambangi Gunung Merbabu di Jawa Tengah.Semua berjalan lancar tanpa berpikir apa-apa dan hanya sekedar memenuhi ajakan kawan. Setelahnya aku tak berpikir tentang gunung bahkan alam. Tak lama berselang aku memenuhi ajakan mendaki ke Merapi. Juga kulalui tanpa kesan,hanya senang sampai puncak Merapi, itu saja. Hari berlalu dan pada akhirnya aku selesaikan SMA ku yang juga tak berkesan..halah...
Duduk di rumah dan mendadak bodoh di kampung halaman, sering keluyuran, akhirnya aku membuat ide, mengapa tak mendaki Merbabu dan Merapi lagi? Dua gunung yang pernah ku telusuri. Yah tak perlu waktu lama kembali aku menuju dua gunung tadi bersama rekan - rekan di kampung yang sealiran dan setuju ajakanku. Bahkan kami membentuk nama organisasi untuk pendakian gunung, yaitu GASAWANA. Setelahnya mulai suka dan menjadi hobby kegiatanku mendaki gunung. Hanya hobby tak lebih. Karena seringnya aku mendaki Merbabu dan Merapi pada akhirnya aku sering di mintai tolong oleh pendaki dari luar daerah Merbabu dan Merapi bahkan dari luar negeri guna memandu pendakian ke kedua gunung tersebut di atas. Aku setuju karena juga mendapatkan sesuatu yang masih sulit aku dapat, yakni uang! Bermacam pendaki maupun pendaki luar negeri aku antar menuju Merbabu dan Merapi, dan kebanyakan mereka menyusuri Merapi yang dianggap lebih menantang dan menarik dengan kawah aktifnya.
Bersama kegiatan menjadi pemandu, aku mulai mencoba menuju gunung lainnya, yakni Sumbing dan Sindoro di wilayah Temanggung Jawa Tengah, pendakian juga bersama rekan yang dulu menuju Merbabu dan Merapi. Tetapi di Sindoro dan Sumbing aku mulai tergerak dan suka sedih tatkala meliha alam dua gunung tadi tampak meranggas dengan banyaknya pohon-pohon yang tumbang dan rusak serta di buat menjadi lahan tembakau oleh penduduk setempat. Menyedihkan! Aku tersentuh dan kasihan dengan alam, pelan rasa cintaku pada alam mulai tumbuh. Sumbing dan Sindoro teramat panas saat didaki karena sulit mencari perlindungan dari pohon yang sudah tak ada disana, jarang kami temui. Tak bisa berbuat banyak untuk alam dua gunung tadi, kumulai perambahan gunungku menuju Gunung Lawu di karanganyar Solo Jawa Tengah. Terhenyak aku tatkala melihat di Lawu masih lumayan terjaga hutannya. Jadinya aku beberapa kali menuju Lawu guna menyaksikan alam, rimba, Elang Jawa dan Edelweis ungu yang terkenal di Lawu. Walaupun tentu kuselingi dengan pendakian menuju gunung - gunung lain. Misalnya Gunung Prau, yang tak begitu tinggi, lalu gunung Slamet di Purbalingga yang sampai kuulangi 2 kali pendakian, kemudian gunung Bromo di Malang Jawa Timur, gunung Raung, gunung Salak, gunung Ciremai di Kuningan Cirebon, gunung Gede dan Pangrango, serta yang paling berkesan adalah sat ekspedisi menuju 3 gunung: Semeru, Agung dan Rinjani! Suatu pengalaman yang tak bisa kulupakan karena selain aku telah membawa nama Belantara Indonesia juga karena ada pihak sponsor dari perusahan rokok besar di Indonesia yang menawari kami mendaki 3 gunung tadi. Selama 3 bulan aku baru kembali pulang setelah selesai 3 gunung tadi ku daki. Mengesankan!
Setelahnya memang ada menuju Jaya Wijaya, sayang sekali aku tak mampu sampai ke puncak dikarenakan cedera yang mengganggu.Nanti suatu waktu ku ulangi jika Tuhan berkenan. Lalu aku muali rehat dari pendakian gunung. Aku mulai mencoba arung jeram atau rafting di Magelang, sungai Elo dan Progo, yah sebagai adu pengalaman dan mencoba fisik aku dan kemampuanku mengakrabi alam. Serta juga kucoba Caving sebagai kegiaatan yang lain yang kucoba ku geluti walau tak senikmat tatkala aku mendaki sampai ke puncak gunung. Akhirnya aku putuskan untuk menuju dan mencoba gunung di pulau luar jawa. Kumulai di Sumatera dengan pendakian 2 gunung, Singgalang dan Kerinci yang eksotis. Yang tentunya tak semudah itu aku menjamahnya, alu kucoba menuju gunung di Sulawesi yakni Lampobattang dan Bawakaraeng. Setelah gunung Rajabasa di Sumatera ku daki.
Kini, kumulai lagi pendakian mengulangi gunung - gunung yang pernah kudaki tetapi dengan misi yang berbeda, akni bersih gunung karena alam membutuhkan kita manusia untuk menjaganya dari berbagai macam gangguan ,termasuk kotoran yang dibuat manusia seperti kita. Mari peduli bumi ya kawan. Maafkan alam jika sering mengganggu kita. Karena maaf adalah segalanya yang akan membuat kita menjadi manusia yang mulia dan baik.
Coba lanjutkan baca yang ini:
ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir.
Ditengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya.
Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi tanpa berkata-kata, dia menulis diatas pasir :
“HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU”
Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi.
Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya hilang dia menulis disebuah batu :
“HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU”
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya : “kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya diatas pasir, dan sekarang kamu menulis diatas batu ?”
Temannya sambil tersenyum menjawab :
“ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin.”
Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Belajarlah menulis diatas pasir.
Since we all need forgiveness, we should always be forgiving.
Ditengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya.
Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi tanpa berkata-kata, dia menulis diatas pasir :
“HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU”
Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi.
Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya hilang dia menulis disebuah batu :
“HARI INI SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU”
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya : “kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya diatas pasir, dan sekarang kamu menulis diatas batu ?”
Temannya sambil tersenyum menjawab :
“ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin.”
Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Belajarlah menulis diatas pasir.
Since we all need forgiveness, we should always be forgiving.
ARTIKEL TERKAIT: