Masih aku ingat, saat aku kecil, engkau menemaniku bermain di ruang bermain yang engkau buat untukku. Saat aku sudah mulai berjalan, engkau sakit. Aku selalu berusaha menuntunmu apabila engkau ingin berjemur di bawah Matahari pagi. Disana engkau bercerita untukku hingga Matahari meninggi, kemudian aku menuntunmu kembali masuk ke kamar tidur kita dan berbaring mendengar kicauanku sebagai anak kecil. Dan engkau bahagia.
Waktu terus berjalan cepat. Saat usiaku belum lagi lima tahun, engkau pergi menghadap panggilan Tuhan karena sakitmu. Dan..meninggalkanku sendiri tanpa ayah yang telah pergi entah kemana. Dan di usiaku kala itu, aku tak tahu bila engkau pergi untuk selamanya dan tak akan pernah kembali lagi.
Saat mengantarmu ke tempat peristirahatanmu yang terakhir, aku juga belum tahu akan apa itu kematian. Setiap kali Eyang putriku selalu menjawab tanyaku dengan kalimat: " Ibu sedang tidur.." Setiap kali aku bertanya, " Ibu kemana Eyang?" Dan setiap kali itu pula Eyang menangis setiap mendengar tanyaku. Tidak dan belum kusadari juga apabila engkau Bunda telah pergi untuk selamanya.
Kini masa itu telah lama berlalu, dan aku masih tetap merindukanmu Bunda. Aku tetap merasa kehilanganmu. Seolah belum sempurna hidupku tanpa sentuhanmu, Bunda yang tetap kukagumi dan kurindukan hadirmu. Hadirlah walau hanya dalam mimpiku...
Sepucuk sembah buat Bunda yang tabah. Semoga kelak kita bertemu dan aku bisa bersujud di kakimu disana, di rumah Tuhan yang kini telah menjadi bagian rumahmu. Ku kirim doa buatmu Bundaku yang tabah dan mintakan kepada Tuhan ya Bunda, agar anakmu ini menjadi anak yang sesuai dengan harapanmu dahulu dan kini.
Bertahun - tahun sudah aku kehilanganmu, tetapi Bunda selalu di hatiku. Aku merindukanmu, rindu bersujud di kakimu. Kuberikan sepucuk sembah buat Bunda yang tabah. Salam sayang dan cinta dari anakmu yang jauh...
Buat Bunda yang tabah: Kunsasi Tri Nugraheni yang telah di Surga.
ARTIKEL TERKAIT: