Jika dulu seperti diketahui pejalan kaki harus berjalan berbaur dengan becak, kini pengunjung tak usah agi khawatri di serempet becak karena Malioboro telah beralih rupa.
Pada Minggu 12 Agustus 2012, Malioboro memantapkan visi misinya untuk menjadi ruang publik terbuka dan toleran bagi pengunjung. Malioboro pun akan mencerminkan wajah aslinya kembali seperti tahun 1977 silam. Dalam acara launching acara wajah baru Malioboro, Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengatakan, wajah baru Malioboro ini mencerminkan kawasan bersih, tertib, dan nyaman.
“Berbagai persoalan Malioboro seperti ketidaknyaman, semrawut, kemacetan, kebersihan, dan lainnya mulai akan diperbaiki secara sungguh - sungguh. Wajah asli Malioboro akan dikembalikan lagi sehingga pengunjung benar - benar merasa nyaman bila datang ke sini,” kata Haryadi seperti dilansir dari nationalgeographic.
Untuk permak wajah ini, Malioboro ditata secara vertikal dan horizontal. Penataan vertikal menyangkut pengembalian wajah bangunan budaya asli dengan membersihkan papan reklame melintang. Hal ini bertujuan menampilkan kembali serta melestarikan cagar budaya bangunan bergaya Hindis dan China yang jumlahnya mencapai puluhan.
Penataan horizontal berkaitan dengan penataan jalur lambat dan infrastruktur jalan untuk memperluas pemandangan. Berkaitan dengan keberadaan jalur lambat, mulai saat ini kecepatan kendaraan yang melintas Malioboro dibatasi maksimal 30 km / jam .
Sementara itu, untuk penataan infrastruktur dilakukan dengan penghilangan pot - pot tanaman dengan tanaman kecil dan memperbanyak zebra cross untuk akses pejalan kaki.
Istimewanya lagi, penataan wajah baru ini juga dibarengi dengan diresmikannya seragam khas Yogyakarta. Seragam khas ini merupakan perbaduan antara kain lurik dan batik. Seragam ini nantinya akan digunakan oleh semua stakeholder yang ada di Yogyakarta baik pelaku wisata maupun pejabat pemerintahan.
ARTIKEL TERKAIT: