Iwan Budiyanto (31) kembali beraksi. Petualang dan pendaki gunung dari Sunter Agung, Jakarta Utara ini baru saja sukses menyambangi 15 puncak gunung di tanah Sumatera. Pendakian yang dilakukan seorang diri itu total menghabiskan waktu sekitar dua bulan dan dana sebesar Rp 1,5 juta. Sebelumnya, lagi-lagi dengan dana yang mepet, Iwan pendakian solo 17 gunung populer di tanah Jawa pada Mei tahun lalu.
Dana sejumlah itu bagi Iwan merupakan berkah. Untuk menggelar bertajuk ”Ekspedisi Sunter Agung Menuju Sumatera” itu Iwan harus punya energi lebih untuk menebar proposal ke lingkungan sekitar. ”Gue ngajuin proposal ke Pak Acmad Hariadi (Kepala Kelurahan Sunter Agung). Dan lumayan gue dapat bantuan dana dari beliau,” cerita Iwan.
Karena dana yang ia bawa begitu mepet, Iwan sampai harus nebeng ikut truk ekspedisi yang melintasi jalur Sumatera - Jawa. ”Makan saja gue sampai ngirit-irit. Cukup sekali dalam sehari,” kekeh Iwan akrab. Untungnya, sampai di daerah Bangko, Jambi, pemuda berambut gondrong ini mendapat suntikan dana dari Pemerintah Daerah Merangin Bangko. Nilainya , sekitar Rp 500 ribu. ”Tadinya, gue udah mau pulang. Habis duit gue udah cekak banget,” kata Iwan dalam logat betawi yang kental.
Dalam rencana awal, Iwan hanya menargetkan sebanyak 12 puncak yang bakal dituju. Namun, karena dapat suntikan dana segar itu, dia bisa menjejak tiga puncak lagi. Tentu saja, ini membuatnya gembira. ”Biarpun Aceh belum terjamah, tapi gue puas kok (atas hasil ini),” ujar Iwan. Puncak Gunung Leuser di Naggroe Aceh Darussalam memang belum sempat disambangi Iwan lantaran alasan keamanan.
Iwan memulai pendakian dari Gunung Sibayak dan Sinabung yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Dari situ berturut-turut: Talamau, Malintang, Singgalang, Parapati Marapi, Tandike, Talang, Kerinci, Masurai, Dempo, Rajabasa, Tanggamus, Seminung dan Pesagi.
Menurut Iwan, lintasan yang paling seru dan menantang adalah ketika mencoba meraih puncak Masurai di Jambi. Lantaran jarang didaki, jalur tak begitu kentara. ”Mau nemuin pintu rimba (batas hutan dengan ladang penduduk) saja susah setengah mati. Gue sempat nyasar selama lima jam,” beber Iwan. Padahal ia sudah ditemani Toni dari Cakra Masurai, kelompok pencinta alam dari Bangko.
Dusun Sungai Lalang adalah titik awal pendakian. Dusun ini dapat dicapai dengan menumpang kendaraan umum dari Pasar Bawah Bangko selama 5 jam perjalanan. Ongkosnya, sekitar Rp 15.000. Dari pinggir jalan dusun, kegagahan puncak Masurai tampak jelas. Tentu ini memancing semangat pendakian. Kadang-kadang energi berlebihan memunculkan kecerobohan. Buktinya, mencari pintu masuknya saja tak mudah. Itu sebabnya, persiapan matang mutlak diperlukan.
Usai menginap satu malam, Iwan berhasil meraih puncak Masurai. Puncak gunung ini mirip Puncak Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat yang masih diliputi pepohonan tinggi. Tapi di tengah jalan, ada danau cantik yang sedap dipandang yang bernama: danau Kumbang. Air yang ada dapat kita manfaatkan untuk menambah perbekalan.
Untuk perlengkapan, ”Saya mendapatkan ransel berikut cover-nya, matras, sleeping bag, fly sheet, dua celana lapangan, dan kaos dari Avtech,” sebut Iwan ketika ditemui SH, Senin (15/3) lalu. Dukungan peralatan dari Avtech tentu amat melegakan Iwan. Ia begitu percaya produk dari Jakarta ini mampu membantunya mencapai sukses ekspedisi ini.
”Kalau saya, melihat kegiatan naik gunung ini harus terus didukung. Olahraga ini memang kurang diminati para produsen alat-alat outdoor, tapi Avtech justru ingin mengawali lagi naik gunung jadi tren di kalangan anak-anak muda,” papar Yudi Kurniawan dari Avtech, produsen perlengkapan alam bebas yang mendukung penuh pendakian solo ini.
Sebagai contoh teknologi, ransel yang diproduksi Avtech memiliki back system - sistem penyetelan pada bagian punggung ini. Avtech memiliki beberapa tipe, seperti Suspension System dan Suspension System dengan EMFC (Ergonomically Molded Foam Components). Dengan EMFC itu, sirkulasi udara bukan saja lancar tetapi juga bisa mengurangi keletihan. ”Lebih balans dan terasa mantap di punggung,” tegas Yudi yang juga tercatat sebagai pehobi berkegiatan di alam bebas ini.
Yudi juga mengingatkan, naik gunung memang aktivitas yang bisa mengundang bahaya tetapi bila didukung dengan perlengkapan yang memadai dan skill yang oke, pendakian akan berlangsung aman. ”Buktinya, Iwan bisa melakukan pendakian sendirian ke-15 gunung Sumatera selama lebih dari dua bulan. Tentu saja prestasi ini hanya bisa dicapai dengan dukungan alat dan skill yang memadai.”
Ke depan, Iwan mengatakan, bila ia sedang mengincar gunung-gunung di Sulawesi. Caranya kurang lebih sama. Menyeberang dengan angkutan paling murah dan bejalan dengan semangat yang begitu menggebu. Meski cara itu agak berisiko, sebab persiapan fisik jadi kedodoran. Mudah-mudahan, ada pihak yang tertarik membantu, Wan!
Dana sejumlah itu bagi Iwan merupakan berkah. Untuk menggelar bertajuk ”Ekspedisi Sunter Agung Menuju Sumatera” itu Iwan harus punya energi lebih untuk menebar proposal ke lingkungan sekitar. ”Gue ngajuin proposal ke Pak Acmad Hariadi (Kepala Kelurahan Sunter Agung). Dan lumayan gue dapat bantuan dana dari beliau,” cerita Iwan.
Karena dana yang ia bawa begitu mepet, Iwan sampai harus nebeng ikut truk ekspedisi yang melintasi jalur Sumatera - Jawa. ”Makan saja gue sampai ngirit-irit. Cukup sekali dalam sehari,” kekeh Iwan akrab. Untungnya, sampai di daerah Bangko, Jambi, pemuda berambut gondrong ini mendapat suntikan dana dari Pemerintah Daerah Merangin Bangko. Nilainya , sekitar Rp 500 ribu. ”Tadinya, gue udah mau pulang. Habis duit gue udah cekak banget,” kata Iwan dalam logat betawi yang kental.
Dalam rencana awal, Iwan hanya menargetkan sebanyak 12 puncak yang bakal dituju. Namun, karena dapat suntikan dana segar itu, dia bisa menjejak tiga puncak lagi. Tentu saja, ini membuatnya gembira. ”Biarpun Aceh belum terjamah, tapi gue puas kok (atas hasil ini),” ujar Iwan. Puncak Gunung Leuser di Naggroe Aceh Darussalam memang belum sempat disambangi Iwan lantaran alasan keamanan.
Iwan memulai pendakian dari Gunung Sibayak dan Sinabung yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Dari situ berturut-turut: Talamau, Malintang, Singgalang, Parapati Marapi, Tandike, Talang, Kerinci, Masurai, Dempo, Rajabasa, Tanggamus, Seminung dan Pesagi.
Menurut Iwan, lintasan yang paling seru dan menantang adalah ketika mencoba meraih puncak Masurai di Jambi. Lantaran jarang didaki, jalur tak begitu kentara. ”Mau nemuin pintu rimba (batas hutan dengan ladang penduduk) saja susah setengah mati. Gue sempat nyasar selama lima jam,” beber Iwan. Padahal ia sudah ditemani Toni dari Cakra Masurai, kelompok pencinta alam dari Bangko.
Dusun Sungai Lalang adalah titik awal pendakian. Dusun ini dapat dicapai dengan menumpang kendaraan umum dari Pasar Bawah Bangko selama 5 jam perjalanan. Ongkosnya, sekitar Rp 15.000. Dari pinggir jalan dusun, kegagahan puncak Masurai tampak jelas. Tentu ini memancing semangat pendakian. Kadang-kadang energi berlebihan memunculkan kecerobohan. Buktinya, mencari pintu masuknya saja tak mudah. Itu sebabnya, persiapan matang mutlak diperlukan.
Usai menginap satu malam, Iwan berhasil meraih puncak Masurai. Puncak gunung ini mirip Puncak Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat yang masih diliputi pepohonan tinggi. Tapi di tengah jalan, ada danau cantik yang sedap dipandang yang bernama: danau Kumbang. Air yang ada dapat kita manfaatkan untuk menambah perbekalan.
Untuk perlengkapan, ”Saya mendapatkan ransel berikut cover-nya, matras, sleeping bag, fly sheet, dua celana lapangan, dan kaos dari Avtech,” sebut Iwan ketika ditemui SH, Senin (15/3) lalu. Dukungan peralatan dari Avtech tentu amat melegakan Iwan. Ia begitu percaya produk dari Jakarta ini mampu membantunya mencapai sukses ekspedisi ini.
”Kalau saya, melihat kegiatan naik gunung ini harus terus didukung. Olahraga ini memang kurang diminati para produsen alat-alat outdoor, tapi Avtech justru ingin mengawali lagi naik gunung jadi tren di kalangan anak-anak muda,” papar Yudi Kurniawan dari Avtech, produsen perlengkapan alam bebas yang mendukung penuh pendakian solo ini.
Sebagai contoh teknologi, ransel yang diproduksi Avtech memiliki back system - sistem penyetelan pada bagian punggung ini. Avtech memiliki beberapa tipe, seperti Suspension System dan Suspension System dengan EMFC (Ergonomically Molded Foam Components). Dengan EMFC itu, sirkulasi udara bukan saja lancar tetapi juga bisa mengurangi keletihan. ”Lebih balans dan terasa mantap di punggung,” tegas Yudi yang juga tercatat sebagai pehobi berkegiatan di alam bebas ini.
Yudi juga mengingatkan, naik gunung memang aktivitas yang bisa mengundang bahaya tetapi bila didukung dengan perlengkapan yang memadai dan skill yang oke, pendakian akan berlangsung aman. ”Buktinya, Iwan bisa melakukan pendakian sendirian ke-15 gunung Sumatera selama lebih dari dua bulan. Tentu saja prestasi ini hanya bisa dicapai dengan dukungan alat dan skill yang memadai.”
Ke depan, Iwan mengatakan, bila ia sedang mengincar gunung-gunung di Sulawesi. Caranya kurang lebih sama. Menyeberang dengan angkutan paling murah dan bejalan dengan semangat yang begitu menggebu. Meski cara itu agak berisiko, sebab persiapan fisik jadi kedodoran. Mudah-mudahan, ada pihak yang tertarik membantu, Wan!
Sumber: Sinar Harapan
ARTIKEL TERKAIT: