Partner Your Adventure

Facebook Instagram

Pemandu

Pemandu gunung profesional dan Porter berpengalaman Membuat wisata gunungmu menyenangkan.

Baca

Guide

A mountain guide is a profession that is not easy in the waistband by climbers who are already poor...

Baca

Tetaplah Bertualang

Karena dengan bertualang, maka sejarah peradaban manusia akan terus berkembang.

Baca

Hymne

Hymne Belantara Indonesia silahkan anda semua miliki dan dengarkan nuansa pemujaan.

Baca

Showing posts with label Perjalanan. Show all posts
Showing posts with label Perjalanan. Show all posts

Ericks Rachmat, Pendaki 7 Puncak Tertinggi Indonesia

Namanya Ericks Rachmat, cukup dipanggil Ericks seorang Dosen pengajar di Universitas Gunadarma Depok. Penampilan yang biasa saja bukan seperti gambaran seorang pendaki gunung yang identik dengan tas Daypack, tetapi dalam keseharian Ericks selalu memakai kemeja dan menampilan bahwa dia sebagai seorang karyawan biasa.

Ericks Rachmat, Pendaki 7 Puncak Tertinggi Indonesia

"Mendaki Seven Summit Indonesia  ( 7 Puncak Tertinggi Di Indonesia ), awalnya hanya ajakan teman saja. Dari situ baru muncul tekad, untuk bisa melakukannya," kata Ericks.

Guuung apa saja Seven Summit Indonesia tersebut? itu adalah Gunung Bukit Raya ( 2.278 Mdpl ) di Kalimantan Tengah, Gunung Binaiya ( 3.207 Mdpl ) di Maluku, Gunung Latimojong ( 3.478 Mdpl ) di Sulawesi Selatan, Gunung Semeru ( 3.676 Mdpl ) di Jawa Timur, Gunung Rinjani ( 3.726 Mdpl ) di Lombok, Gunung Kerinci  (3.805 Mdpl ) di Jambi dan Puncak Carstensz ( 4.884 Mdpl ) di Papua.

Sempat 7 tahun tidak mendaki gunung, Ericks memulainya lagi dengan mendaki Gunung Semeru di Jawa Timur di tahun 2013. Dari sanalah, dia tahu informasi soal Seven Summit Indonesia dari pendaki - pendaki lainnya. Mengapa tidak dicoba saja, begitu pikirnya.

Maka dimulailah perjalanan Ericks mendaki 7 puncak tertinggi di Indonesia. Dalam rentang 3 tahun, Ericks berhasil menuntaskan semuanya dengan berhasil dan selamat. Sepanjang tahun 2013 - 2014, Ericks sudah mendaki 6 puncak tertinggi di Indonesia dan tahun 2015, dia menutupnya dengan pendakian ke Puncak Carstensz.

Soal pengalaman, ada segudang cerita seru yang dia dapat dari tiap - tiap puncak gunung tertinggi di Indonesia. Gunung Bukit Raya, dia menyebutnya 'kerajaan pacet' karena ada banyak sekali pacet atau lintah di sana dan sangat agresif menyerang manusia.

Sedangkan Gunung Rinjani, dia puja - puji karena kenyamanan porter yang membuat perjalanan jadi terasa lebih mudah. Tapi di Gunung Latimojong, dia malah mendapat pengalaman gaib!

Ericks Rachmat, Pendaki 7 Puncak Tertinggi Indonesia

"Jadi waktu di Latimojong di Pos 7 tepatnya, ada orang yang berjalan muterin tenda saya. Saya malam itu terbangun karena mau mengurut kaki dan benar - benar merasa dan dengar suara orang jalan. Saya baru sadar, tenda saya kan sebelahnya tebing," katanya.

Selain bentangan alam, pengalaman bertemu pemukiman-pemukiman warga pedalaman pun jadi cerita yang tak terlupakan. Desa - desa di Enrekang pada pendakian Gunung Latimojong dan Desa Kanikeh pada pendakian di Gunung Binaiya jadi desa yang dianggapnya desa paling terindah di Indonesia.

Tapi tentu saja, pengalaman yang paling berkesan adalah ketika dirinya mendaki Puncak Carstensz di Papua. Melalui jalur Sugapa - Ugimba dan berjalan selama 7 hari, Ericks menilai kalau pendakian ke Puncak Carstensz adalah pendakian terberat di Indonesia!

Ada banyak lagi cerita pendakian Ericks yang seru - seru dan juga menegangkan. Namun di balik itu, sebenarnya ada satu pertanyaan yang mungkin ada di benak tiap pendaki. Bagaimana caranya agar bisa mendaki Seven Summit Indonesia?

"Semua orang bisa mendaki Seven Summit Indonesia, asal ada tekad dan stamina yang oke. Satu lagi yang paling penting, yaitu budget karena sudah pasti harus menabung. Kita juga harus rinci soal logistik, akomodasi, tiket pesawat dan lain - lain," jawabnya.

Ericks Rachmat, Pendaki 7 Puncak Tertinggi Indonesia

Ericks menambahkan, satu hal penting lagi lainnya adalah memiliki banyak kenalan. Makin banyak mendaki gunung, maka kita akan mengenal makin banyak pendaki. Yang mana, para pendaki lain bisa membantu kita ketika akan mendaki di gunung - gunung di dekat tempat tinggalnya.

"Cari kenalan atau link itu penting banget. Misalnya kita mau ke suatu gunung, terus kita punya teman yang tinggal dekat sana. Nanti kita bisa di bantu. Saya pun tidak bisa mendaki tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia kalau tidak dibantu teman - teman saya," ungkapnya.

Selain Seven Summit Indonesia, ternyata bapak tiga anak ini juga sudah menapakkan kaki di Puncak Gunung Kinabalu di Malaysia dan basecamp di Annapurna, Pegunungan Himalaya. Walau sudah banyak makan asam garam, Ericks tidak menganggap dirinya spesial.

Dia mengaku masih banyak pendaki lain di luar sana yang jauh lebih hebat dan berpengalaman. Malah menariknya lagi, Ericks kini suka 'meracuni' mahasiswa di kampusnya atau teman - temannya untuk mendaki gunung.

"Sekarang lebih suka ajak teman naik gunung sih. Biar tidak saya saja yang merasakan dan bercerita tentang gunung - gunung, tapi teman - teman saya juga bisa merasakannya langsung. Ayo Fif, kita akhir tahun ini ke Gunung Latimojong ya," tutup Ericks.   Detik

Ada Kisah Di Penanggungan

Bicara soal gunung Penanggungan, kemarin saya dan enam sahabat  saya sempat diberikan kesempatan buat mencumbuinya. Naik gunung memang bukan hal yang aneh lagi. Toh, siapapun sebenarnya bisa berkesempatan untuk mencoba merasakan sensasinya.

Tapi kebanyakan orang menganggap bahwa naik gunung hanya sekedar trend dan bukan untuk hal yang lebih penting dari itu.

 Ada Kisah Di Penanggungan

Kenapa begitu, karena ada saja orang songong yang bersikeras naik gunung dengan persiapan yang cukup memprihatinkan dan yang mereka cari cuman sekedar view yang bagus di kamera lalu bisa di pamerkan dan di pajang di Medsos, tapi tidak semuanya juga sih. Padahal ada hal yang bisa di dapat lebih dari itu. Kita bisa mengenal diri kita, alam dan Tuhan

Tepat tangal 19 Mei 2015 sekitar pukul 14.30 Wib perjalanan dimulai dari rumah seorang sahabat yang bertempat tinggal di Trowulan, Mojokerto.

Dan kami sampai di Trawas, salah satu pintu masuk ke gunung Penanggungan sekitar pukul 16.00 Wib lalu kami besantai sebentar dan memulai pendakian pukul 16.30 Wib. Bagi pengunjung yang mengendarai motor dipersilahkan karena parkirannya sudah aman dan tentram.

Sebenarnya kami merencanakan perjalanan ini sekitar 3 bulan yang lalu tapi berhubung ada satu dan lain hal akhirnya terealisasi baru kemarin.

Awalnya memang ragu karena dari 7 orang, ada 2 cewek yang masih baru dengan kegiatan seperti ini sekalipun saya juga tidak terlalu ahli. Tapi kami yakin pendakian ini akan lancar selama kami tidak macam - macam.

Tapi ada saja cobaan, dari pos 1 menuju pos 2 yang berjarak 2 km ada teman yang sudah lemas dan kecapekan.

Akhirnya kami pun melakukan perjalanan dengan sangat santai. Padahal sebelumnya sudah diperingatkan bahwa olahraga sangatlah penting dan juga kesehatanlah yang utama.

Tapi ada saja alasan untuk tidak melakukannya, mulai dari alasan karena gunungnya yang sudah bersahabat ( yang ini songong ), tidak ada waktu ( lebih songong ), atau bahkan beranggapan kalau dirinya kuat ( paling songong ).

 Ada Kisah Di Penanggungan

Tapi kenyataannya kita memang benar - benar haram meremehkan gunung. Sekuat apapun kita, manusia memang ada batasnya.

Sudah banyak cerita beredar di Gunung Penanggungan ( 1653 Mpdl ) ini, ada beberapa kasus, pengunjung terlalu asyik dan ceroboh akhirnya terpeleset dan cidera.

Dan yang rugi juga kan diri kita sendiri, niatnya senang - senang malah dapat musibah kayak gitu. Jadi memang sebaiknya kita bisa jaga diri dan kelakuan kita selama digunung.

Dari pukul 16.30 Wib, kita sampai di puncak Bayangan sekitar pukul 22.00 Wib karena memang keselamatan semua dari kami yang paling utama, kami memilih menikmati pendakian ini.

Setelah kami berkutat dengan tenda, akhirnya kami bisa beristirahat dengan sebelumnya kami memasak terlebih dahulu.

Sekedar informasi, mungkin kebanyakan dari kita kalau naik gunung makanan yang paling sering dibawa adalah mie instan, padahal mie instan bukanlah makanan yang baik buat kita.

Sebelum kami memulai pendakian, ada petugas yang menyarankan lebih baik makan roti daripada mie instan, karena mengkonsumsi mie instan bisa bikin badan kita lemas.

Dan yang benar saja, itu dirasakan beberapa teman saya yang makan mie instan. Mereka merasakan badannya lemas, jadi lebih baik makan roti
dengan susu dan keju.

Oh iyaah.. memang hal yang penting disiapkan selain mental dan makanan, air juga sangat penting, karna kami juga sempat tersiksa karna persediaan air yang menipis apalagi keadaan gunung Penanggungan yang tidak terdapat air.

Sekalipun gunung ini bisa didaki sehari ( pulang - pergi ), tapi kami lebih memilih menginap untuk bisa melihat sunrise.

Setelah beristirahat, sekitaran pukul 02.00 Wib dini hari kami berniat memulai pendakian ke puncak tapi ada cobaan lagi karena ada seorang teman kami yang mengalami sesak nafas, mungkin karena belum terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Untunglah langsung dilakukan pertolongan pertama dan beberapa saat kemudian kesehatannya mulai pulih dan sebenarnya kami menyarankan dia untuk tetap tinggal di tenda tapi karena keinginannya akhirnya kami memperbolehkannya ikut naik ke puncak.

Dan pendakian kami pun cukup lambat, karna tidak mungkin kan kami memaksanya berjalan cepat. Dan sekitar pukul 04.00 Wib  kami sudah menginjakan kaki di puncak Pawitra.

Perjalanan kami panjang, tapi semua terbayar dengan keindahan yang diberikan Tuhan melalui alamnya.

Rasa lelah dan capek pun terbayar lunas. Sudah tidak terasa lagi kaki yang pegal saat berjalan jauh, atau tentang baju yang kotor karena medan yang menurut saya cukup menantang.

Semuanya hilang karena pada titik tersebut saya merasa dekat sekali dengan Tuhan. Saya merasa saya bukanlah apa - apa dibandingkan semesta.

Hanya ada syukur yang selalu terucap dan senyum kebahagiaan karena saya bisa mengalahkan diri saya sendiri.

Melihat Sunrise 20 Mei terasa istimewa, ada cerita yang suatu saat nanti akan saya ceritakan untuk anak - anak saya.

Di puncak Pawitra dengan kabut tebal yang indah mulai naik dan menghampiri kami, dengan keindahan kota Batu, Malang dan sekitarnya. Memang gunung selalu membuat rindu. Dengan sejuta kisah yang tersimpan di dalamnya.

Sekitar pukul 08.00Wib pagi dengan Matahari yang sudah naik dan cukup membuat kami hangat, kami pun memutuskan untuk turun.

Ada perasaan takut di benak saya. Karena notabene saya orang dengan Phobia ketinggian, itu yang membuat saya kadang tersiksa dengan keadaan seperti itu.

 Ada Kisah Di Penanggungan

Tapi yang membuat saya lebih memilih mendaki daripada ngemall seperti kebanyakan perempuan lain adalah dengan Phobia saya ini saya bisa mencumbui gunung, berani berada dipuncak dan mengalahkan rasa takut saya sendiri.

Sekalipun saat turun selalu membuat jantung saja berdetak cukup kencang dan turun saya pun kadang sambil dengan duduk..

Tapi tak ada kata menyerah untuk keadaan seperti itu. Setelah sampai ditenda lagi, kami kami berkemas - kemas untuk persiapan turun.

Yang saya tahu, kami hanya menjadi tamu disana dan sebagai tamu kami harus bertangung jawab dengan sampah yang sudah kami bawa.

Jadi sampah harus dibawa bersama kepulangan kami. Kami tidak tega mengotori apa yang sudah memberikan kami tempat dengan baik.

Perjalanan pulang juga terasa panjang, kami memulai perjalanan pukul 10.00 Wib siang dan sampai pos 1
pukul 17.30 Wib karena kami harus tetap menjaga teman kami yang lelah tapi ini yang membuat semuanya
terasa ringan. 

Banyak sekali hal yang bisa di dapatkan dari sebuah pendakian, mulai dari kekompakan, kesederhanaan dan batas diri.

Kita meninggalkan semua kesombongan, keangkuhan. Hanya ada dua jalan, kita menyelamatkan diri sendiri atau menunggu diselamatkan Tim SAR.

Kita bukanlah apa - apa, bukan siapa - siapa. Kita di anugerahkan mata untuk melihat, kaki untuk berjalan juga hati.

Tuhan telah memberikan keindahan yang terdapat di semesta ini. Jadi janganlah lagi untuk meminta tapi cobalah untuk menerimanya, menjaganya.

Jangan  sekali - sekali mencoba merusaknya. Karena kita hanyalah tamu. Semoga generasi kita selanjutnya bisa merasakan keindahan ini. Semogaa..

Aruna, Sahabat Belantara Indonesia Di Jombang, Jawa Timur Indonesia

Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka

Gunung Semeru, gunung tertinggi di tanah Jawa tentu sudah tak asing lagi bagi para pendaki gunung dimanapun berada. Untuk mencapainya dibutuhkan kesiapan fisik, mental, perbekalan, serta perlengkapan mendaki yang cukup. Selain itu, buang jauh - jauh sifat sombong, ego, dan selalu ingat Yang Maha Kuasa selama mendaki.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka

Tak jarang, banyaknya pendaki yang hilang, meninggal dunia, atau tersesat di rimbanya Semeru karena sifat angkuh mereka. Dari pengalaman beberapa kali mencari pendaki tersesat, rata - rata karena mereka meremehkan.

Nah, kalau sudah siap persiapan fisik, mental, perlengkapan, serta persiapan teknis dan non - teknis, Anda bisa langsung menuju Desa Ranu Pani yang berada di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.

Untuk menuju ke Desa Ranu Pani, Anda bisa melalui Malang, Pasuruan, Probolingo, maupun Lumajang. Namun, para pendaki biasanya sering melalui Malang atau Lumajang.

Alangkah baiknya Anda mencari informasi secara detail seputar pendakian ke Semeru.

Dari Malang, Anda bisa melalui Tumpang dan melewati Desa Poncokusumo, serta melintasi Desa Suku Tengger di Ngadas.

Anda juga bisa bermalam di sini karena sudah banyak homestay dan persewaan mobil jeep untuk transportasi ke Ranu Pane maupun ke Bromo.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka

Kebanyakan pendaki naik angkutan umumdari Stasiun Malang menuju Pasar Tumpang. Dari Pasar Tumpang ke Desa Ngadas, bisa ikut mobil pickup atau truk sayur. Ada juga yang sudah menggunakan atau memesan mobil jeep untuk menuju Desa Ranu Pani.

Di Desa Ngadas, Anda juga bisa menikmati dan membaur dengan warga Tengger yang ramah. Lereng - lereng perbukitan nan hijau dengan pemandanan sawah berbentuk teras iring dijamin bisa memanjakan mata kita yang lelah dengan pemandangan gedung bertingkat.

Udara dingin mengundang Anda untuk lebih mendekatkan dengan pemilik rumah warga yan selalu siap di depan tungku pembakaran yang juga digunakan memasak.

Di luar rumah, juga terlihat puncak Mahameru dari kejauhan. Lalu lalang penduduk Tengger yang akan pergi ke ladang menambah kekhasan pemandangan desa.

Setelah di Desa Ranu Pani, Anda bisa bermalam di pondokan pendaki jika tiba malam hari. Sebab, batas akhir perizinan mendaki hingga pukul 16.00 WIB. Anda juga bisa menitipkan motor di sana jika menggunakan motor.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka

Di sekitar Ranu Pani juga ada dua danau yang bisa dikunjungi, yakni Danau Ranu Pani dan Danau Ranu Regulo yang berjarak sekira 500 meter dari Ranu Pani.

Hitung - hitung sambil menungu proses perizinan selesai, Anda bisa menikmati keindahan dua danau ini. Juga ada kebun Edelweis yang tengah dibiakkan oleh taman nasional.

Untuk mencapai puncak Mahameru, dari Desa terakhir Ranu Pani hingga puncak bisa ditempuh waktu dua hari dua malam pergi pulang.

Tentunya dengan kondisi yang prima dan yang pasti menguras energi. Tapi juga bisa sampai 3 - 4 hari jika ingin lebih santai menikmati keindahan Semeru beserta oase di gunung berapi berupa Danau Ranu Kumbolo yang berada di ketinggian 2.400 Mdpl dengan suhu minimal -5 derajat Celsius hingga -20 derajat Celsius.

Setelah menyelesaikan segala persyaratan dan perizinan di Pos Perizinan pendakian di Kantor Resort Ranu Pani, Anda bisa memulai perjalanan dan lebih baik berdo’a dulu agar diberi kemudahan dan keselamatan oleh Yang Maha Kuasa dan bisa kembali pulang dengan selamat.

Dari Ranu Pani, sebaiknya Anda menempuh jalur yang telah ditetapkan dan tidak melewati jalur pintas dengan melewati hayek - hayek menuju Ranu Kumbolo. Sebab, jalurnya ekstrem ketika menanjak maupun turun meski menghemat waktu beberapa jam.

Target pertama dari Ranu Pani bagi pendaki biasanya menuju ke Ranu Kumbolo dengan jarak tempuh sepanjang 10,5 kilometer.

Dibutuhkan waktu antara 4 - 5 jam perjalanan untuk menuju ke sana. Jarak Ranu Pani - Landengan Dowo 3 kilometer, Landengan Dowo - Watu Rejeng 3 kilometer, dan Watu Rejeng - Ranu Kumbolo 4,5 kilometer.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka
Ranu Kumbolo
Dari Pos Ranu Pani, Anda berjalan mengikuti jalan beraspal menurun sekira 200 meter akan ditemui pintu gerbang masuk jalur pendakian ke Semeru.

Di sini biasanya para pendaki berfoto - foto dengan mimik wajah yang masih segar bugar, dan ketika turun juga berfoto bersama tapi dengan wajah yang lusuh, capek, dan lelah.

Setelah memasuki gerbang, jalur sedikit menanjak dengan pemandangan ladang penduduk dengan medan jalan tanah berdebu. Setelah itu, Anda menemui persimpangan yang ke arah kanan merupakan jalur ke ladang penduduk.

Anda ambil yang jalan setapak sedikit ke kiri melipir ke pinggir bukit yang sudah dibatako. Medan lumayan menanjak untuk memutari bukit sepanjang 300 meter - an dengan pemandangan sebelah kiri tebing bukit dan sebelah kanan ladang penduduk.

Selama perjalanan ke Landengan Dowo, Anda akan melewati jalan setapak dengan batako hingga melewati pos 1 nanti.

Ada sekira lima tikungan yang di kanan - kiri terkadang terlihat hamparan hutan lebat kawasan taman nasional. Jika beruntung, Anda bisa mengamati monyet ekor panjang maupun lutung yang sedang berada di atas pohon.

Beberapa burung juga sering berada di jalur pendakian. Landengan Dowo merupakan jalur landai yang sangat panjang sehingga kadang membuat pendaki merasa bosan sendiri.

Dari Landenan Dowo setelah belok ke kiri dan menanjak, Anda sudah sampai di Pos 1 pendakian. Anda bisa istirahat sekira 5 - 10 menit untuk mengatur nafas atau minum air putih maupun menikmati makanan ringan.

Puas istirahat, perjalanan dilanjutkan menuju Watu Rejeng. Pemandangannya hampir sama dengan jalur sebelumnya. Namun di sini Anda akan lebih sering menjumpai satwa karena sudah masuk lebih dalam ke area hutan.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka

Setelah di Watu Rejeng, Anda juga bisa melihat pemandangan batu besar di depan kita yang seperti di Rejeng. Sementara di sebelah kiri nampak puncak Mahameru bisa dilihat jika tidak terhalang mendung.

Setelah melalui jalan setapak yang berdebu, dengan medan naik dan turun yang di sebelah kiri terkadang jurang curam, kita akan melewati pos 2 dan pos 3 yang sudah roboh dan tinggal atapnya.

Di pos 3 kita istirahat sejenak untuk menatur nafas dan bersiap - siap melewati tanjakan yang cukup membuat napas terengah - engah.

Tanjakan setelah pos tiga ini panjangnya sekira 100 meter dan dinamakan tanjakan Bakri karena yang membuat katanya Pak Bakri yang merupakan  warga Ranu Pane.

Sukses menaklukkan tanjakan Bakri, baiknya kita istirahat dulu di atas sambil melihat ke bawah di mana biasanya para pendaki lain juga sedang berjuang untuk melewati tantangan ini.

Anda bisa membantu mereka yang kira - kira membutuhkan bantuan. Setelah melewati tanjakan Bakri, jalur menuju Ranu Kumbolo kian dekat.

Melalui medan yang kadang menanjak kadang turun serta banyak pohon yang melintas di jalan dan belaian daun - daun ilalang di sepanjang jalur membuat ritme perjalanan semakin seru.

Setelah melalui beberapa kelokan, lamat - lamat terlihat sebuah cekungan besar yang akan menghipnotis langkah kita untuk berjalan lebih cepat dan terlihatlah oase gunung semeru, Danu Ranu Kombolo dari atas ketinggian.

Indah, menawan, menakjubkan. Di sebelah baratnya terlihat tanjakan cinta yang terkenal di kalangan pendaki. Sebelum turun ke area Ranu Kumbolo, kita akan melewati Pos 4.

Di sepanjang menuju Pos 4 ini, di pinggir - pinggir jalur banyak terdapat bunga Anggrek endemik Semeru, seperti jenis Coribis, Speristilus, dan lain - lain.

Pun demikian dengan bunga Edelweis yang juga berada di lereng - lerengnya. Sebaiknya berjalan dengan hati - hati agar tas Anda tidak merusak keanekaragaman hayati ini.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka
Oro - Oro Ombo
Tidak sabar rasanya di Pos 4 untuk segera turun ke arah danau Ranu Kumbolo. Namun, untuk sampai di pondokan pendaki maupun tempat yang biasanya digunakan para pendaki mendirikan tenda, Anda masih melewati jalan menurun terjal dan juga naik. Sampailah kita di Ranu Kumbolo.

Di sini Anda bisa mendirikan tenda maupun cukup melepas penat sekira satu jam sebelum melanjutkan ke Kalimati.

Bagi yang ingin menikmati pemandangan Matahari terbit di Ranu Kumbolo, Anda harus menginap dan mendirikan tenda.

Keindahan ciptaan Tuhan pada malam harinya juga bisa kita nikmati bertaburnya ribuan bintang di angkasa. Pagi harinya Anda bisa menikmati sunrise di Ranu Kumbolo dengan gambaran Matahari yang muncul di tengah - tengah dua bukit yang samar - samar dilengkapi dengan kabut putih dan bayangannya di air danau yang jernih.

Enggan rasanya meninggalkan Ranu Kumbolo dengan segala keindahannya; kabut putih yang berjalan pelan di atas air serta riak - riak kecil air yang ditimbulkan oleh ikan maupun angin. Ini melengkapi kemolekan ciptaan Sang Pencipta.

Danau yang dihasilkan dari tampungan air hujan berkumpul di cekungan kawah bekas letusan Gunung Jambangan.

Di sekitarnya, ada sebuah prasasti yang dipercaya peninggalan Kerajaan Khadiri ( Kediri ). Prasasti itu menghadap ke danau dengan keberadaan tulisan membelakangi danau.

Dalam prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Jawa kuno ini, kalau diterjemahkan berbunyi “Mpu Kameswara Tirtayasa”.

Kameswara atau Bameswara merupakan nama Raja Kadiri. Sementara, prasasti tersebut sebagai penanda jika Danau Ranu Kumbolo berfungsi sebagai air suci.

Dari beberapa sumber disebutkan jika Ranu Kumbolo adalah tempat bersemedi Raja Bameswara. Danau ini juga dipercaya sebagai tempat mandi para dewa dan menjadi air suci Gunung Semeru.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka
Tanjakan Cinta
Perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Mahameru masih berjarak 10,2 kilometer. Rinciannya sebagai berikut, Ranu Kumbolo - Cemoro Kandang 2,5 km, Cemoro Kandang - Jambangan 3 km, Jambangan - Kalimati 2 km, Kalimati - Arcopodo 1,2 km, dan Arcopodo - Mahameru 1,5 km.

Mengawali pendakian dari Ranu Kumbolo, Anda akan melihat beberapa batu nisan atau pertanda pendaki yang meninggal dunia.

Tempatnya berada di samping jalan setapak Tanjakan Cinta. Ada beberapa nama di sana dan bisa dijadikan pengingat bagi para pendaki agar selalu ingat Yang Maha Kuasa dan berhati - hati demi keselamatan.

Menapaki Tanjakan Cinta akan menguras energi, terlihat pendek tapi ternyata cukup panjang dan membuat napas terengah - engah. Penuh perjuangan ekstra dan energi lebih, setapak demi setapak untuk mencapai pucuk tanjakan.

Anda bisa istirahat sejenak sambil melihat aneka anggrek yang menempel di ranting - ranting pohon pinus, dan memandangi danau Ranu Kumbolo dari ketinggian.

Beberapa tenda pendaki serta kabut putih yang melewati danau dengan latar hamparan langit yang biru cerah bisa Anda lihat, harmoni keindahan alam sebagai media mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Di balik bukit Tanjakan Cinta sudah menungu Oro - Oro Ombo. Dari atas terlihat padang savana yang dihiasi tumbuhan sejenis lavender dengan bunganya yang ungu.

Ada dua jalur dari sini; jalur melipir di pinggiran bukit sebelah kiri dan jalur membelah savana serta tumbuhan jenis lavender. Dua jalur ini akan bertemu di satu titik di kawasan Cemoro Kandang.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka
Puncak Semeru
Dari atas savana terlihat seperti rumput, tapi bila Anda lewati tingginya hampir sama dengan dengan tinggi badan orang dewasa.

Di Cemoro Kandang, Anda bisa rebahan santai sambil menikmati hamparan savana dan lavender berwarna keunguan dari kejauhan, sembari menikmati hawa sejuk, serta desiran angin dan suara mendesis khas hutan pinus.

Biasanya para pendaki duduk - duduk di atas pohon pinus yang tumbang. Ada juga bersandar di pohon yang berdiri tegak. Merebahkan diri di atas rumput hijau sambil menyeruput kopi yang dibawa dari Ranu Kumbolo.

Bila napas sudah normal kembali serta pundak sedikit lebih ringan setelah beberapa saat melepas tas berkilo - kilogram yang membebani pundak, perjalanan bisa dilanjutkan membelah hutan pinus yang luas. Medannya cukup berat karena terus menanjak dan sedikit sekali ada bonus jalan yang turun.

Untuk menurangi rasa capek, Anda bisa bercanda ringan dengan rekan seperjalanan. Sebelum sampai di Jambangan, Anda bisa istirahat sejenak di Kalisat, sebuah cekungan mirip sungai dengan tanah berpasir tanpa air sehinga disebut Kalisat.

Di atas Kalisat, ada tempat yang cukup nyaman dan luas untuk rehat bagi pendaki berkelompok lebih dari 10 orang.

Dari sini Anda mendapat medan yan turun sedikit kemudian naik di antara dua bukit. Tibalah kita di lahan mendatar yang disebut Jambangan.

Ada savana, berbagai jenis anggrek, serta bunga Edelweis menyambut mata kita. Di sebelah selatan, Nampak guratan - guratan puncak Mahameru yang menjulang gagah.

Beberapa pendaki lain sering Anda jumpai tengah beristirahat sejenak di sini, saling tegur biasa dilakukan dan menjadi kekhasan meski belum pernah mengenal.

Bincang - bincang ringan terkait jalur serta pengalaman lain bisa menambah semangat tersendiri. Dari Jambangan, jalur menuju Kalimati cukup ringan karena jalannya menurun dan landai dengan jarak 2 kilometer.

Setelah berjalan santai, Anda akan menemui Kalimati, sebuah kawasan dengan padang rumput yang diapit hutan pinus.

Di sini juga ada pondokan permanen. Para pendaki biasanya mendirikan tenda di kawasan ini sembari mengisi perbekalan air di Sumber Mani yang lumayan jauh.

Bisa ditempuh perjalanan selama satu jam. Sebaiknya bersama pendaki yang lebih tahu tempat ini atau berkelompok dan tidak mengambil air terlalu gelap.

Dikhawatirkan tersesat meski ada petunjuknya, atau bertatap muka dengan hewan buas.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka

Dari Kalimati, terlihat lebih jelas bekas aliran lahar dingin yang membentuk guratan - guratan curam di lereng puncak Mahameru.

Di tengahnya juga terlihat jalur pendakian menuju puncak Mahameru, puncak abadi para dewa, atap tanah Jawa atau kaki langit Jawa.

Sebaiknya istirahat di Kalimati sambil memasak untuk dimakan dan bekal menuju puncak pada malam hari.

Perjalanan Kalimati normalnya membutuhkan waktu tempuh selama 5 - 6 jam. Ada juga yang hanya 4 jam sampai puncak.

Selain Kalimati, para pendaki biasanya mendirikan tenda di kawasan Arcopodo yang berjarak 1,2 kilometer dari Kalimati.

Namun, di sini tanahnya berdebu, rawan longsor, serta jauh dari sumber air. Sebaiknya Anda mendirikan tenda di sekitar Kalimati, menyiapkan perbekalan serta perlengkapan yang cukup untuk digunakan mendaki ke puncak Mahameru.

Persiapan summit attack atau mendaki ke puncak dari Kalimati sebaiknya dilakukan pukul 00.00 WIB, agar sampai di puncak beberapa saat sebelum Matahari terbit, kalau tidak mendung. Sebab kalau terlalu pagi di puncak, Anda akan kedinginan.

Perbekalan yang dibawa cukup air sesuai kebutuhan, minimal satu botol minum 1,5 liter. Bisa membawa tas pinggang atau daypack kecil untuk digunakan membawa air dan makanan ringan.

Madu, coklat, serta minuman berkalori, serta makanan ringan cukup membantu mengisi energi saat mendaki puncak. Usahakan tidur sore agar bangunnya tidak terlewat. 

Alarm berbunyi kencang, jarum jam di tangan menunjukkan pukul 00.00 WIB. Saatnya bangun, persiapan menuju puncak Mahameru.

Semua perbekalan dan perlengkapan, seperti senter atau headlamp yang disiapkan sore hari, jangan sampai ketinggalan. Baju hangat, seperti jaket, mantel ( untuk jaga - jaga jika hujan ), serta masker dan penutup kepala juga harus dibawa.

Usahakan tidak terlalu membawa barang yang berat, cukup air secukupnya dan makanan ringan. Sebelum berangkat, Anda sebaiknya berdoa agar diberi kemudahan dan kekuatan untuk bisa mencapai puncak.

Perjalanan sesungguhnya akan dimulai, dimana egoisme pribadi mutlak dibuang, berangkat bersama, pulang juga harus bersama, buang jauh - jauh sifat sombong.

Puncak Mahameru bagian dari tujuan, pulang dengan selamat menjadi tujuan utama.

Jangan sampai meninggalkan anggota kelompok sendirian di jalan meski Anda masih kuat berjalan. Lebih baik kembali daripada meninggalkan teman sendirian di lereng puncak Semeru. Banyak pendaki yang hilang ketika dalam keadaan sendiri di lereng puncak Semeru.

Dari Kalimati, dibalut gelapnya malam dan bertaburnya bintang di angkasa perjalanan ke puncak dimulai. Melewati padang rumput ke arah timur, Anda akan menemui medan menurun dan menyeberangi kali yang sudah mati atau tidak ada airnya.

 Menjejak Langkah Menggapai Jonggring Saloka

Setelah itu, perjalanan sedikit menanjak dan terus menanjak tajam dengan medan tanah yang berdebu. Di kiri - kanan adalah jurang Blank 75 yang sering memakan korban.

Kurang lebih 2 jam, Anda baru sampai di Arcopodo. Dari sini, jalur ke puncak masih lurus ke atas mengikuti jalur yang sudah ada. Sedangkan lokasi dua arca kembar berada di sebelah kiri dengan medan jalan menurun.

Di sekitar Arcopodo juga dijumpai beberapa tenda pendaki yang bermalam di sini. Juga ada beberapa nisan atau in memoriam pendaki yang meninggal dunia atau hilang.

Dari Arcopodo menuju vegetasi terakhir, yang dinamai Kelik, bisa ditempuh kurang dari satu jam.

Kelik adalah perbatasan antara hutan pinus dengan lereng Semeru berupa pasir keabu - abuan. Di kanan - kiri terlihat jurang Blank 75 yang curam.

Sebaiknya selalu berdoa selama perjalanan dan konsentrasi ketika melangkah agar tidak terpeleset. Tak jarang medan yang dilalui hanya cukup untuk langkah kaki. Dari sinilah summit attack dimulai.

Istilah 5 - 3 atau 2 - 1 akan Anda rasakan di sini. Maju lima langkah mundur tiga langkah, atau maju dua langkah mundur satu langkah akan kita alami selama perjalanan menuju puncak.

Medan berpasir sedalam tumit memang menyulitkan para pendaki melangkah. Sebaiknya berjalan semampunya dan mengatur irama langkah dengan nyaman.

Istirahat mengatur napas dan mengisi perut dengan perbekalan serta minum air secukupnya.

Pendakian ini kadang memaksa pendaki merangkak. Sesekali menggapai tebing jalur sebagai pegangan sementara kaki mencari tumpuan untuk berpijak. Tak jarang, para pendaki banyak yang menyerah ketika berada di sini.

Meski jarak ke puncak tingal beberapa ratus meter, bahkan ada yang memilih kembali turun karena tersisa sekira 50 meter ke puncak.

Namun, karena kondisi fisik tidak memungkinkan atau kesiangan lebih baik turun. Puncak Mahameru masih bisa didaki lain waktu.

Jika lelah, sesekali Anda bisa berbaring di atas pasir dengan kemiringan yang curam. Sembari mengamati gemebyar bintang di langit serta bintang jatuh di langit.

Di sisi timur terlihat kemerlip cahaya lampu dari daerah Lumajang, di sisi barat juga terlihat kemerlip cahaya lampu dari daerah Malang. Jejak pendaki yang terlebih dulu naik bisa dijadikan pedoman untuk melangkah agar lebih mudah.

Dengan menancapkan ujung sepatu ke pasir juga bisa memudahkan Anda untuk melangkah. Temaram cahaya sinar di atas yang berkelip - kelip menunjukkan pendaki yang berada di atas juga banyak. Terlihat dekat namun masih terasa jauh. Semakin dilihat ke atas semakin terasa jauh.

Waktu sudah menujukkan pukul 05.00 WIB, puncak juga terlihat masih jauh di atas, sementara mega merah sudah menampakkan diri, di balik mendung yang tebal di ufuk timur.

Samar - samar mentari mulai terlihat, hamparan lautan awan di depan mata seolah berada di negeri di atas awan.

Sayup - sayup terdengar ekspresi para pendaki yang mencapai puncak dengan berteriak sekencang-kencangnya seraya bersyukur.

Sementara puluhan orang masih ada yang berjuang menapaki medan berpasir. Ada yang sampai ditarik dengan tali, ada juga yang menunggu kelompoknya naik.

Bahkan, ada juga yang terpaksa kembali karena merasa fisiknya tidak mampu lagi naik. Di sinilah kesabaran kita diuji, sifat ego terhadap kelompok juga tengah diuji.

Menjelang pukul 06.00 WIB, samar - samar terdengar suara para pendaki yang sudah mencapai puncak. Setelah sampai di puncak bayangan, ada petunjuk arah menuju jalur puncak, sedikit belok ke kiri kemudian naik beberapa meter terlihatlah kibar bendera merah putih berkibar di atas ketinggian 3.676 Mdpl.

Puncak Mahameru, Gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kawahnya yang dikenal dengan sebutan Jonggring Saloka berada di sebalah selatan puncak  Mahameru.

Setiap 15 - 20 menit menyemburkan asap vulkanik disertai dentuman yang menggelegar. Momen ini sering dimanfaatkan pendaki untuk berfoto - foto selain berfoto di samping sang saka Merah Putih.

Hamparan pasir serta bebatuan berserakan di atas puncak. Di sebelah selatan tampak terlihat laut selatan pesisir Lumajang, di sisi utara terlihat pegunungan Tengger serta Bromo, agak ke barat Anda juga melihat bentuk mungil Gunung Arjuna dan Welirang. Sementara, di sisi Barat ada Gunung Kawi dan Panderman.

Pendaki juga dilarang mendekati kawah Jonggring Saloka karena sangat berbahaya. Waktu berada di puncak memang terbatas karena semakin siang berkabut serta angin cenderung mengarah ke utara atau mengarah ke puncak Mahameru. Asap beracun bisa terbawa ke puncak sehingga membahayakan para pendaki.

Sebaiknya kita turun kembali setelah agak siang dan mulai banyak kabut. Selama perjalanan turun, sebaiknya tetap konsentrasi dan tetap berkelompok. Sebab, pendaki yang hilang, tersesat, atau jatuh sering terjadi ketika perjalanan turun.

Perjalanan turun memang cukup singkat, biasanya dua jam Anda sudah sampai Kalimati. Namun cukup membahayakan, disamping karena faktor kelelahan, konsentrasi juga sering berkurang. Tak heran jika banyak pendaki yang terpeleset ketika turun dari puncak.

Selama perjalanan turun, Anda baru bisa melihat dengan jelas bagaimana curamnya jurang Blank 75 yang yang berada di sisi kanan dan kiri tempat Anda berjalan malam harinya. Selain jalan yang curam dan berdebu, jika hujan sedikit licin dan berbahaya.

Setelah perjalanan dua jam, sampailah di kalimati, Anda bisa istirahat sejenak sambil mengemas barang-barang untuk menuju Ranu Kumbolo.

Dari Ranu Kumbolo, Anda bisa bermalam lagi atau istirahat secukupnya sambil mengisi perut sebelum melanjutkan perjalan ke Ranu Pane dan pulang.

Jangan lupa semua sampah yang Anda bawa mulai perjalanan berangkat hinga pulang, bawa dalam trash bag yang wajib dibawa pendaki.

Jangan sampai meninggalkan sampah di kawasan taman nasional. Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, jangan ambil apapun kecuali gambar.    src

Liburan Di Yogyakarta Puas Dan Hemat

Salah satu hal yang patut dipersiapkan saat menghadapi liburan, ialah menentukan tempat untuk beristirahat. Di setiap kota yang menjadi destinasi liburan pasti bisa dengan mudah Anda menjumpai hotel ataupun penginapan. Bagi Anda yang akan menghabiskan waktu liburan di Kota Gudeg, Yogyakarta, bisa menikmati liburan dengan dana yang tidak terlalu boros. Salah satunya ialah menentukan hotel yang memiliki harga sewa murah.
www.belantaraindonesia.org

Di Yogyakarta yang merupakan kota destinasi wisata favorit tentunya menyuguhkan berbagai pilihan tempat menginap. Banyak hotel yang berdiri di kota ini, mulai dari yang kelas melati hingga yang berbintang. Bagi Anda yang memiliki budget lebih tentunya lebih menyukai pilihan hotel - hotel berbintang. Bagi Anda yang menginginkan liburan namun tetap hemat, bisa memilih beberapa hotel murah berikut ini:

Wisma Martha 
Hotel ini merupakan salah satu hotel dengan biaya sewa kamar cukup murah, tarif dasarnya dimulai dari Rp 80.000 / malam yang sesuai untuk 2 orang. Sedangkan bagi anda yang menginap secara rombongan, yang terdiri dari 6 orang, harganya Rp 400.000 / malam. Hotel murah ini berada di lokasi yang strategis, yakni di Jl. Rejowinangun No. 15 A dekat dengan Jogja Expo Center ( JEC ). Letaknya yang strategis memudahkan Anda untuk mengunjungi daerah wisata yang tersebar di sekitar pusat kota Yogyakarta. Terlebih transportasi di kota ini termasuk murah, bus umum memasang biaya Rp 3.000 jauh dekat. Atau Anda bisa memilih sarana transportasi Trans Yogyakarta, yang menyediakan fasilitas AC di dalamnya.

Pondok 71 
Untuk hotel satu ini juga masuk kategori murah biaya sewanya, yakni antara Rp 70.000/ malam hingga Rp 180.000/ malam. Lokasinya pun cukup strategis, yakni terletak di sebelah keraton Yogyakarta. Dengan biaya tersebut Anda sudah mendapatkan fasilitas berupa TV, AC, Dispenser, Kamar Mandi, dan dapur yang terletak di dalam kamar. Fasilitas tersebut tentunya sudah akan menjamin kenyamanan Anda dalam beristirahat guna menikmati liburan dengan maksimal keesokan paginya. Hotel ini juga bersih dan nyaman, sehingga Anda tidak perlu khawatir akan higienitas yang ada.

House 140 
Hotel ini juga masuk kategori hotel yang murah meriah, karena tarif sewanya dimulai dari Rp 80.000 / malam hingga Rp 230.000 / malam. Dengan membayar sewa harga tersebut Anda sudah mendapatkan kamar yang dilengkapi AC, TV LCD, Kamar Mandi dalam, dan Hotspot internet gratis. Kamarnya juga dilengkapi dengan balkon, sehingga Anda bisa menikmati keindahan Kota Gudeg di malam hari dengan nyaman sembari menikmati semilir angin. Hotel ini ada di alamat Jl. Maguwo No. 140, Wonocatur Blok O, Janti. Anda bisa menikmati liburan yang nyaman dengan fasilitas memadai tanpa harus mengorbankan biaya yang mahal.

Menikmati liburan dengan memilih hotel murah tidak akan menganggu kualitas liburan Anda. Asalkan Anda memperhatikan hotel yang Anda pilih, sesuaikan dengan budget dan harapan Anda. sehingga Anda bisa tidur pulas tanpa takut ataupun was - was saat memejamkan mata.

Hotel yang tersebut di atas bisa Anda jadikan pilihan, sebagai sarana penunjang liburan yang sesuai dengan keuangan Anda. Hotel yang murah pun menyediakan fasilitas yang cukup untuk Anda menghabiskan liburan super menyenangkan.

Untuk mendapatkan informasi yang mendetail seputar hotel tersebut, Anda bisa memanfaaatkan website online booking untuk hotel di Yogyakarta. Walaupun hotel - hotel tersebut sudah memiliki website yang bisa Anda kunjungi kapan saja, namun terkadang kendalanya pada support dan kecepatan dalam penanganan konsumen. Anda juga bisa mendapatkan informasi type kamar yang ditawarkan pihak manajement hotel.

Mendaki Atapnya Yogyakarta

Mendaki Atapnya Yogyakarta - Gunung Merapi yang berada dalam satu garis lurus dengan Keraton Yogyakarta dan Laut Selatan memiliki peranan penting dalam masyarakat Yogyakarta khususnya dan Jawa pada umumnya. Hal ini diyakini sebagai sebuah trinitas kosmologi yang memiliki hubungan erat satu sama lain. Merapi sebagai api, Laut Selatan perlambang air, sementara Keraton adalah penyeimbangnya.

Mendaki Atapnya Yogyakarta

Pendakian ke puncak Merapi saat itu kami lalui lewat rute pendakian jalur sisi Utara, yaitu via Dusun Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Plalangan adalah dusun terakhir bila kita akan melakukan pendakian melalui jalur Selo.

Untuk mencapai Base camp Barameru kediaman pak Min, kita harus berjalan kaki melewati jalan aspal menanjak karena tak ada angkutan umum yang lewat kampung ini. Bila ingin lebih mudah kita bisa menggunakan kendaraan sendiri atau menyewa.

Sebenarnya masih ada jalur lain seperti jalur Deles ataupun Babadan. Namun, rutenya relatif lebih sulit sehingga jalur Selo menjadi favorit para pendaki hingga kini. Sementara itu, jalur Selatan via Dusun Kaliadem sudah tidak bisa dilalui pasca erupsi besar tahun 2010 silam.

Mendaki Atapnya Yogyakarta

Di Base camp Barameru kita bisa beristirahat dan bermalam, tak ada tarif baku, sepantasnya saja. Pendakian kali ini di temani Pemandu dari Belantara Indonesia. Bila ada pendaki yang memerlukan bantuan, pemandu tersebut bisa menjadi porter atau juga guide.

Tarif untuk porter berkisar Rp 130.000 sementara untuk guide Rp 350.000. Siapkan air secukupnya karena kita tak akan menemui mata air selama perjalanan hingga ke puncak. Jangan lupa membawa jaket bila tak ingin membeku disergap dingin udara gunung.

Lama perjalanan normal mendaki Merapi hingga puncak sekitar 5 - 6 jam. Empat hingga lima jam pertama dihabiskan melewati Base camp hingga pos 3 atau Pasar Bubrah, selanjutnya perjalanan selama sekitar satu jam dari Pasar Bubrah ke puncak.

Mendaki Atapnya Yogyakarta

Perjalanan dimulai dengan tanjakan aspal hingga New Selo, selanjutnya berganti dengan jalan setapak melewati ladang tembakau dan kubis milik penduduk. Setelah berjalan selama kurang lebih 1 jam, gapura selamat datang akan menyambut.

Sekitar sejam perjalanan dari gapura melewati hutan pinus, kita akan sampai di Pos 1 Selokopo Bawah. Dari Pos 1 menuju Pos 2 Selokopo Atas memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan medan terjal yang menguras tenaga.

Rute Pos 2 ke Pos 3 atau Pasar Bubrah relatif lebih mudah meskipun tetap dipenuhi batu. Tak ada penerangan selama perjalanan, jadi pastikan headlamp dalam kondisi prima.

Mendaki Atapnya Yogyakarta

Dalam gelap, bukan berarti tak ada pemandangan yang tak bisa dinikmati. Suasana damai begitu terasa; sayup - sayup terdengar bunyi gamelan yang digelar warga, mengiringi setiap langkah menapaki kerasnya batu sisa - sisa muntahan kawah.

Angin pun tak mau ketinggalan dalam pertunjukan, disapanya pohon - pohon agar ikut bersuara, semakin menambah hawa magis Merapi. Saat berhenti sejenak untuk melepas lelah, terlihat di bawah ribuan lampu bagaikan kerajaan kunang - kunang. Cobalah menengadah ke atas, jutaan bintang memenuhi langit kelam, seperti taburan serbuk peri yang berkilauan.

Sebelum sampai di Pasar Bubrah kami berniat mendirikan tenda untuk istirahat sejenak. Dari tempat menggelar tenda ini, pemandangan rupawan yang telah kami cicipi tadi bisa lebih puas dinikmati. Seolah berada di dunia lain ketika di bawah kaki terlihat ribuan lampu kota, sedangkan mendongak ke atas para penghuni galaksi Bima Sakti tampak jelas.

Mendaki Atapnya Yogyakarta

Saat mentari datang esok paginya, semua berubah. Gemerlap bintang digantikan cahaya keemasan muncul dari balik Gunung Lawu di sisi Timur, membuat tanah yang kami pijak bak permadani bersulam benang emas dari Persia. Gunung Merbabu dengan tenang duduk di sisi Utara, sementara tiga bersaudara Gunung SlametSumbing dan Sindoro masih sedikit tertutup kabut di sebelah Barat bagaikan komplek piramida Giza di Mesir.

Menikmati suasana Merapi seperti ini seolah mempertanyakan keganasannya yang legendaris, sejenak lupa bahwa gunung ini pernah menelan ribuan nyawa, mengubur peradaban, mengusir Kerajaan Mataram Kuno hingga ke Timur Pulau Jawa.

Bergegas setalah cukup istirahat dan menikmati alam di lereng Merapi, kami segera menuju Pasar Bubrah. Berada di Pasar Bubrah yang 8000 tahun silam adalah kawah Merapi. Rute penuh pasir dan batu menjadi pilihan satu - satunya, tak ada jalan lain.

Mendaki Atapnya Yogyakarta

Pasir dan kerikil tak cukup kuat menahan pijakan, menarik kaki untuk terus - terusan merosot. Magma beku dari erupsi terakhir juga masih terlalu labil hingga harus ekstra hati - hati memilih batu yang tepat, memaksa kita harus merangkak untuk bisa maju selangkah demi selangkah.

Setelah sekitar 1 jam, bau belerang menghampiri hidung kami. Berdiri di bibir kawah dari gunung paling aktif di negeri ini tentu sebuah pengalaman tak terlupa, 2914 meter tingginya dari permukaan laut. Pemandangan dari sini tak kalah spektakuler, sehingga perjalanan penuh perjuangan serasa tak berbekas, hilang entah ditelan siapa. Kami sudah di Puncak Kandang Geni Gunung Merapi.

Puncak Merapi ini juga merupakan spot favorit para pendaki untuk menikmati sunrise. Hanya saja, tempat yang sempit dan curam menyulitkan para pemburu gambar untuk bisa berpindah - pindah mencari sudut terbaik, apalagi untuk meletakkan tripod.

Mendaki Atapnya Yogyakarta

Sebelum siang datang, kami segera turun. Perjalanan pulang ke base camp memakan waktu sekitar 4 jam. Disinari cahaya Matahari, terlihat lahan penduduk di lereng gunung. Kawasan ini adalah daerah subur berkat abu vulkanik yang rutin dikeluarkan kawah Merapi.

Sesungguhnya Merapi tak pernah marah; dia hanya menyeimbangkan diri, membagi apa yang dimilikinya untuk alam di sekitarnya.

Tabah Sampai Akhir

Sepasang tongkat kini tak pernah jauh dari Irfan Ramdhani sejak kakinya lumpuh. Irfan sempat membayangkan tak lagi bisa mendaki gunung, arung jeram, susur goa, hingga panjat tebing yang menjadi kegemarannya selama ini.

 Tabah Sampai Akhir
Irfan Ramdhani di Ranu Kumbolo dalam perjalanan menuju Gunung Semeru. | DOK IRFAN RAMDHANI
Pada waktu bersamaan ia juga diputus cinta oleh sang kekasih. Namun pria ceria ini tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan. Irfan kembali menjadi petualang alam meski di tengah keterbatasannya.

Sepasang tongkat itu akhirnya menemani Irfan mendaki Gunung Semeru, Jawa Timur dan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.

Tak hanya bagi Irfan, dua gunung itu memang diidamkan para pendaki. Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa dan Gunung Rinjani adalah gunung tertinggi kedua di Indonesia.

Tak ada yang menyangkal, kedua gunung itu menyuguhkan karya indah Sang Maha Pencipta.

"Dalam benak sempat terlintas, apa bisa saya naik gunung lagi saat bertemankan setia dengan tongkat ini? Ah, sebenarnya itu tidak baik dibicarakan karena perkataan adalah doa. Jadi saya hanya yakin dan yakin agar bisa menggapainya," ujar Irfan.

 Tabah Sampai Akhir
Irfan Ramdhani latihan diving sekaligus terapi untuk kakinya di laut Nusa Penida, Bali bersama Bali International Diving Professional ( BIDP ). ( Dok Irfan Ramdhani )
Kerinduan Irfan bercengkrama dengan alam membuatnya bertekad kuat untuk mendaki lagi. Untuk pertama kalinya ia mendaki Semeru dan Rinjani, sekaligus dalam keadaan lumpuh. Meski harus pakai sepasang tongkat, mengapa tidak?

Jalan seperti kepiting hingga digendong
Menjajal medan pegunungan dengan tongkat untuk menopang kaki yang berjalan tentunya berbeda. Gunung Semeru berketinggian 3.676 Mdpl adalah gunung pertama yang ia daki dengan tongkat itu.

Tiba di kaki Gunung Semeru, Irfan terdiam sejenak mengumpulkan kembali tekadnya. Mahameru yang menjulang tinggi seakan terus memanggilnya dan menambah energi semangat itu.

Berada di kaki Gunung Semeru sudah membuatnya tertegun. Irfan tak menyangka bisa berada di sana yang sebelumnya hanya ada dalam lamunan dan mimpi dalam tidurnya.

Sembari membayangkan Mahameru dan indahnya danau Ranu Kumbolo, Irfan terus meyakinkan diri dalam hati. Kedua tongkat itu dijepit kencang pada ketiaknya.

"Saat pertama kali menginjakkan kaki serta melangkahkannya di gunung itu saya terdiam sejenak dan mendongakkan kepala ke atas agar bisa menghirup udara segar yang merasuk kedalam otak saya. Dalam hati saya berdoa," ucap pria kelahiran 26 April 1990 itu.

 Tabah Sampai Akhir
Saat jalur curam atau terjal, Irfan harus mengesot. ( Dok Irfan Ramdhani )
Tak selalu mengapit tongkatnya, Irfan juga harus mengesot ketika mendapati medan yang menanjak atau curam.

Ketika jalan menurun, Irfan harus meluncur dengan hati - hati. Bahkan ia harus berjalan miring seperti kepiting ketika melewati jalur yang sempit dan di sisi kiri atau kanannya terdapat jurang.

"Kalau dulu sebelum saya memakai tongkat, saya bisa berlari - lari saat mendaki gunung. Tapi ketika dengan kedua tongkat, saya harus ekstra hati - hati," katanya.

Di sana, Mahasiswa Pencinta Alam ( Mapala ) Universitas Gunadarma itu ditemani sahabatnya Fernando Halim serta teman - teman sesama Mapala setempat.

Sepanjang jalan ia bersyukur karena banyak bertemu pendaki lain yang ikut membantu. Irfan menceritakan, hampir setiap pendaki berjabat tangan padanya dan menepuk bahunya untuk memberikan semangat untuk bisa sampai atas.

Cerita Irfan pada pendakian di Rinjani yang baru saja dilakukannya bulan Mei 2013 ini juga tak kalah menarik.

Pada gunung yang memiliki ketinggian 3.726 Mdpl itu, Irfan mencapai Danau Segara Anak melalui rute Torean.

Jalur yang cukup ekstrem baginya membuat pendakian Irfan yang ditemani Salmon dan Sevis dari Grahapala Rinjani memakan waktu 12 hari untuk naik dan turun gunung Rinjani. Waktu tempuh itu lebih dari biasanya.

"Saya melewati sungai, menyisir tebing dengan tali webing yang dijadikan harnest full body, ditambah carabiner untuk pengaitnya. Saya full ngesot melewati suatu punggungan di atas sungai," paparnya.

Irfan harus dibopong ketika melewati punggungan, juga digendong meniti jalur sungai dengan bebatuan tak beraturan.

Hal terberat bagi Irfan, saat kaki kirinya tidak bisa digerakkan dan membengkak. Saat itu, Irfan harus mengesot dalam perjalanan pulang dari Danau Segara Anak melalui rute Sembalun.

Keterbatasan bukan hambatan
Irfan lumpuh karena terjatuh dari dinding panjat pada ketinggian 10 meter, Maret 2010. Dia jatuh menyentuh aspal dalam posisi duduk yang menyebabkan bagian pinggang hingga kaki tak bisa digerakkan.

Sebelum memakai tongkat, pria yang kerap disapa Pancong itu sempat hanya duduk di kursi roda. Beruntung, Irfan terus mendapat dukungan dari sang ibunda, Ilis dan orang sekitarnya.

Bahkan dari orang yang digemarinya yaitu Riyanni Djangkaru, seorang diver yang pernah membawakan acara petualangan di stasiun televisi swasta.

Melalui Riyanni, Irfan kini menjalani terapi untuk kakinya dengan diving di Bali International Diving Professional ( BDIP )

Di sana ia bertemu para penyelam dari Yayasan Senang Hati yang juga memiliki keterbatasan sepertinya.

 Tabah Sampai Akhir
Irfan ( tengah ) dibantu Nando dan Boby melewati jalur di Gunung Semeru. ( Dok Irfan Ramdhani )
Petualangan demi petualangan baru terus dijajakinya. Kini, ia pun telah mengantongi sertifikat diving. Irfan juga tak pernah absen menceritakan pengalamannya yang rencananya akan dibukukan dengan judul "Tabah Sampai Akhir".

Irfan berharap dapat kembali berjalan normal meski saat itu ada dokter yang menyatakan ia akan lumpuh selamanya.

Mimpinya menjelajahi alam Indonesia tak pernah padam. Ia ingin mendaki gunung es hingga menyelam di surga bawah laut, Raja Ampat, Papua.

"Jika pikiran saya bisa membayangkannya, hati saya bisa meyakininya. Saya tahu akan menggapainya jadi berpikirlah positif dan bermimpilah kawula muda, para petualang. Jagalah mimpi - mimpi itu agar bisa menjadi nyata. Keterbatasanku tidak membatasiku untuk menembus batas, karena keterbatasan bukan suatu hambatan dan bahwa tabah bukan di awal, tabah juga bukan di pertengahan, tapi tabah sampai akhir," papar Irfan. source

Puncak Ama Dablam Di Gapai Pendaki Indonesia Lagi

Sebuah rasa yang luar biasa bisa mengibarkan bendera Merah Putih di puncak dunia. Kali ini satu lagi pendaki Indonesia dari Gapai Tinggi Indonesia berhasil mencapai puncak Gunung Ama Dablam setinggi 6.812 Mdpl di Nepal. Dan akhirnya Sang Saka Merah Putih pun berkibar bebas di tingginya gunung dunia.

www.belantaraindonesia.org
Ama Dablam, the mother’s neklace, kalung ibu
Pendaki Indonesia, Fedi Fianto, berhasil menjejak puncak Gunung Ama Dablam. Pada hari Jumat, 22 November 2013. Bendera Merah Putih berkibar pada ketinggian 6.812 mpdl, tepat pukul 12.15 waktu setempat, setelah melakukan pendakian dari Base Camp Ama Dablam, rute Southwest Ridge selama 28 jam.

Gunung Ama Dablam terletak di kawasan Solukhumbu, Nepal. Pertama kali didaki pada tahun 1961 oleh oleh Mike Gill ( New Zealand ), Barry Bishop ( AS ), Mike Ward ( Inggris ) dan Romanes Wally ( New Zealand ) melalui rute Southwest Ridge. Pendakian tersebut di pimpin oleh Sir Edmund Hillary, pendaki pertama yang berhasil mencapai puncak Everest bersama dengan Sherpa Tenzing Norgay pada tahun 1953.

www.belantaraindonesia.org
Ama Dablam Base Camp
Fedi, seorang praktisi media digital yang tergabung dalam tim Gapai Tinggi Indonesia, merupakan orang kedua di Indonesia yang berhasil mencapai puncak Ama Dablam, setelah Alvin Egie dari Himpala Unas Tahun 2012. Pencapaian ini merupakan prestasi membanggakan bagi Indonesia, karena puncak tertinggi Ama Dablam terkenal sangat sulit didaki, bahkan lebih sulit dari mendaki Everest, yakni Grade E5.

Tingkat kesulitan teknis Grade E5 mengacu pada British Grading System. Ama Dablam memiliki tingkat ketahanan fisik tingkat E, kesulitan teknis tingkat 5, dan waktu pendakian 31 hari.

Sherpa di Nepal menyebutkan bahwa banyak pendaki Gunung Everest yang gagal mendaki Ama Dablam. Bagian tersulit Everest adalah Khumbu Ice Fall, sedangkan Ama Dablam memiliki tiga bagian tersulit yang tersebar dari Camp 1 s/d Camp 3, yaitu Yellow Tower - Grey Tower dan Mushroom Ridge, yang masing - masing melewati gigiran jurang. Karena itu dibutuhkan kemampuan teknis rock climbing dan ice climbing untuk mendaki Ama Dablam ini.

www.belantaraindonesia.org
Camp 1 Ama Dablam
Selain itu juga, tipe gunung ini ter - exposed sehingga sangat rentan terhadap cuaca buruk, seperti kejadian angin kencang yang terjadi pada ekspedisi kemarin. Bagian akhir menuju puncak adalah dinding es dengan tingkat kemiringan 40 derajat, sehingga harus menggunakan fix rope. Selain butuh fisik yang benar - benar prima, pendaki perlu memiliki kemampuan panjat tebing yang baik pula. Karena itu, tim telah berlatih keras selama dua tahun untuk mempersiapkan diri menghadapi medan berat Ama Dablam.

"Jam 08.00 saya mencapai Camp 3. Angin dingin yang sangat kencang menerpa tubuh saya. Suhu mencapai -35 derajat Celsius. Beberapa pendaki memutuskan turun membatalkan upaya summit. Saya sempat ragu, tapi dengan niat kuat dan melihat pendaki terdepan tetap maju, saya terus melanjutkan pendakian," kata Fedi yang saat ini masih berada di Tengboche dalam perjalanan kembali ke Kathmandu.

www.belantaraindonesia.org
Mendaki ke ketinggian 5.000 Mdpl
Menurut data dari Ministry of Culture Tourism and Civil Aviation pemerintah Nepal, pada masa pendakian musim gugur 2013 ini tercatat ada 20 tim ekspedisi yang berusaha menggapai puncak Ama Dablam. Fedi dan anggota tim lain dijadwalkan tiba kembali ke Tanah Air tanggal 6 Desember 2013.

Hingga saat ini, sudah 3 tim Indonesia yang dikirim ke Ama Dablam yaitu Himpala Unas 2012 ( 2 orang ), Bandung Juara 2013 ( 3 orang, tim leader: Sofyan Arief Fesa, Ina 7 Summit ), Gapai Tinggi Indonesia ( 4 orang ). Total pendaki 9 orang.

www.belantaraindonesia.org
Mendaki menuju Camp 2 yang teknikal
Tim Gapai Tinggi Indonesia, terdiri dari lima orang anggota tim yaitu Taufan Hidayat, Arief Hidayat, Fedi Fianto, Nikk, dan Cak Lukik. Tim ini adalah yang kedua dari Indonesia yang berhasil menggapai puncak Ama Dablam setelah tahun lalu dilakukan oleh tim dari Himpala Unas.  Source Photo Credit

Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu

Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu, kegiatan pendakian gunung yang kesekian kalinya menuju Gunung Lawu 3265 Mdpl di perbatasan Jawa Tengah ( Karanganyar ) dan Jawa Timur ( Magetan ).

Cemoro Sewu berada pada ketinggian 1.600 Mdpl, sore hari udara di tempat ini sudah terasa dingin. Justru saat itulah Belantara Indonesia tiba, sore dan hujan.

 Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu

Pendakian menuju Lawu pada tanggal 12 - 14 November 2013 ini memang hanyalah sebagai kegiatan untuk memupuskan rasa rindu akan alam gunung, terutama Gunung Lawu yang melegenda karena peninggalan Brawijaya V dan Kerajaan Majapahitnya.

Cemoro Sewu, jalur pendakian Gunung Lawu terdapat sebuah mushola dan MCK yang memiliki enam buah kamar mandi dan WC hanya berjarak dekat dengan Cemoro Kandang di wilayah Karanganyar.

 Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu

Jalur Cemoro Sewu memiliki jalan setapak berbatu yang sudah tertata rapi. Awal perjalanan jalur ditumbuhi oleh pohon – pohon cemara, karena lebatnya hutan cemara yang tumbuh maka daerah ini dinamai Cemoro Sewu ( Seribu Cemara ).

Pemandangan kontras segera muncul setelah melewati hutan Cemara. Di kiri kanan jalur terdapat kebun sayur hingga mencapai Pos 1. Sementara di sela – sela kebun sayuran pohon – pohon sisa kebakaran nampak kering, menunggu untuk roboh.

Sebelum sampai Pos 1 terdapat Sumber Air Wesanan dipuncak gunung kita menemukan tempat – tempat mata air yang dikeramatkan oleh masyarakat. Jalur mendatar dan sedikit menanjak hingga Pos Pertama.

Disini juga terdapat sebuah bangunan untuk beristirahat juga ada sebuah warung makanan, yang buka pada hari Kamis – Minggu dan pada musim – musim ramai pendakian dan ramai orang berziarah.

 Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu

Menuju Pos 2 jalur melewati batu – batuan dengan kemiringan yang cukup tajam. Kita akan melewati tempat keramat yakni Watu Jago, sebuah batu besar yang bentuknya menyerupai ayam jago.

Pos 2 berupa dataran yang agak luas, banyak ditumbuhi pohon – pohon besar dan banyak batu besar, sehingga pendaki dapat membuat tenda ditempat ini dengan nyaman karena terlindung dari hempasan angin.

Bila ramai di Pos 2 ini juga sering terdapat pedagang makanan. Di Pos ini terdapat bangunan beratap yang sering digunakan para pedagang untuk berjualan makanan.

Dari Pos 2 menuju Pos 3 Jalur batu – batuan semakin curam dan menanjak. Di jalur ini terdapat asap belerang sehingga pendaki disarankan untuk tidak berlama – lama beristirahat di Pos 3. Menuju Pos 4 jalur menanjak, merangkak pada batu – batuan.

 Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu
Sendang Drajad
Pos 4 hanya berupa tempat datar yang sempit yang berada di cerukan tebing batu, hanya cukup untuk mendirikan satu buah tenda, tempat ini sedikit terlindung dari hempasan angin.

Setelah melewati Pos 4 kita sudah berada dilereng yang curam, angin sangat kencang dan dingin sekali. Jalanan sangat sempit dan curam, membuat badan hampir beku, usahakan mencari celah bukit untuk berlindung dari angin.

Pos 5 atau Pos Sumur Jolotundo berada di dekat Sumur Jolotundo yang sangat keramat. Pos ini berupa tempat datar terbuka yang luas dapat untuk mendirikan beberapa tenda. Namun di tempat ini kurang terlindung dari hempasan angin.

 Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu

Dari Pos 5 kita sedikit turun, kemudian sedikit mendaki dan mengelilingi salah satu puncak, untuk menuju ke Sendang Drajad.

Dari Sendang Drajad dapat dilanjutkan ke Puncak Hargo Dumilah, atau jalan lagi melingkari salah satu puncak menuju Hargo Dalem.

Dari Hargo Dalem pendaki dapat melanjutkan perjalanan melalui Jalur Cemoro Kandang atau Jalur Candi Cetho.

Tapi dari semua itu, salah satu yang menjadi tujuan para pendaki menggapai puncak Gunung Lawu adalah mengunjungi destinasi paling populer di Gunung Lawu, yakni Warung Mbok Yem!

 Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu
Mbok Yem
Di sana para pendaki bisa memesan aneka makanan dan minuman yang serba panas. Cocok untuk sedikit mengistirahatkan raga setelah lelah mendaki.

Ya itulah keunikan dari Gunung Lawu kita tidak perlu membawa banyak logistik karena banyaknya terdapat warung sepanjang jalur, dan yang paling terkenal adalah Warung Mbok Yem tersebut di ketinggian 3100 Mdpl.

Jangan ragu untuk mencumbu Lawu dari Cemoro Sewu, karena jalur itulah jalur terpendek yang bisa digapai walau banyak jalan menanjak.

Beda dengan jalur Cemoro Kandang yang lebih banyak landai tetapi lama. Estimasinya  Jalur Cemoro Sewu 6 – 7 Jam dan Jalur Cemoro Kandang 8 – 9 Jam.

 Mencumbu Lawu Dari Cemoro Sewu

Selamat dan terima kasih untuk Alap - Alap Merbabu FisabilBudi KusriyantoTheo Rivera dari Divisi Mountaineering Belantara Indonesia dan Edelweis Ayyesha Tsuraya yang telah bersedia menjadi tamu kehormatan kami bersama mencumbu Lawu dari Cemoro Sewu.

Salam Rimba Indonesia!

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×