Dari Pura Besakih gunung ini nampak runcing sempurna, padahal puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar. Pendakian menuju puncak gunung ini dapat dimulai dari tiga jalur pendakian yaitu :
-Dari selatan adalah dari selat lewat sangkan kuasa.
-Dari tenggara ialah dari Budakeling lewat nangka
-Dari Barat daya yang merupakan jalur pendakian yang umum digunakan oleh para pendaki yaitu dari Pura Besakih.
Pura Besakih |
JALUR PURA BESAKIH
Jalur ini sering dipakai pendaki, selain melewati kompleks pura Besakih yang terkenal , kita akan melihat pemandangan yang sangat mengesankan disepanjang perjalanan.
Di sepanjang jalur ini tidak terdapat mata air sehingga pendaki harus membawa bekal air yang banyak. Menjelang batas hutan terakhir sebenarnya terdapat mata air yang disucikan oleh masyarakat, namun tidak boleh sembarang orang untuk ke sana.
Tidak terdapat pos khusus untuk para pendaki, namun pendaki wajib melaporkan diri di kantor polisi di pintu gerbang Pura Besakih.
Untuk kelengkapan surat - surat sebaiknya siapkan surat jalan dari sekolah / kampus atau RT / RW. Tidak dikenakan biaya administrasi tetapi sebaiknya kita memberi secara suka rela.
Kita dapat juga bermalam di pos polisi ini jika kemalaman pada saat turun gunung. Tidak banyak informasi yang dapat diperoleh dari petugas ( polisi ) tentang gunung, kecuali catatan kecelakaan yang terjadi di Gunung.
Bila hendak menyewa ranger ( guide ) biayanya berkisar Rp.400.000,- Dari para guide lokal inilah informasi tentang gunung baru bisa diperoleh.
Agar selamat sebaiknya pendaki singgah di pura untuk berdoa, pantangan bagi pendaki agar tidak membawa daging sapi dalam bentuk apapun.
Pada saat ada upacara besar biasanya pendaki dilarang naik karena menurut kepercayaan dan pengalaman masyarakat setempat biasanya sering terjadi kecelakaan pada saat ada upacara besar.
Pendakian menuju puncak gunung agung ini akan melewati tempat - tempat ibadah orang Bali, sehingga bagi para pendaki yang ketika akan mendaki mendapati upacara keagamaan disarankan agar menunda pendakiannya untuk menghormati ritual keagamaan tersebut.
Disamping itu jalur yang dilalui sempit apa bila berjumpa dengan iring - iringan masyarakat yang hendak mengadakan upacara di gunung, keberadaan para pendaki sangat mengganggu perjalanan mereka yang membawa berbagai sesaji.
Perjalanan diawali dari Pura Puseh lewat pura plawangan ke Pura Telaga Mas kemudian perjalanan dilanjutkan ke tirta dasar sampai di batas hutan terakhir atau dinamakan hutan pengubengan.
Melewati kompleks pura jalanan tertata rapi, kemudian kita memasuki kawasan hutan yang agak landai sekitar 1/2 jam, selebihnya jalur terus menanjak.
Jalur yang dilewati sempit dengan sisi kiri kanan jurang, jalur ini terdiri dari tanah bercampur pasir dan kerikil sehingga sangat licin, bila hujan jalur akan semakin parah. Terdapat banyak tanjakan terjal melalui akar - akar pohon dengan berpegangan menggunakan akar.
Dalam kawasan hutan ini jalur sempit sehingga bila berjumpa dengan pendaki lain harus minggir, juga hampir tidak ada tempat yang cukup luas untuk membuka tenda.
Itulah sebabnya para pendaki sangat mengganggu masyarakat yang sedang mengadakan upacara di gunung. Menjelang batas akhir hutan jalur berupa pasir yang sangat licin dan mudah merosot.
Perkemahan dapat dilakukan pada ketinggian 2500 meter atau setelah 5 jam pendakian melalui kawasan hutan.
Di sini menjadi batas akhir hutan dan jalur agak lega dan terdapat tempat yang sedikit terbuka. Banyak terdapat monyet yang pemalu, mereka mengikuti pendaki namun tidak berani mendekat, berbeda dengan monyet di gunung Rinjani yang sangat berani dan mengganggu pendaki.
Di siang hari tampak monyet - monyet bermain - main di lereng - lereng yang sangat terjal. Dari titik ini pendaki dapat melakukan point atau terus mendaki selama 3 jam sampai ke puncak kawah gunung Agung sebelah tenggara.
Jalur berikutnya berupa tebing curam dengan batu - batu besar, pendaki harus merangkak dan memanjat tebing ini, pendaki harus mencari sendiri sisi tebing yang mana yang nyaman dipanjat.
Selain sangat curam juga sangat berbahaya karena dibawahnya batu - batu besar siap menyambut kita bila sampai tergelincir kebawah, bisa - bisa pendaki akan menggelinding ke jurang yang lebih dalam lagi.
Setelah berhasil memanjat tebing, meskipun tanpa peralatan panjat tebing, kita akan disambut oleh lereng terjal dan tandus.
Disini pendaki harus merangkak mendaki ke atas karena keterjalannya yang sangat curam. Pendaki akan tertipu seolah - olah disinilah puncak gunung agung, setelah bersusah payah memanjat tebing ini pendaki akan kecewa karena setelah sampai di puncak tebing tampak menjulang tinggi bukit pasir dan batuan yang jauh lebih tinggi dan lebih berbahaya.
Puncak tertinggi berada di sebelah barat daya, yakni sebuah bukit berbatu yang tandus dari batu gunung berapi yang runcing.
Untuk menuju kawah Gunung Agung kita melewati beberapa puncak gunung yang berpasir dan jalur sangat sempit dan memanjang.
Jalur ini sangat curam dan berbahaya, lebih - lebih jika ada angin kencang dan badai akan semakin membahayakan pendaki.
Kawah Gunung Agung lebar melingkar dan sangat curam disisi luar, dan tegak lurus kecuramannya di sisi dalam kawah.
Kawah Gunung Agung |
Setiap tahun diadakan upacara dengan sesaji kerbau yang diceburkan ke dalam kawah melewati jalur selat ( sisi selatan ), karena tidak mungkin untuk melalui jalur Pura Besakih.
Pendaki bisa berjalan di sepanjang sisi kawah untuk menuju jalur pendakian yang lain. Dari puncak gunung Agung kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani yang berada di pulau Lombok, meskipun kedua gunung tertutup awan karena kedua puncak gunung tersebut berada di atas awan.
Pagi hari udara masih bersih sehingga kita dapat memandang gunung - gunung lainnya di pulau Bali, menjelang siang badan dan puncak Gunung Agung diselimuti awan sepanjang hari.
Mencapai puncak Gunung Agung yang suci ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri dan akan lebih berarti lagi bila disertai dengan perenungan diri, meditasi, atau bersembahyang, disamping pemandangan pulau Bali yang sangat indah dari puncak gunung.
Sunrise Di Agung |
Keberhasilan mencapai puncak Gunung Agung bukan berarti perjalanan kita telah berakhir, karena menuruni puncak Gunung Agung bahkan lebih berbahaya dari pada mendaki, stamina dan semangat pendaki biasanya sudah menurun padahal kita harus tetap berkonsentrasi penuh.
Kadang pendaki menjadi pusing dan ngeri ketika menuruni puncak gunung yang sangat curam dan berbahaya, karena memandang ke bawah tanpa terhalang pohon pemandangan jurang yang sangat dalam.
Untuk itu jangan tinggalkan teman berjalanlah secara beriringan dalam jarak dekat, tingkatkan solidaritas sehingga dapat menghibur dan saling membangkitkan semangat.
ARTIKEL TERKAIT: