Seringkali di gurun pasir, fatamorgana menyerupai danau atau air atau kota. Ini sebenarnya adalah pantulan daripada langit yang dipantulkan udara panas. Udara panas ini berfungsi sebagai cermin. Tentang fatamorgana, sering kita lihat dalam film - film yang bercerita tentang anak manusia dalam kedaan yang kehausan mereka melihat air, padahal itu hanya halusinasi saja. Dan itu memang terjadi dalam dunia nyata. Kata fatamorgana diambil dari bahasa Italia. Ini pada mulanya adalah nama saudari Raja Arthur, Faye le Morgana, seorang peri yang bisa berubah - ubah rupa.
Kemudian dalam kegiatan pendakian gunung juga bisa terjadi pandangan fatamorgana tersebut. Saat kami menuruni Lawu dari jalur Cemoro Kandhang, hujan saat itu terus mengguyur, hingga raga terasa dingin juga basah tidak terkira. Melewati Pos 2 Taman Sari Atas, badan sudah terasa lelah, hingga kami rasakan Pos 1 Taman Sari Bawah tak juga kunjung kami capai. Mengapa jauh? Itu yang terlintas dalam kata dan pikiran kami. Sepanjang jalur itu sering kami lihat seolah Pos 1 sudah dekat, tetapi, ketika kami memacu langkah, ternyata hanya pepohonan, bukan Pos. Kejadian itu terus berulang lebih dari lima kali.
Penyebab munculnya fenomena fatamorgana tersebut, kami simpulkan karena kami lelah dan terburu ingin segera sampai di Pos 1 guna beristirahat. Sembari kata makian terus keluar karena cuaca hujan dan membuat semakin terasa lelah. Harapan tinggi itulah yang memunculkan pandangan menipu secara psikologis. Bukan pandangan mistis.
Tipsnya, bersabar dan terus perbanyak harapan, kita akan turun dari gunung dengan selamat. Hindari kata - kata kasar dan cenderung sarkastis dalam kegiatan di alam bebas.
ARTIKEL TERKAIT: