Abruzzi Ridge K2 |
Sebuah dilema apabila diterapkan di tengah alam terbuka, kebanyakan akan lebih mengutamakan diri sendiri bila menemui suatu kendala. Akan terasa kejam, walaupun kita sadar, sifat setiap orang tidak akan selalu sama. Kondisi dilema seperti ini sering didapati pada setiap level sebuah organisasi baik itu amatir maupun yang profesional, kecil atau besar. Ujung - ujungnya memang adalah sebuah “pilihan”. Dan sebuah pilihan selalu berarti sebuah konsekuensi yang membutuhkan keberanian untuk menghadapinya.
Dan Kisah Sebuah Harmoni Alam berikut ini memberi contoh kepada kita, bahwa membuang egois dan mementingkan orang lain atau kelompok adalah lebih baik.
Beberapa bulan setelah Everest didaki untuk pertama kalinya oleh Sir Edmund Hillary ( Selandia Baru ) dan Tenzing Norgay ( Nepal ), sebuah tim Amerika sedang berupaya mencapai puncak kedua tertinggi dunia, K2 ( 8611 m ) yang ketika itu masih perawan pada bulan Agustus 1953. Menjadi yang pertama berdiri di puncak K2 tentu merupakan ambisi tim beranggotakan tujuh orang yang dipimpin oleh Charles Houston itu.
Sampai hari keenam, seluruh aktifitas pendakian masih berlangsung dengan relatif normal. Namun pada hari ketujuh, dalam sebuah pendakian tanpa bantuan tabung oksigen, mereka mulai terperangkap oleh keganasan alam di Abruzzi Ridge pada ketinggian 7620 m. Salah satu anggota tim, Art Gilkey, roboh akibat Deep Venous Thrombosis ( pembekuan darah ) dan diikuti oleh Pulmonary Embolism ( emboli paru - paru ). Menyadari Gilkey akan terbunuh bila tidak segera dibawa turun, mereka lalu membungkusnya dengan sleeping bag dan berusaha menurunkannya melalui tebing batu dan es yang berbahaya di tengah hantaman badai dahsyat K2.
Peter K. Schoening |
Ketika berusaha menyeberangi ( traverse ) tumpukan salju, George Irving Bell terpeleset dan menarik Tony Streather yang kemudian menimpa tali yang menghubungkan Charles Houston dan Bob Bates. Bates dan Houston lalu menarik tali yang menghubungkan Dee Molenaar ke Gilkey. Mujurnya, Peter K. Schoening, masih bisa dengan cepat, kuat dan penuh skill menancapkan kapak es nya di salju. Upayanya tersebut berhasil menahan laju jatuh teman - temannya meskipun ia masih tengah melakukan belay terhadap Gilkey dalam upaya traverse ke Camp VII.
Sesaat setelah itu seluruh anggota tim yang terjatuh berupaya melakukan scrambling ke atas untuk mencari tempat aman. Namun mereka segera menyadari bahwa Gilkey yang tadinya masih dapat berkontak suara dengan mereka dan berada dalam sleeping bag yang tergantung aman oleh back up 2 buah kapak es, telah menghilang dari dalam sleeping bagnya.
Mereka menduga, Gilkey berupaya mengurangi beban saat hidup kelima kawannya hanya bergantung pada kapak es Schoening yang sedang mem - belay dirinya yang sedang sakit. Ia telah mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan hidup keenam kawannya yang sedang berada dalam bahaya!
Jasad Gilkey ditemukan nanti 40 tahun kemudian di dasar dinding selatan ( South Face ) K2. Peristiwa ini diceritakan dalam buku K2 — The Savage Mountain yang ditulis oleh dua anggota tim saat itu, Charles Houston, M.D. dan Robert Bates. Kisah tragis yang belakangan dikenal dengan “The Belay” ini menjadi salah satu peristiwa paling terkenal dalam sejarah pendakian gunung.
Perhatian tim terhadap Gilkey yang sakit, kecakapan Schoening dalam bertindak dan pengorbanan Gilkey untuk hidup kawan - kawan se - tim - nya, tak pelak lagi, telah menginspirasi banyak orang dalam memahami lebih jauh tentang kepentingan kelompok dikaitkan dengan kepentingan pribadi dalam sebuah tim dan menunjukkan hubungan yang harmonis dari setiap elemen pada tim tersebut.
Memoriam Art Gilkey di Base Camp K2 |
Tindakan heroik Schoening dalam beberapa menit membuatnya diberikan penghargaan “David A. Sowles Memorial Award” oleh American Alpine Club pada 1981 sebagai seorang "mountaineer who has distinguished himself, with unselfish devotion at personal risk or sacrifice of a major objective, in going to the assistance of fellow climbers imperiled in the mountains."
Kapak esnya sendiri sampai sekarang masih disimpan di Bradford Washburn American Mountaineering Museum di Golden, Colorado. Schoening belakangan sukses menjadi pemuncak pertama di Gasherbrum I bersama Andy Kaufman pada 1958 dan Vinson Massif, puncak tertinggi di Antartika pada 1966.
Sebuah potensi harmoni alam yang terbangun di alam bebas, kepentingan kelompok di dahulukan daripada kepentingan pribadi dalam sebuah kondisi tertentu. Praktek tak selalu seirama dengan teori. Tetapi bila kita berjiwa petualang, mengapa kita tidak membangunnya dari sekarang? Harmoni alam akan membentuk pribadi yang tangguh. ( Dari berbagai sumber )
ARTIKEL TERKAIT: