Tabung Oksigen Dan Gunung Everest

Di gunung yang tinggi di atas 7.500 meter, tidak hanya udara dingin dan angin yang menjadi peghalang pendakian. Kekurangan oksigen sangatlah terasa. Pada ketinggian tersebut tekanan udara hanya 30 persen dari tekanan di atas permukaan laut.

Apabila ada pendaki yang tidak melakukan aklimatisasi dan nekad mendaki puncak vertikal setinggi 8, 8 km di Everest, maka ia hanya akan mendapat masukan oksigen hanya sepertiga dari yang biasa di hirupnya. Dalam 3 menit ia akan pingsan dan 10 menit kemudian meninggal dunia!

www.belantaraindonesia.org

Karena itu, Edmund Hillary dan Tenzing Norgay juga amat tergantung pada tabung oksigen di ketinggian tersebut. Peralatan bantu pernapasan yang membuat mereka mencapai puncak Everest dibuat oleh insinyur pesawat Inggris yang hobi mendaki gunung, Peter Lloyd. Tabung oksigen itulah yang menyuplai 400 liter oksigen ekstra ketika mencapai Death Zone.

Lloyd yang pernah bekerja sama dengan Frank Whittle untuk membuat mesin jet, menggunakan teknologi yang dikembangkan dalam Perang Dunia II. Seperti diketahui, para awak pesawat tempur juga membutuhkan tambahan oksigen di ketinggian tertentu. Masker oksigen buatan Lloyd misalnya, jelas - jelas diadaptasi dari pilot Royal Air Force.

Pendaki Amerika Serikat, Eric Simonson menekankan pentingnya suplai oksigen, terutama saat tidur. "Saat tidur di malam hari laju pernapasan akan menurun. Kami para pendaki biasanya memerlukan oksigen satu liter per menit di malam hari," paparnya.

Menurut Graphic News, ini yang sering membuat pendaki mengalami Hipoksia atau kekurangan oksigen. Sedang di siang hari kebutuhan oksigen 2 - 3 liter per menit, tergantung aktivitasnya.

Tabung oksigen terus dikembangkan, sehingga para pendaki bisa memanfaatkannya secara optimal. Bahkan, berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tabung oksigen yang dulu berat dan besar - terbuat dari baja tebal - kini jauh lebih ringan berkat serat karbon - aluminium. Sistem penyaluran oksigen yang makin efisien, membuat keperluan oksigen makin rendah sehingga meringankan.

Sistem terbaru yang diciptakan oleh Luxfer Medical itu merupakan tabung oksigen teringan, terkecil, dan terefisien dalam menyalurkan oksigen. Ini berkat adanya sistem penyaluran elektronik seukuran kotak rokok - disebut EDS - yang menempel pada selang tabung.

Bila dahulu pendaki harus menggunakan masker, kini oksigen cukup disalurkan lewat plastik kecil yang pas dengan ukuran lubang hidung.

Perkembangan tabung oksigen, ditambah juga makin canggihnya peralatan untuk bertahan hidup, navigasi, dan alat bantu mendaki gunung lainnya, membuat sepanjang 50 tahun ini - sejak Edmund Hillary dan Tenzing Norgay berhasil mencapai puncak Everest - sudah 1.200 laki - laki dan perempuan melakukan hal yang sama. Bukan tidak mungkin, suatu saat nanti mendaki Everest tidak lagi menjadi tantangan bagi para pendaki gunung yang perkasa ini.

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×