Masyarakat dikedua daerah itu menyebut Sumbing - Sindoro sebagai Gunung kembar. Keduanya menyimpan potensi wisata yang sangat besar, meskipun belum semuanya bisa dikelola secara maksimal.
Selain panorama alam nan indah, dengan udara sejuk dan segar, daerah - daerah dilereng Sumbing - Sindoro potensial dikembangkan sebagai kawasan agro wisata, terutama perkebunan kelengkeng, tembakau, vanila, dan kopi. Kondisi alamnya hampir sama dengan kawasan Gunung Mas, puncak, Bogor.
Gunung yang dipenuhi legenda tentang kesetiaan pasangan dan epos kepahlawanan itu sudah tidak asing lagi bagi para pendaki. Banyak kelompok pecinta alam yang mendaki puncak Sumbing dan Sindoro, terutama pada hari - hari tertentu yang sudah menjadi tradisi.
Kawah Sumbing |
Salah satu kawasan yang diapit lembah Sumbing - Sindoro adalah Kledung, yang dilewati pengguna jalan di jalur Parakan - Wonosobo. Banyak pengguna jalan yang beristirahat di tempat ini, sekedar melihat keindahan panorama alam disekelilingnya yang bisa menyegarkan tubuh dan pikiran. Banyak hal yang bisa dijumpai di lembah gunung itu.
Selain keindahan alam, lembah Sumbing - Sindoro juga menawarkan kehangatan dan senyum ramah penduduknya. Terlebih lagi tatkala melihat aktivitas mereka saat musim tembakau tiba.
Gunung Sumbing
Perjalanan wisata ke Gunung Sumbing akan melewati desa wisata Tegalrejo yang juga dekat dengan pemancingan Bale Kambang dan Prasasti Gondosuli. Tanah sekitar gunung sangat subur, sehingga hampir seluruh daerah yang landai sampai ketinggian 2.000 Mdpl dijadikan areal perkebunan rakyat seperti tembakau dan sayuran.
Jalur Garung Sumbing |
Bahkan, Gunung Sumbing juga bisa didaki dari kawasan diluar kabupaten Temanggung. Yaitu arah barat laut dari kampung Garung ( 1.543 Mdpl ) di desa Butuh, kecamatan Kalijajar ( Wonosobo ), arah tenggara dari Kalegan ( Kabupaten Magelang ), dan arah Barat daya dari Sapurun ( Wonosobo ).
Apabila cuaca bagus, pendakian ke puncak menempuh waktu sekitar lima jam. Sebagian dari mereka berziarah kemakam Ki Ageng Makukuhan di Puncak Sumbing. Ki Ageng Makukuhan diyakini sebagai orang pertama yang singgah di Kedu dan memperkenalkan tanaman tembakau.
Ada beberapa pos yang harus dilalui dari base camp hingga kepuncak, yaitu pos I ( 1.750 Mdpl ), pos II ( 2.000 Mdpl ), pos Bayangan ( 2.500 Mdpl ), dan bagian puncak ( 2.850 - 3.340 Mdpl ).
Di pos I ( hutan rapat ) terdapat shelter dan lahan bivak. Sedangkan pos II ( Wilayah Terbuka ) didominasi padang rumput dan ilalang. Udara dipuncak cukup panas, angin kencang, dan cuaca cerah, dengan suhu dibawah 12 derajat Celcius. Puncak terdiri atas batu - batuan, lapangan berpasir, kawah, dan belerang.
Gunung Sindoro
Setiap malam 1 Suro, ribuan pecinta alam melakukan pendakian Sindoro. Gunung berketinggian 3.151 m itu juga memiliki beberapa keindahan alam, misalnya Telaga Ajaib dan bunga abadi Edelwiss di puncak gunung. Para pendaki juga bisa melihat panorama terbit dan tenggelamnya Matahari.
Sebagaimana Sumbing, Gunung Sindoro cocok untuk melakukan kegiatan wisata alam dan petualangan. Pendakian dilakukan melalui Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung. Selain panorama alam yang indah, pendaki bisa melihat para aktivitas petani di kebun.
Misteri Pohon Walitis Di Hutan Rasamala
Pohon walitis di kawasan huitan Rasamala merupakan pohon terbesar di lereng Sumbing dan Sindoro. Hutan ini terletak di Desa Jetis, Kecamatan Selopampang, Tinggi pohon mencapai 30 meter, dengan lingkar batang 7,5 meter. Untuk memeluk batangnya saja diperlukan enam orang dewasa yang saling tautan sambil merentangkan kedua tangannya.
Menurut masyarakat sekitar, pohon ini berasal dari tongkat salah seorang pengikut wali, yaitu Ki Ageng Makukuhan yang ditancapkan di tanah. Kawasan Walitis memiliki pemandangan alam yang indah dan udara pegunungan yang segar dan alami.
Di Kawasan ini juga tumbuh rumpun tumbuhan bernama Rasamala. Karena itulah, kawasan tersebut dikenal sebagai hutan Rasamala. Keistimewaan tanaman dan hutan ini adalah tidak mempan oleh api.
Ketika terjadi kebakaran hutan di sebagian kawasan lereng Sumbing dan Sindoro beberapa waktu lalu, hutan Rasamala sama sekali tidak terjamah api.
Untuk menjangkau rumpun pepohonan Rasamala yang luasnya mencapai 1,5 hektar, para wisatawan harus mendaki melalui jalan setapak. Jarak pendakian ini sekitar 1,5 km dari pohon Walitis. Src
ARTIKEL TERKAIT: