Kaldera, Bukti Murka Sang Ancala

Letusan bergaung terdengar hingga ke Pulau Jawa. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Thomas Stamfford Raffles mencatatnya dalam sebuah memoar "The History of Java" yang menggambarkan dahsyatnya bunyi letusan Gunung Tambora pada 5 April 1815 yang bagai bunyi meriam.

Kaldera, Bukti Murka Sang Ancala

Raffles pun mengutus Letnan Owen Phillips untuk mencari tahu letusan gunung di sisi timur dari Pulau Jawa. Phillips menemui Raja Sanggar yang selamat dari "amarah" Gunung Tambora di Pulau Sumbawa.

Dalam catatan Phillips, Raja Sanggar menuturkan bahwa pada 10 April 1815 tiga kolom raksasa muncul dari puncak Sang Ancala Gunung Tambora dan membumbung tinggi.

Ketiga kolom bergabung menjadi sesuatu yang mengerikan…,” ungkap Raja Sanggar.

Kengerian itu tergambar jelas dari kaldera besar yang ada di Gunung Tambora saat ini. Sebelum letusan dahsyat itu, Gunung Tambora memiliki ketinggian mencapai 4.200 Mdpl. Letusan yang dahsyat melenyapkan hampir setengah bagian tubuhnya.

Kini gunung yang melegenda itu hanya menyisakan ketinggian 2.751 Mdpl. Kaldera besar juga tercipta akibat letusan yang membawa petaka hingga daratan Eropa ini.

Kita hanya dapat memandang takjub lubang kaldera yang bertebing curam di segala bagian. Tak terbayangkan penderitaan yang terjadi ketika awan panas, abu, dan batu - batuan vulkanik jatuh ke permukiman warga.

Kaldera, Bukti Murka Sang Ancala

Raja Sanggar kembali mengisahkan, antara pukul 21.00 dan 22.00, abu terus jatuh, diikuti puting beliung yang menerbangkan hampir semua rumah di Sanggar. Tumbuhan raksasa tercerabut bersama akarnya, lalu terbang bersama orang, rumah, ternak, dan apa pun di muka Bumi.

Dampaknya tak hanya terasa di Pulau Sumbawa ataupun di seluruh bagian Nusantara. Pada tahun 1816, Eropa dan bagian utara dunia lainnya mengalami tahun tanpa musim panas yang mengubah dunia.

Berbagai penelitian menyebutkan, tahun tanpa musim panas merupakan dampak dari letusan maha dahsyat dari Gunung Tambora.

Eropa mengalami musim dingin berkepanjangan yang berujung pada gagal panen dan kelaparan. Sejarah terbentuk dari tahun tanpa musim panas itu, mulai dari beragam penemuan, kisah horor melegenda, migrasi penduduk, hingga konon kekalahan Napoleon Bonaparte.

Luasnya  Kaldera
Kini, kita bisa memandang kaldera Tambora di depan mata, napas kembali terhela. Sepasang mata tak cukup untuk memandangi seluruh bagian kawah yang pernah menggemparkan dunia tersebut. Bayangkan hampir 7 kilometer diameternya.

Dengan diameter sepanjang itu, jika ditempuh oleh kendaraan bermotor dengan kecepatan 20 kilometer per jam, maka memerlukan waktu sekitar 3 menit. Sementara kedalaman dasar kaldera diperkirakan mencapai 1 kilometer.

Kaldera, Bukti Murka Sang Ancala

Dari bibir kaldera, menghadap barat laut, gugusan Pulau Moyo dan Pulau Satonda tampak di depan mata. Di sebelah utara dari titik akhir pendakian lewat Doro Ncanga tampak jalur pendakian lain yang melewati Desa Kawinda Toi, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.

Sementara di ujung sisi barat, terdapat jalur pendakian melewati Desa Pancasila. Di arah timur, masih ada lagi jalur pendakian yaitu melewati Desa Sanggar.

Asap tipis mengepul di sisi barat laut dasar kaldera. Diikuti juga dengan awan - awan yang tipis ketika berada di bibir kaldera. Selepas tahun 1815, sang Tambora berupsi kembali, tetapi dengan skala yang jauh lebih kecil.

Tercatat pada 1819, selama 1847 - 1913 yang membentuk kerucut Doro Afi Toi, dan terakhir kali pada 1967. Anak gunung yang baru terbentuk tak dapat terlihat dari bibir kaldera jalur Doro Ncanga.

Jika dilihat dari jalur Pancasila, Doro Afi Toi dapat terlihat. Tambora tidak benar - benar mati. Ia hanya tertidur sebentar. Seakan menanti waktu untuk terbangun dan kembali menunjukkan kedahsyatannya. src

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×