Gunung Ungaran mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Di lereng gunung ungaran terdapat situs arkeologi berupa Candi Gedong Songo ( gedong= gedung, songo= sembilan ).
Selain peninggalan arkeologi terdapat pula beberapa curug ( air terjun ) di antaranya: curug semirang dan curug lawe.
Juga terdapat gua, yang terkenal adalah gua jepang. Gua ini terletak 200 m sebelum puncak, tepatnya di sekitar perkampungan promasan ( perkampungan para pemetik teh ).
Gunung Ungaran dapat didaki dari Jimbaran - Ungaran, atau dari Taman Wisata Candi Gedung Songo - Ambarawa.
Dengan menggunakan kereta api Tawang Jaya dari stasiun Senen Jakarta menuju stasiun Poncol - Semarang. Dari stasiun poncol ini kita naik bus kota menuju terminal Terboyo, dilanjutkan dengan bus kecil jurusan Bandungan.
Gunung Ungaran terletak di sebelah Selatan - Barat Daya kota Semarang dengan jarak sekitar 40 Km, tepatnya berada di kabupaten Semarang. Gunung Ungaran termasuk gunung berapi berapi type strato.
Gunung ini terdiri dari tiga buah gunung yakni Gunung Gendol, Gunung Botak, dan Gunung Ungaran. Puncak tertinggi Gunung Ungaran memiliki ketinggian 2.050 Mdpl.
Untuk menuju puncak Gunung Ungaran ini dibutuhkan waktu sekitar 5 jam dari candi Gedung Songo, atau sekitar 8 jam dari Jimbaran.
Gunung ini sangat istimewa yakni adanya panas bumi di sisi selatan dan sisi utara gunung, juga di kaki gunung di sebelah timur.
Panas tertinggi berada di Gedongsongo dengan adanya uap panas dan kolam bersuhu 86°C juga sumber mata air panas.
Disebelah utara Gunung Ungaran terdapat beberapa sumber air panas dengan suhu berkisar 48° C dan 53° C. Air panas yang terdapat di sebelah timur gunung memiliki suhu yang hangat berkisar 42° C.
Panas yang dihasilkan di sekitar Gedong Songo ini berhubungan dengan aktivitas termuda gunung berapi yang terjadi pada gunung Ungaran, yakni sejak adanya aliran lahar andesive di kawah di sebelah utara.
Tidak ada catatan mengenai sejarah letusan gunung Ungaran. Beberapa kali aktifitas letusan pernah terjadi di tengah - tengah gunung dekat puncak gunung Ungaran, sehingga membentuk gunung berapi.
Aktivitas fase termuda gunung berapi ini adalah berupa susunan timbunan basalt dan batu andesit yang melingkar dengan garis tengah 19 Km yang memotong gunung berapi ungaran tua dan sedimen ketiga.
Dua generasi kubah Andesit telah terbentuk sejak adanya lapisan ke empat di sekitar lingkaran patahan dan sisi - sisi gunung.
Berada di komplek Candi Gedong Songo di kaki Gunung Ungaran seperti terlempar ke masa lalu dengan segala kekunoannya.
Tujuh buah candi berdiri membisu yang satu dengan lainnya terpisah sekitar 100 meter terasa memancarkan aura kedamaian yang abadi.
Segarnya aroma getah pinus dan wangi mawar yang datang terbawa semilir angin membuat kepala terasa ringan.
Komplek Candi Gedong Songo memang dikitari hamparan kebun bunga di kanan kirinya, mengingatkan pada keindahan kahyangan tempat dewa - dewa bersemayam dalam cerita pewayangan. Di kejauhan nampak hijaunya hutan pinus yang merayapi kaki hingga puncak Gunung Ungaran.
Sesuai namanya komplek candi ini sebenarnya terdiri atas sembilan candi, berderet dari bawah ke atas yang dihubungkan dengan jalan setapak bersemen.
Satu candi yang berada di puncak paling tinggi disebut Puncak Nirwana. Sayang sekali dari sembilan candi dua diantaranya sudah rusak hingga sekarang tinggal tujuh buah.
Komplek Candi Gedong Songo ini diperkirakan dibangun oleh Raja Sanjaya, raja Mataram kuno pada sekitar abad 8 Masehi.
Melihat langgam arsitektur dan pendirinya yang beragama Hindu Candi Gedong Songo jelas merupakan candi Hindu yang dibangun untuk tujuan pemujaan.
Berbagai patung dewa yang ada di sini seperti Syiwa Mahaguru, Syiwa Mahadewa, Syiwa Mahakala, Durgamahesasuramardhani dan Ganesya makin menegaskannya sebagai bangunan pemujaan umat Hindu. Juga ditemukan Lingga dan Yoni yang merupakan ciri khas candi Hindu di Indonesia.
Setelah berabad - abad tak pernah disebut keberadaan Candi Gedong Songo untuk pertama kali dilaporkan oleh Gubernur Jenderal Raffles pada tahun 1740.
Seorang arkeolog Belanda, Dr EB. Volger, selanjutnya melakukan study dan diteruskan oleh beberapa arkeolog Indonesia.
Pemugaran candi dan penataan lingkungan secara menyeluruh dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1972 - 1982.
Dilihat dari letaknya komplek Candi Gedong Songo termasuk istimewa karena berada pada ketinggian sekitar 1000 meter dpl.
Dari tempat ini wisatawan yang berkunjung dapat menyaksikan kota Ambarawa dan genangan air Rawapening dengan latar belakang gunung kembar Sumbing dan Sindoro yang berdiri gagah di kejauhan.
Awal pendakian kita sudah di hadang oleh bukit yang sangat terjal dan licin, dan pada musim panas banyak debunya.
Pendaki harus berhati - hati karena banyak batu - batu yang mudah longsor, sehingga sangat membahayakan pendaki lainnya yang berada di bawah.
Jalur ini sangat curam sehingga akan menguras tenaga, dan memerlukan konsentrasi yang tinggi. Sebagai pemanasan awal yang sangat melelahkan, sebaiknya kita tidak terburu - buru dan lakukan istirahat bila kelelahan dan kehabisan nafas.
Ada beberapa batu besar pada lereng curam ini, sehingga pendaki dapat beristirahat sambil menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke bawah bukit.
Setelah tiba di atas bukit, perjalanan dilanjutkan dengan mengelilingi bukit. Bukit ini banyak ditumbuhi alang - alang dan pada siang hari sangat panas dan berdebu.
Beruntung sekali jalur sudah agak mendatar meskipun ada beberapa tempat yang agak curam. Dari bukit ini kita bisa menyaksikan kota Ambarawa, dan Rawapening.
Setelah melewati bukit alang - alang kita akan memasuki kawasan hutan yang berada di suatu lembah yang dikelilingi oleh lereng - lereng terjal yang berbentuk tapal kuda.
Kawasan hutan yang tersembunyi ini banyak di huni oleh burung-burung dan di puncak - puncak lereng banyak ditumbuhi bunga Edelweis.
Kita merasa seolah - olah berada di Taman Eden yang hilang, suasana hening dan sejuk serta pemandangan yang sangat indah memberi ketenangan batin bagi para Pendaki.
Jalur di kawasan hutan ini mendatar kemudian sedikit menurun setelah itu kembali jalur menjadi terjal melalui akar - akar pohon, dan batu - batuan.
Setelah melewati dua buah bukit terjal yang di selingi dengan jalur datar, pendaki akan bertemu dengan jalan yang bercabang, ambillah jalur ke kiri karena jalur kanan buntu.
Mendekati puncak gunung jalur sangat terjal dan sangat berbahaya, pendaki harus ekstra hati - hati dan tetap menjaga stamina.
Sesampainya di atas bukit terdapat tempat yang cukup luas untuk membuka tenda, di sini banyak terdapat pohon - pohon yang bisa digunakan untuk berteduh dan berlindung dari hempasan angin yang bertiup kencang.
100 meter dari tempat ini kita akan sampai di puncak gunung Ungaran, yakni suatu tempat terbuka yang tidak terlalu luas.
Di sini terdapat tugu peringatan yang berada di puncak gunung. Pemandangan dari puncak gunung Ungaran ini sangat indah.
Dari puncak Gunung Ungaran kita dapat melihat Gunung Sumbing, Gunung Sindoro di sebelah barat daya.
Sedangkan di sebelah tenggara, kita melihat Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi yang sejajar dengan Gunung Ungaran membentuk satu garis kelurusan vulkanik Ungaran - Telomoyo - Merbabu - Merapi .
Kelurusan vulkanik Ungaran - Merapi tersebut merupakan sesar mendatar yang berbentuk konkaf hingga sampai ke barat, dan berangsur - angsur berkembang kegiatan vulkanisnya sepanjang sesar mendatar dari arah utara ke selatan.
Dapat diurut dari utara yaitu Ungaran Tua berumur Pleistosen dan berakhir di selatan yaitu di Gunung Merapi yang sangat aktif hingga saat ini.
ARTIKEL TERKAIT: