Sering kita membaca berita, seorang pendaki berhasil menaklukkan puncak Semeru dan gunung - gunung lainnya. Penyebutan menaklukkan cenderung menjadi sebuah gelar yang beraroma sombong dan merasa bisa karena dia.
Sumber gambar dari Google |
Yang ada kitalah yang takluk oleh keindahan dan kemegahan alam. Bukankah kita kemudian bersusah payah jiwa dan raga mendaki dan mencapai puncak gunung berarti kita sendiri yang ditaklukkan oleh gunung tersebut? Hingga kita mau mendatanginya walaupun lelah dan menyita waktu. Mengapa saat kita mencapai puncak kita dikatakan berhasil menaklukkan puncak gunung?
Jadilah pendaki gunung yang bersahaja, karena kita bukanlah yang terkuat di alam ini. Pendaki gunung bukanlah penakluk alam gunung dan puncaknya. Puaslah hingga puncak, tanpa arogan kemudian. Cukuplah dengan menjadi pendaki yang telah mencapai puncak dengan selamat.
Alam dan gunung tidak membutuhkan penakluknya, kecuali Sang Maha Penakluk, yakni Tuhan. Alam dan gunung membutuhkan pengagumnya dan pencintanya. Tidak ada satupun pendaki gunung di dunia ini yang berhasil menjadi penakluk puncak gunung. Yang ada adalah pencapai puncak dan pecinta alam yang bersahaja dan juga tulus. Pendakian gunung adalah hobby sehat dan olahraga yang hebat.
ARTIKEL TERKAIT: