Mari kita daki Bukit Kayangan, satu kawasan puncak di Sungai Penuh, pusat kota kabupaten yang telah di mekarkan dan berjarak 10 kilometer dari pusat kota.
Memandang ke arah barat, pepohonan rimbun memenuhi gugusan Bukit Barisan. Berpaling ke arah timur, Kota Sungai Penuh terhampar di sebuah lembah berpemukiman padat. Tampak pula Danau Kerinci dengan airnya yang kebiruan.
Di puncak bukit itu kita bisa merasakan udara dingin yang segar. Kabut dengan cepat menyelimuti seluruh pemandangan. Bak berada dalam dunia mimpi.
Bukit ini menjadi favorit wisatawan yang ingin menikmati seluruh kawasan Kerinci dari kejauhan.
Bukit Kayangan |
Hamparan kebun teh tua membentuk petak - petak seperti motif beludru. Tak hanya menawan, kebun ini juga punya banyak keunikan.
Didirikan Belanda tahun 1928, Kebun Teh Kajoe Aro menjadi satu hamparan teh terluas di dunia, 2624 hektar, yang mencakup 29 desa. Dan juga, Teh Kajoe Aro menjadi langganan para bangsawan di Eropa.
Di atas beludru hijau itu, gunung Kerinci terlihat gagah. Menjulang setinggi 3805 meter di atas permukaan laut. Ini adalah gunung vulkanik tertinggi di Sumatera.
Tak jauh dari kawasan ini terdapat Danau Gunung Tujuh pada ketinggian 1950 meter di atas permukaan laut, sebagai danau vulkanik tertinggi di Asia Tenggara.
Danau Gunung Tujuh |
Selain itu, ada pula sejumlah batu besar peninggalan zaman megalitik pada awal Masehi, Danau Kaca, Rawa Bento, Air terjun Telung Berasap, dan air panas Sumurup.
Daftar wisata alam di Kerinci sekitar 20 obyek. Semuanya punya pesona kuat karena umumnya masih perawan alias terpelihara dengan baik.
Saking indah dan lengkapnya pesona alam di kawasan ini, muncul sebutan yang agak bombastis: Kerinci bagaikan sekepal tanah surga di dunia.
"Pokoknya, jangan mati sebelum ke Kerinci," demikian pesan Bustomi , warga Gunung Tujuh, Kerinci.
Sayangnya, berbagai potensi alam itu tak didukung infrastruktur yang memadai. Sarana pendukung seperti jalan raya, angkutan umum, dan penginapan, kurang menunjang.
Kerinci, saat ini bisa diakses dari tiga lokasi, yaitu dari Tapan dan Solok Selatan, Sumatera Barat, serta Bangko, Jambi.
Di antara ketiga akses itu, hanya jalan dari Solok Selatan menuju Sungai Penuh yang kondisinya baik, walaupun berkelok - kelok. Sementara, dari Tapan dan Bangko, jalannya hancur - hancuran.
Jalan dari kota Bangko menuju Kerinci sepanjang 60 - an kilometer sudah lama rusak. Begitu pula ruas dari Tapan menuju Sungai penuh. Lubang besar, aspal terkelupas, dan retak - retak sangat mengganggu perjalanan.
Beberapa titik di jalanan yang berkelok - kelok di atas bukit itu juga longsor. Saat hujan deras, longsoran kerap menyelimuti badan jalan. Kendaraan sulit melintas, bahkan jika melintas bisa tertimbun reruntuhan tanah merah.
Sebenarnya ada juga transportasi udara, dari Bandar Udara Depati Parbo di Sungai Penuh. Setelah hampir tiga tahun ditutup, bandara itu belakangan ini beroperasi kembali. Namun frekuensi penerbangan rendah.
Transportasi umum lainnya juga minim. Untuk menempuh perjalanan darat selama 10 - 12 jam dari Jambi ke Kerinci hanya tersedia sejumlah minibus dan bus ekonomi.
Tingkat kenyamanannya jauh dari memadai. Hotel yang berfasilitas baik masih terbatas. Tapi, di Kersik Tuo, Kec. Kayu Aro, ada sejumlah rumah warga yang dijadikan Home Stay.
Lemahnya infrastruktur membuat pesona alam Kerinci menjadi terabaikan, bahkan seperti terisolasi. Akibatnya, Kerinci belum menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan domestik, apalagi mancanegara.
ARTIKEL TERKAIT: