Partner Your Adventure

Facebook Instagram

Pemandu

Pemandu gunung profesional dan Porter berpengalaman Membuat wisata gunungmu menyenangkan.

Baca

Guide

A mountain guide is a profession that is not easy in the waistband by climbers who are already poor...

Baca

Tetaplah Bertualang

Karena dengan bertualang, maka sejarah peradaban manusia akan terus berkembang.

Baca

Hymne

Hymne Belantara Indonesia silahkan anda semua miliki dan dengarkan nuansa pemujaan.

Baca

Showing posts with label Legenda. Show all posts
Showing posts with label Legenda. Show all posts

5 Tokoh Yang Menginspirasi Pendaki Gunung Indonesia

Dunia pendakian gunung Indonesia memiliki ragam panutan dan idola. Tokoh - tokoh dalam kegiatan alam bebas tersebut seringkali menjadi sumber inspirasi bagi pendaki gunung Indonesia. Baik untuk gaya, keteladanan, ketangguhan dsb.

Indonesia mempunyai tokoh - tokoh yang menginspirasi pendaki gunung. Ada banyak. Tetapi kami ambil 5 tokoh berikut ini yang tentu populer dalam kegiatan luar ruang.

1. Iwan Abdulrachman
Iwan Abdulrachman atau lebih dikenal dengan sebutan Abah Iwan. Pria yang lahir pada tahun 1947 ini adalah sosok pendiri Wanadri yang merangkap menjadi musisi.

5 Tokoh Yang Menginspirasi Pendaki Gunung Indonesia

Tak terhitung lagi berapa kali Abah Iwan menjamah belantara liar. Sudah berapa puluh gunung sudah dia tandangi.

Bahkan, beliau bersama Wanadri mendirikan Kawasan Konservasi Masigit Kareumbi. Segala aksi yang dia lakukan cerminan kecintaannya pada lingkungan.

Beberapa penggal kalimat yang diucapkan Abah Iwan dalam acara Dies Natalis Wanadri ke - 49 ini mungkin bisa menjadi bahan renungan kita.

“Respek adalah filosofi mendasar yang seyogyanya harus dijiwai. Respek terhadap alam, dalam artian kita mau menyediakan diri untuk mempelajari segala sesuatu tentang alam serta bersikap ‘benar’ dalam memperlakukannya, akan menciptakan semacam dialog spiritual antara alam dengan penjelajahnya,”Begitu pula respek terhadap manusia, bukan karena jabatan atau kekayaannya karena pada dasarnya kita tak memiliki apa - apa.”

2. Soe Hok Gie
Dari sekian banyak tokoh yang menginspirasi para penggiat alam bebas, Soe Hok Gie adalah tokoh yang paling banyak dikagumi.

5 Tokoh Yang Menginspirasi Pendaki Gunung Indonesia

Soe Hok Gie dan Semeru menjadi satu rangkain kisah penuh semangat yang mendorong para pendaki untuk terus menjajal jalan - jalan terjal di setiap pendakian. Di puncak Semeru jugalah Soe Hok Gie meregangkan nyawa.

Gie bukan sekedar pegiat alam bebas biasa. Dia merupakan salah satu pendiri Mapala UI yang sangat aktif menyuarakan aspirasinya terhadap pemerintah Indonesia pada masanya.

Buku Catatan Seorang Demonstran seolah menjadi “kitab” bagi para pendaki Indonesia. Seperti yang tertuang pada penggalan tulisannya.

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia - manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan - slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

3. Medina Kamil
Tetap terlihat cantik meski tanpa make up tebal. Pemberani dan petualang sejati. Ia penah mengalami insiden terombang - ambing di tengah laut Arafuru seorang diri hingga terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni.

5 Tokoh Yang Menginspirasi Pendaki Gunung Indonesia

Dia bertahan hidup dengan segala keterbatasan selama 4 hari bersama beberapa anggota kru acara tv yang ia pandu.

Itu adalah cuplikan singkat kisah “mengerikan” yang pernah dialami Medina Kamil. Wajah cantik dan ketangguhannya berjuang di alam bebas dikagumi banyak orang. Pun sekarang, dia menjadi inspirasi para pendaki - pendaki wanita di Indonesia.

4. Norman Edwin
Selain Soe Hok Gie, sosok pegiat alam bebas dari Mapala UI Norman Edwin pun menghiasi daftar tokoh inspirasi para pendaki.

5 Tokoh Yang Menginspirasi Pendaki Gunung Indonesia

Norman Meninggal saat berusaha menegakkan bendera Merah Putih dan bendera Mapala UI di Puncak Aconcagua.

“Alam sebagai sarana pendidikan dan bukan cuma petualangan”

“Kematian pendaki gunung berawal dari kurangnya perlengkapan”

“Jangan hanya partisipasi, tetapi berikan dedikasi yang murni kepada alam”

5. Asmujiono 
Asmujiono, seorang Kopassus yang berhasil menggapai puncak Everest. Asmujiono merupakan Kopassus pertama yang berhasil berada di puncak Everest.

5 Tokoh Yang Menginspirasi Pendaki Gunung Indonesia

Namun, karena sesuatu hal, Asmujiono memutuskan untuk keluar dari Kopassus dan meneruskan pengabdiannya kepada Indonesia terus menyurakan kepedulian terhadap Global Warming.

Belajar dari Asmujiono, mengabdi pada negara bisa dimana saja. Kalau kamu seorang penggiat alam, abdikanlah dirimu pada alam. Agar alam Indonesia nan permai ini terjagasrc

Norman Edwin Quotes

Sampai kini kenangan tentang Norman Edwin, khususnya bagi para penggiat alam bebas dan mahasiswa pecinta alam UI teramat sangat melegenda. Norman meninggal di Aconcagua dalam rangka menegakkan Merah Putih dan Panji Mapala UI di Puncak Aconcagua yang terkenal itu.

Norman Edwin Quotes

"Kalau gajah kemudian banyak terbunuh, itu disebabkan lantaran gadingnya kepalang diberi nilai tinggi oleh manusia"

"Kerja keras dan pengorbanan ini satu-satunya cara untuk mencapai puncak "Gunung Kebahagiaan"

"Hidup itu sangat berharga, dan harus semakin saya hargai"

"Manusia akan selalu berusaha, tetapi kehendak yang diatas juga yang bakal memutuskannya"

"Semakin banyak tahu semakin mudah orang menjadi takut. Saya pikir rasa takut memang harus ada, karena inilah yang akan membuat saya bersikap hati - hati"

"Orang yang tak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah berbuat apa - apa"

"Alam sebagai sarana pendidikan dan bukan cuma petualangan"

"Kematian pendaki gunung berawal dari kurangnya perlengkapan"

"Jangan hanya partisipasi, tetapi berikan dedikasi yang murni kepada alam"

Catatan Sahabat Sang Alam
 

Fakta Tentang Soe Hok Gie

Soe Hok Gie seorang aktivis saat masih berstatus mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Bersama Angkatan 66, ia "menggempur" kekuasaan Orde Lama dengan serangkaian demonstrasi pasca - G30S. Ia menjadi pemimpin mahasiswa seperti juga Cosmas Batubara, Soegeng Sarjadi, Mar'ie Muhammad, atau Nono Anwar Makarim.

www.belantaraindonesia.org

Kisahnya makin menyebar luas saat difilmkan sineas Riri Riza pada 2005.  Aktor Nicholas Saputra didapuk memerankan lelaki berperawakan kecil tersebut. 

Buku hariannya, terbit dengan judul Catatan Seorang Demonstran, makin banyak dibaca usai film itu beredar. Termasuk oleh anak - anak muda yang lahir jauh setelah ia meregang nyawa di puncak Gunung Semeru.

Berikut sejumlah fakta menarik menyangkut sosok adik sosiolog Arief Budiman tersebut.

Dikirimi Surat Kaleng Gara - Gara Tulisan
Gie adalah penulis yang produktif. Artikel - artikelnya tersebar di Harian KAMI, Kompas, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya.
 
Ia menulis di rumah orangtuanya di Jalan Kebon Jeruk IX, dekat Glodok, Jakarta Barat. Di kamar belakang yang temaram, berteman nyamuk, ketika kebanyakan orang telah larut dalam mimpi. 

Pemuda kurus ini banyak dikagumi lantaran tulisan - tulisannya. Namun, ada juga yang tak suka. Suatu kali Gie dikirimi surat kaleng oleh seseorang yang mengaku pecinta Bung Karno. Rupanya pengirim surat gusar dengan kritik - kritik Gie dalam mingguan Mahasiswa Indonesia. Surat itu berisi umpatan berbau rasial.

Mengirim Bedak Ke Aktivis Mahasiswa Lain
Sebelum mendaki Semeru, ia mengirim bedak, gincu, dan cermin kepada 13 aktivis mahasiswa yang menjadi anggota DPR setelah Orde Baru berkuasa. Harapannya, agar mereka bisa berdandan dan tambah "cantik" di hadapan penguasa.

Gie kecewa dengan teman - teman mahasiswanya di DPR. Mereka dianggap sudah melupakan rakyat, lebih mementingkan kedudukannya di parlemen. Buat Gie, aktivis mehasiswa sebagainya hanya menjadi kekuatan moral, bukan pelaku politik praktis.

Dalam surat pengantar kiriman, 12 Desember 1969, ia menulis, "Bekerjalah dengan baik, hidup Orde Baru! Nikmati kursi Anda--tidurlah nyenyak.

Mengecam Pembunuhan Massal Kader Dan Simpatisan PKI
Gie gencar mengkritik Partai Komunis Indonesia ( PKI ) dan perilaku politiknya. Tapi, ia menjadi salah seorang intelektual yang pertama - tama mengecam pembunuhan massal terhadap kader dan simpatisan PKI menyusul peristiwa G30S.

Ia menulis esai berjudul Di Sekitar Peristiwa Pembunuhan Besar - besaran di Bali. Petikannya, "Selama tiga bulan, Bali berubah menjadi neraka penyembelihan. Jika di antara pembaca ada yang mempunyai teman putra Bali, tanyakan apakah dia punya seorang kenalan yang menjadi korban peristiwa berdarah itu. Tentu akan diiyakannya, karena memang demikianlah kenyataannya di Bali."
Gie juga mengritik stigmatisasi kader PKI. Misalnya, dengan surat bebas G30S. Ia menganggapnya tak perlu. "Bahkan anak - anak SD kelas V dan IV ( umur 12 - 14 tahun ) harus punya surat "bersih diri" ( bersih dari apa? ). Tiga tahun yang lalu mereka baru berusia 9 - 11 tahun. Ini benar - benar keterlaluan," tulisnya dalam Surat Tidak Terlibat G30S yang dimuat di Kompas, 29 April 1969."

Meninggal Sehari Sebelum Usianya 27
Gie meregang nyawa di puncak Gunung Semeru, Jawa Timur, 16 Desember 1969. Gie tewas karena menghirup asap beracun. Turut tewas saat itu rekan seperjalanannya, Idhan Lubis.

Ia mencandu naik gunung. Bukan sekadar rekreasi. Suatu hari, ia menulis, "Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung"

Tragis, Gie meninggal di tempat yang dicintainya: gunung. Mati muda. Uniknya, ia menyukai baris - baris puisi dari dari seorang filsuf Yunani: Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan/ yang kedua, dilahirkan tapi mati muda/ yang tersial adalah berumur tua/ berbahagialah mereka yang mati muda//   src
 

Legenda Puncak Syarif Gunung Merbabu

Puncak Syarif adalah nama salah satu puncak Gunung Merbabu di Jawa Tengah, selain puncak Muchtar dan puncak Kentheng Songo. Kemudian mengapa diberi nama puncak Syarif? Apakah ada seorang tokoh yang menjadi panutan bernama Syarif di Merbabu sehingga namanya di abadikan sebagai nama puncak di gunung tersebut?

Legenda Puncak Syarif Gunung Merbabu

Ada banyak versi kisah tentang Syarif. Konon menurut cerita penduduk, Syarif yang bernama lengkap Syarifudin pernah lama tinggal di puncak Gunung Merbabu, sehingga penduduk menyebutnya puncak Syarif. Dan ada yang bercerita Makam Syarif berada di desa Thekelan.

Mengapa tokoh yang disebut Mbah Syarif ini menyendiri di Gunung Merbabu? Apakah tujuannya untuk mencari ketenangan bathin? Menjauhkan diri dari masyarakat dan keduniawian?

Menurut salah satu versi cerita tentang Mbah Syarif. Mbah Syarif melarikan diri ke puncak Merbabu setelah beliau membunuh istrinya. Untuk pendaki yang bermalam di puncak Merbabu berhati - hati, karena sering ada penampakan seseorang tinggi hitam - hitam.

Versi lain tentang Mbah Syarif yang bernama asli Syarifudin ini merupakan tokoh antagonis dari Demak yang dipercaya mempunyai kesaktian tinggi.

Suatu ketika Mbah Syarif ini berurusan dengan pihak yang berwenang sehingga melarikan diri ke kawasan Gunung Merbabu kemudian tinggal dan membuat rumah di salah satu puncak Gunung Merbabu, yaitu Puncak Kerto sehingga puncak tersebut diganti namanya menjadi ”Puncak Syarif”.

Konon kabarnya bukti keberadaan Mbah Syarif ini dapat dilihat dengan adanya peralatan dapur dan tanaman sayuran yang terdapat di lereng timur Puncak Syarif. Makam Mbah Syarif dipercaya berada di lingkungan Puncak Syarif.

Puncak Syarif ini dulu tidak mempunyai nama. Meskipun banyak juga penduduk yang sudah lanjut usia menyebut puncak ini dengan nama Gunung Pregodalem.

Namun dari banyak cerita penduduk setempat, konon pada jaman dulu di salah satu puncak ada seorang penduduk desa yang tinggal menyepi di atas Gunung Merbabu seorang diri. Syarif namanya.

Mbah Syarif adalah sosok penduduk dusun yang sangat hidup sederhana namun memiliki rasa cinta yang besar terhadap tanah air dan bangsanya selain beliau terkenal sangat taat menjalankan agamanya. Mbah Syarif memiliki sebuah gubug penyepiannya di atas Gunung Merbabu.

Yang luar biasa hebatnya dari Mbah Syarif ini adalah, dia selalu mengetahui jika ada seorang atau kelompok yang akan datang dan sedang melakukan pendakian.

Dari atas dia akan selalu jeli dengan adanya pergerakan mendekati puncak gunung. Beliau juga sangat paham, siapa yang melakukan pendakian, apakah laskar tentara Indonesia atau tentara musuh ( Belanda ). Jika yang mendaki itu adalah sahabat atau teman , seperti TNI atau bangsa sendiri, maka Mbah Syarif akan membuat bantuan navigasi dengan menggunakan cahaya.

Jika di siang hari beliau akan membuat pantulan Matahari dari cermin yang disorotkan ke arah para pendaki, jika malam dia akan membuat lentera yang menjadi suar bagi para pendaki.

Namun sebaliknya jika tentara musuh yang mendaki, maka Mbah Syarif akan segera bergerak ke arah yang sangat sulit untuk didatangi tentara musuh , dan dia akan membuat suar disana, sehingga hal ini akan menyesatkan para pendaki dari kalangan tentara musuh.

Dan untuk menghormati pengabdian serta sumbangsihnya membantu para tentara kita pada akhirnya tempat ( gubuk ) Mbah Syarif ini dijadikan nama salah satu puncak di Gunung Merbabu.

Puncak Syarif selalu ramai dikunjungi pendaki , apakah mereka mendaki hanya untuk sekedar menikmati alam Merbabu atau lain hal. Rumah Mbah Syarif konon terletak di sekitar Jembatan Setan Gunung Merbabu.

Asmujiono Diselamatkan Adzan Saat Di Puncak Gunung Everest

Asmujiono, seorang anggota Kopassus dari Grup III Kopassus di Batujajar, Jawa Barat berpangkat Pratu berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi dunia, Gunung Everest pada 27 April 1997 silam.

Sekaligus tercatat sebagai orang Indonesia yang berhasil menggapai puncak Everest setelah melalui Zona Kematian di empat jam sebelum puncak.

Asmujiono Diselamatkan Adzan Saat Di Puncak Gunung Everest

Pria kelahiran Malang, 1 September 1971 itu bahkan harus merelakan matanya usai berhasil menduduki puncak tertinggi itu. Mengapa?

Karena Asmujiono berani membuka masker oksigennya hingga mengakibatkan 1/4 otaknya membeku. Dia juga mengalami sinus akut sepulang melakukan pendakian.

Saat sampai di Puncak hanya satu keinginanya. Bukan meneriakkan kecintaannya terhadap Indonesia, melainkan mengumandangkan Adzan dan bertakbir.

Dari hasil pemerikasaan medis, seluruh Dokter di dunia terheran, Pratu Asmujiono masih hidup dan sehat. Jika orang lain, mungkin sudah tewas karena pembekuan otak.

Dokter  mengatakan : "Asmujiono, diselamatkan oleh Allah, karena keberaniannya mengumandangkan Adzan, memuji kebesaran Allah SWT di puncak tertinggi dunia, tanpa dia menghiraukan keselamatan jiwanya."

"Orang harus mengerti tak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Saya terima ( kondisi saya ), kalau sampai sesuatu itu harus berkorban. Walaupun sekecil apapun," kata Asmujiono.

Asmujiono Diselamatkan Adzan Saat Di Puncak Gunung Everest

Di lain hal, Asmujiono nekat membuka masker untuk membuktikan bahwa dia merupakan orang Indonesia ketika difoto. Sebab, diakuinya bahwa wajah orang Indonesia itu sama seperti orang Nepal.

"Saya buka masker, terus terang saya tahunya es cuma di kulkas. Saya ingin menunjukkan ke seluruh dunia, bahwa dalam pendakian gunung orang Indonesia tak main - main."

Kini dia mengakui bahwa dirinya sudah keluar dari Kopassus dan TNI. Meski sudah tidak dunia militer, sebagai anggota Kopassus yang pernah mencapai puncak tertinggi dirinya masih nafsu bila ada yang mengajaknya naik gunung.

"Saya masih suka naik gunung, kalau ada yang mengajak, saya mau," ungkpanya.

Siapakah Perancang Lambang Garuda Pancasila?

Siapakah perancang lambang Garuda Pancasila? Dialah Sultan Hamid II. Demikian hasil penelusuran jurnalis BBC Indonesia Heyder Affan yang menelusuri soal sosok Sultan Hamid II menurut berbagai sumber dan sejarawan tanah air. Dikatakan bahwa Sultan Hamid II mungkin dilupakan karena dianggap terlibat upaya kudeta Westerling 1950. Kini disebut - sebut ada upaya untuk membersihkan namanya.

www.belantaraindonesia.org
Sultan Hamid II (kanan) bersama Presiden Sukarno dalam sebuah acara menjelang Konferensi Meja Bundar 1949.
Dalam sejarah kontemporer Indonesia, sosok Sultan Hamid II -yang pernah menjabat menteri negara dalam Kabinet Republik Indonesia Serikat ( RIS ) pertama. Barangkali termasuk kategori yang kalah.

Jasanya dalam merancang lambang negara Indonesia, burung Garuda Pancasila, seperti dilupakan begitu saja setelah dia diadili dan dihukum 10 tahun penjara terkait rencana kudeta oleh kelompok eks KNIL pimpinan Kapten Westerling pada 1950.

Dia dilupakan, karena dituduh terlibat peristiwa Westerling, termasuk ingin membunuh Sultan Hamengkubowo ( Menteri Pertahanan saat itu ),” kata sejarawan Taufik Abdullah kepada BBC.

Pada 22 Januari 1950, sekitar 800 orang pasukan KNIL pimpinan Westerling menduduki sejumlah tempat penting di Bandung, setelah menghabisi 60 orang tentara RIS. Mereka kemudian berhasil diusir dari Bandung.

Di Jakarta, empat hari kemudian, pasukan Westerling hendak melanjutkan kudeta, tetapi berhasil digagalkan karena lebih dulu bocor.

Disebutkan, pasukannya berencana membunuh beberapa tokoh Republik, termasuk Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX.

www.belantaraindonesia.org
Perjalanan rancangan lambang Garuda Pancasila hingga kini, termasuk rancangan awal Sultan Hamid II ( kiri bawah ).
Walaupun Sultan Hamid II membantah terlibat dalam upaya kudeta Westerling, pengadilan MA menyatakan dirinya bersalah. Kemudian dia dihukum penjara sepuluh tahun.

Dalam buku Nationalism dan Revolution in Indonesia ( 1952 ), George Mc Turnan Kahin, menulis setelah upaya kudeta itu digagalkan, temuan pemerintah RIS menyimpulkan Sultan Hamid “telah mendalangi seluruh kejadian tersebut, dengan Westerling bertindak sebagai senjata militernya.”

Walaupun membantah terlibat dalam kasus itu, pengadilan menyatakan dirinya bersalah. Kemudian dia dihukum penjara sepuluh tahun. “Di situlah namanya habis. Dia dianggap pengkhianat,” kata Taufik Abdullah.

Perancang Lambang Negara
Sejarah resmi Indonesia kemudian melupakannya. Ketika pria kelahiran 1913 ini meninggal dunia lebih dari 35 tahun silam, jasadnya bahkan tidak dikubur di makam pahlawan. Sosok penyokong konsep negara Federal ini seperti dihilangkan, walaupun dia adalah perancang lambang negara Indonesia, burung Garuda Pancasila.

“Sultan Hamid sudah resmi diakui dalam jasanya membuat lambang burung Garuda,” kata peneliti sejarah politik kontemporer Indonesia, Rusdi Hoesin kepada BBC Indonesia.

Sebagai Menteri negara, Syarif Abdul Hamid Alkadrie ditugasi oleh Presiden Sukarno untuk merancang gambar lambang negara. Ini ditindaklanjuti dengan pembentukan panitia yang diketuainya. Belakangan, konsep rancangan Sultan Hamid yang terpilih, menyisihkan rancangan Muhammad Yamin.

www.belantaraindonesia.org
Sultan Hamid II ( kanan ), Ketua Majelis permusyawaratan negara-negara Federal ( BFO ) ikut berunding dalam Konferensi Meja Bundar ( KMB) 1949.
Meskipun ( burung Garuda ) itu belum berjambul, masih botak. Dan cengkeraman ( atas pita ) masih terbalik,” kata Rusdi Hoesin. Namun fakta ini, menurutnya, tidak banyak diungkap setelah sang pencipta lambang negara itu menjadi pesakitan.

Bukan ‘Dalang’ Kudeta Westerling
Setelah reformasi bergulir, sejumlah intelektual muda Kota Pontianak, Kalimantan Barat -tempat kelahiran Sultan Hamid II- menggugat yang mereka sebut sebagai kebohongan sejarah.

Anshari Dimyati, yang juga Ketua Yayasan Sultan Hamid II, melalui penelitian tesis master di Universitas Indonesia, menyimpulkan Ketua Majelis permusyawaratan negara - negara Federal ( BFO ) ini tidak bersalah dalam peristiwa Westerling awal 1950.

Sultan Hamid II memang mempunyai niat untuk melakukan penyerangan dan membunuh tiga dewan Menteri RIS, tapi tidak jadi dilakukan dan penyerangan pun tidak terjadi. Itu yang harus diluruskan,” kata Anshari Dimyati.

Hasil temuan Anshari juga menyimpulkan, bahwa perwira lulusan Akademi militer Belanda itu bukan “dalang” peristiwa APRA di Bandung awal 1950.

Dia bukan orang yang memotori atau bukan orang di belakang penyerangan Westerling atas Divisi Siliwangi di Bandung,” katanya.

Menurutnya, peradilan tidak dapat membuktikan dugaan keterlibatan Sultan Hamid dalam kasus itu. “Dia didakwa telah bersalah oleh opini dan statement media massa yang memberitakan tentang kasus ini… peradilan di Indonesia kala itu sangat dipengaruhi oleh faktor politik,” jelas Anshari.

Sketsa Asli
Alumni Universitas Indonesia lainnya, Turiman Fachturrahman -juga melalui tesis masternya. menemukan bukti - bukti otentik yang menguatkan peran penting Sultan Hamid II sebagai perancang lambang negara, Garuda Pancasila.

www.belantaraindonesia.org
Sketsa awal rancangan lambang negara yang dibuat oleh Sultan Hamid II
Selama empat tahun, Turiman mengaku melakukan penelitian dengan menemui sejumlah pihak. “Dan saya menemukan sketsa - sketsa dokumen ( perancangan logo burung Garuda ) yang diberikan Sultan Hamid kepada Mas Agung,” ungkap Turiman kepada BBC Indonesia.

Salah - satunya adalah sketsa rancangan lambang negara karya Sultan Hamid dan Muhammad Yamin, katanya.

Berdasarkan hasil liputan aktivis pers mahasiswa Nur Iskandar dalam tabloid Mimbar Untan, Universitas Tanjungpura Pontianak, Turiman kemudian berhasil menemukan naskah asli rancangan lambang negara karya Sultan Hamid.

Kami menelusuri lagi ke keluarga Kadriyah, dan kebetulan didapatkan naskah aslinya,” kata Turiman.

Korban ‘Kampanye Hitam’
Hasil penelitian Anshari dan Turiman ini kemudian diterbitkan dalam buku ‘Sultan Hamid II, sang perancang lambang negara’ pada pertengahan 2013 lalu.

“Buku ini salah - satu langkah awal publikasi sehingga nama Sultan hamid II tidak perlu harus ditutup atau samar - samar dalam parade sejarah Indonesia,” demikian prolog buku tersebut.

www.belantaraindonesia.org
Seorang anggota pasukan eks KNIL pimpinan Westerling ketika berada di depan markas Siliwangi, Bandung, 1950.
Dia bukanlah pengkhianat negara seperti black campaign pada masa kehidupannya, namun pahlawan negara yang karya ciptanya menduduki peringkat tertinggi di dalam struktur negara, yaitu lambang negara Elang Rajawali Garuda Pancasila,” tulis mereka.

Kampanye terbuka, melalui pameran dan diskusi di berbagai forum, pun digelar oleh masyarakat Kalimantan Barat untuk apa yang mereka sebut sebagai pelurusan sejarah. Lebih lanjut Turiman mengharap agar negara mengakui jasa pria yang bernama asli Syarif Hamid Alqadrie ini sebagai perancang lambang negara, Garuda Pancasila.

Diskriminasi Hukum
Karena di dalam UU hak cipta, nama perancang harus disebutkan namanya, sama seperti perancang lagu kebangsaan Indonesia Raya, WR Supratman,” kata Turiman.

Dalam UU nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, nama WR Supratman disebut dengan jelas, tetapi tidak ada nama Sultan Hamid II, katanya.

www.belantaraindonesia.org

Di sinilah ada diskriminasi hukum. Tidak satu pun pasal yang menyatakan bahwa lambang negara adalah rancangan Sultan Hamid II,” ujar Turiman.

Bagaimanapun, Sultan Hamid II hidup dalam masa - masa gelap revolusi Indonesia, ketika banyak kelompok yang masih bersemangat membawa Indonesia ke arah yang sesuai persepsinya masing - masing.

Sejarah memang bukan matematika yang terukur jelas dan acapkali hanya dimiliki para pemenang. Namun tak semestinya sejarah meniadakan jasa para pesakitan.( Heyder Affan/BBC )  source

 

Makam Ki Ageng Makukuhan Di Puncak Gunung Sumbing

Pemandangan dari puncak Gunung Sumbing sungguh mengesankan. Selayaknya gunung tinggi, indahnya sulit di ungkap dalam kata.

Tetapi dibalik segala indah itu, di puncak Gunung Sumbing juga terdapat sebuah situs makam yang dikeramatkan oleh warga sekitar gunung.

Yakni makam yang dipercaya sebagai makam Ki Ageng Makukuhan yang sering di ziarahi setiap malam Selikuran ( 21 Ramadhan ).

 Makam Ki Ageng Makukuhan Di Puncak Gunung Sumbing

Meski terletak di puncak gunung setinggi 3.339  meter di atas permukaan laut, jumlah peziarah di makam itu selalu banyak.

Di kalangan warga lereng gunung itu, ada kepercayaan semakin sering berziarah ke maka akan semakin tenang dalam menempuh kehidupan.

Perjalanan para pendaki akan melewati  Watu Malang dan  bisa  beristirahat  sejenak.  Setelah  itu pendaki memasuki kawasan Segara Wedhi, yaitu kawasan luas bekas kubah magma yang menyerupai gurun pasir.

Dilanjutkan pendakian ke Bledug Kawah Hijau dan tidak jauh dari itu sampailah ke Makam Ki Ageng Makukuhan.

Terapi tidak semua pendaki puncak Sumbing bisa menemukan Makam Ki Ageng Makukuhan yang asli. Selama ini, pendaki banyak yang mendatangi lokasi makam di utara. Padahal, lokasi itu hanya petilasan yang konon tempat istirahat Ki Ageng.

Makam Ki Ageng yang sebenarnya di ujung timur di bawah tebing bebatuan. Di lokasi makam terdapat sebatang pohon Endong Wulung dan sebatang lagi pohon Kecubung Wulung.

Pohon itu sudah tumbuh bertahun - tahun dan menjadi tetenger ( tanda ) lokasi makam.

Tanda lain, lubang gua di lereng bebatuan di atasnya. Dahulu, di gua yang ruangannya tak terlalu dalam itu Ki Ageng mengasingkan diri hingga wafat dan dimakamkan di bawahnya.

 Makam Ki Ageng Makukuhan Di Puncak Gunung Sumbing

Mengenai kesalahan tempat dalam berziarah menurut Mbah Marmo ( 80 ), warga Dusun Grubug, Desa Wonotirto, Kecamatan Bulu, Temanggung, tidak perlu dipersoalkan.

Toh tujuan ziarah ke sana intinya untuk mengirim doa bagi arwah para leluhur, khususnya Ki Ageng Makukuhan.

Tambahan lagi jarak kedua tempat itu ( makam asli dan petilasan ) tidak terlalu jauh tapi medannya sulit ditempuh.

Dahulu waktu Mbah Marmo muda, setiap malem selikuran jumlah peziarah yang naik ke puncak sangat banyak.

Umumnya mereka dari desa - desa di lereng Sumbing, seperti Wonotirto, Pagergunung, Pagersari, Gondosuli dan sekitar.

Seusai ziarah, mereka membawa pulang air belerang yang dipercayai bisa untuk menambah kekuatan badan.

Sejauh ini memang tidak ada catatan baku tentang Ki Ageng Makukuhan. Namun para sesepuh di Lereng Sumbing menceritakan, dia bangsawan Majapahit yang mengasingkan diri ke puncak gunung itu dan merupakan orang pertama yang membuka lahan pertanian di sana. Konon Ki Ageng meninggal tepat pada malam Selikuran.

Dahsyatnya Letusan Tambora Yang Melegenda

Letusan Gunung Tambora sudah 200 tahun berlalu tetapi masih menyisakan beragam kenangan yang masih bisa dinikmati hingga kini. Letusannya terdengar hingga ke Pulau Jawa. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Thomas Stamfford Raffles, mencatatnya dalam memoar "The History of Java". Ia menggambarkan bunyi letusan Gunung Tambora pada 5 April 1815 itu bagai meriam.

www.belantaraindonesia.org

Raffles pun mengutus Letnan Owen Phillips untuk mencari tahu letusan gunung di sisi timur dari Pulau Jawa. Phillips menemui Raja Sanggar yang selamat dari "amarah" Gunung Tambora di Pulau Sumbawa. Dalam catatan Phillips, Raja Sanggar menuturkan bahwa pada 10 April 1815 tiga kolom raksasa muncul dari puncak Gunung Tambora dan membubung tinggi.

Kengerian itu tergambar jelas dari kaldera besar yang ada di Gunung Tambora saat ini. Sebelum letusan dahsyat itu, Gunung Tambora memiliki ketinggian mencapai 4.200 meter di atas permukaan laut ( Mdpl ). Letusan yang dahsyat melenyapkan hampir setengah bagian tubuhnya.

Kini gunung yang melegenda itu hanya menyisakan ketinggian 2.751 Mdpl. Kaldera besar juga tercipta akibat letusan yang membawa petaka hingga daratan Eropa ini.

Dari bibir kaldera lewat Doro Ncanga masih sekitar 8 jam lagi untuk turun. Itu juga mesti pakai tali. Kita hanya dapat memandang takjub lubang kaldera yang bertebing curam di segala bagian. Tak terbayangkan penderitaan yang terjadi ketika awan panas, abu, dan batu - batuan vulkanik jatuh ke permukiman warga.

www.belantaraindonesia.org

Raja Sanggar kembali mengisahkan, antara pukul 21.00 dan 22.00, abu terus jatuh, diikuti puting beliung yang menerbangkan hampir semua rumah di Sanggar. Tumbuhan raksasa tercerabut bersama akarnya, lalu terbang bersama orang, rumah, ternak, dan apa pun di muka Bumi.

Dampaknya tak hanya terasa di Pulau Sumbawa ataupun di seluruh bagian Nusantara. Pada tahun 1816, Eropa dan bagian utara dunia lainnya mengalami tahun tanpa musim panas yang mengubah dunia. Berbagai penelitian menyebutkan, tahun tanpa musim panas merupakan dampak dari letusan maha dahsyat dari Gunung Tambora.

Eropa mengalami musim dingin berkepanjangan yang berujung pada gagal panen dan kelaparan. Sejarah terbentuk dari tahun tanpa musim panas itu, mulai dari beragam penemuan, kisah horor melegenda, migrasi penduduk, hingga konon kekalahan Napoleon Bonaparte.

Kaldera Nan Luas
Kini, memandang kaldera Tambora di depan mata, napas kembali terhela dengan kepala sedikit menunduk. Sepasang mata tak cukup untuk memandangi seluruh bagian kawah yang pernah menggemparkan dunia tersebut.  Besar. Bayangkan hampir 7 kilometer diameternya.

www.belantaraindonesia.org

Dengan diameter sepanjang itu, jika ditempuh oleh kendaraan bermotor dengan kecepatan 20 kilometer per jam, maka memerlukan waktu sekitar 3 menit. Sementara kedalaman dasar kaldera diperkirakan mencapai 1 kilometer. Perlu waktu hingga 8 jam perjalanan dengan beberapa bagian medan yang sangat curam.

Dari bibir kaldera, menghadap barat laut, gugusan Pulau Moyo dan Pulau Satonda tampak di depan mata. Di sebelah utara dari titik akhir pendakian lewat Doro Ncanga, jalur pendakian lain yang melewati Desa Kawinda Toi, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.

Sementara di ujung sisi barat, terdapat jalur pendakian melewati Desa Pancasila. Di arah timur, masih ada lagi jalur pendakian yaitu melewati Desa Sanggar.

Asap tipis mengepul di sisi barat laut dasar kaldera. Diikuti juga dengan awan - awan yang tipis ketika berada di bibir kaldera. Selepas tahun 1815, sang Tambora berupsi kembali, tetapi dengan skala yang jauh lebih kecil.

Tercatat pada 1819, selama 1847-1913 yang membentuk kerucut Doro Afi Toi, dan terakhir kali pada 1967. Anak gunung yang baru terbentuk tak dapat terlihat dari bibir kaldera jalur Doro Ncanga. Jika dilihat dari jalur Pancasila, Doro Afi Toi dapat terlihat. Tambora tidak benar - benar mati. Ia hanya tertidur sebentar. Seakan menanti waktu untuk terbangun dan kembali menunjukkan kedahsyatannya. NG

Runtuhnya Penyumbang Emas Tugu Monas

Monumen Nasional ( Monas ) setinggi 132 meter yang terletak di Lapangan Medan Merdeka Jakarta Pusat adalah merupakan salah satu lambang kebanggaan Indonesia. Tugu Monas yang di pucuknya menjulang dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala - nyala.

www.belantaraindonesia.org

Emas yang dipasang di Tugu Monas seberat 38 kg emas. Terdapat berbagai versi tentang emas di puncak Monas tersebut. Ada yang menyebutkan, emas seberat 28 kg itu adalah sumbangan dari Teuku Markam, seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya Indonesia.

Namun, tak ada catatan resmi tentang penyumbang emas itu. Ceritanya pun menjadi simpang siur. Sejarawan juga tak tahu menahu tentang kisah emas di puncak Monas. Kisah tentang Teuku Markam sumbernya dari cerita mulut ke mulut. Meski ada sebagian orang yang menyakini kebenaran cerita itu.

Konon ceritanya, dari berbagai sumber, disebutkan Teuku Markam adalah saudagar Aceh yang lahir pada tahun 1925. Ayahnya, Teuku Marhaban berasal dari kampung Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu ketika berusia 9 tahun. Lalu ia diasuh oleh kakaknya yang bernama Cut Nyak Putroe.

Ia sempat bersekolah sampai kelas 4 Sekolah Rakyat ( SR ). Teuku Markam kemudian tumbuh menjadi pemuda yang mengikuti pendidikan wajib militer di Kutaraja yang sekarang bernama Banda Aceh.

Sebagai prajurit penghubung, ia diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto. Tugas itu diembannya sampai Gatot Soebroto meninggal dunia.

www.belantaraindonesia.org
Teuku Markam
Tahun 1957, Teuku Markam berpangkat kapten. Ia kembali ke Banda Aceh dan mendirikan sebuah lembaga usaha yang bernama PT Karkam. Perusahaan ini dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola rampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Ia berhenti menjadi tentara, kemudia ia melanjutkan karirnya dengan menggeluti usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya.

Ia juga bisnis ekspor - impor, antara lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja, bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Dephankam dan Presiden. Ia mendukung pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf. Ia juga menyukseskan KTT Asia Afrika.

Ia termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno. Berkat bantuan para konglomerat itulah KTT Asia Afrika berhasil memerdekakan negara-negara yang ada di Asia dan Afrika.

Namun, sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tak ada artinya di mata pemerintahan Soeharto. Dengan sepihak ia difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai koruptor dan penganut Soekarnoisme. Akibat tuduhan itu, ia dipenjarakan pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa melalui proses pengadilan.

Pertama - tama ia dimasukkan ke tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur. Selanjutnya ia dipindah ke penjara Salemba di jalan Percetakan Negara. Tak lama ia dipindahkan lagi ke tahanan Cipinang, lalu terakhir ia dipindah lagi ke tahanan Nirbaya di Pondok Gede Jakarta Timur. Pada tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Soebroto selama kurang lebih dua tahun.

Pemerintah Orde Baru juga merampas hak milik PT. Karkam dan mengubahnya menjadi atas nama pemerintah. Teuku Markam hidup sengsara di hari tuanya. Ahli warisnya juga hidup terlunta - lunta sampai ada yang menderita depresi mental. Hingga kekuasaan Orba berakhir, nama baik Teuku Markam tak pernah direhabilitasi.

Anak - anaknya mencoba bertahan hidup dengan segala daya dan memanfaatkan bekas koneksi - koneksi bisnis Teuku Markam. Dan kini, ahli waris Teuku Markam tengah berjuang mengembalikan hak - hak orang tuanya.  Viva

Medina Kamil Menikah, Fans Cowok Silahkan Nangis Bareng!

Presenter acara petualangan di salah satu stasiun TV swasta, Medina Kamil ternyata telah menikah dengan sang pacar pada akhir bulan April 2015 lalu. Resepsi pernikahan Medina dilaksanakan dengan adat Minang.

Kita yang biasanya akrab dengan penampilan tomboy Medina, dibuat terpikat olehnya. Medina nampak sangat cantik saat mengenakan kebaya putih pada prosesi akad nikah.

 Lalu, ia mengenakan baju adat Minang yang berwarna merah dan emas untuk acara resepsinya.

Medina Kamil Menikah, Fans Cowok Silahkan Nangis Bareng!
Medina Kamil/©Official Facebook Medina Kamil
Beberapa rekannya seperti Riyanni Djangkaru, Nadine Chandrawinata, Gemala Krupskaya, dan Vika Fitriyana ikut hadir memberi selamat pada Medina dan sang suami. Medina dan suami, Deska Anugerah pun langsung pergi bulan madu setelah resepsi usai.

Medina menunggah foto bulan madunya yang romantis bersama sang suami. Mereka berdua memilih pantai yang indah sebagai tempat liburan.

"When the time is right, it will be happen #medinadeska #couple #married #love #sunset #beach #silhouette #myrealjourney," begitu tulis Medina di caption foto ini.

Medina Kamil Menikah, Fans Cowok Silahkan Nangis Bareng!
Foto romantis Medina dan suami saat nikmati sunset saat berbulan madu/©instagram.com/medinakamil
Tapi rupanya, banyak penggemarnya, terutama para lelaki, yang patah hati karena Medina telah menikah. Mereka meninggalkan komentar - komentar sedih di foto ini.

Medina Kamil Menikah, Fans Cowok Silahkan Nangis Bareng!
Medina Kamil Menikah, Fans Cowok Silahkan Nangis Bareng!

Mereka kebanyakan tak rela jika Medina Kamil menikah. Ada yang histeris, ada pula yang patah hati dan cemburu. Wah, ada - ada saja fans sejati wanita petualang ini, ya.

 Kalau Anda sendiri bagaimana? Ikut senang atau malah patah hati seperti yang lain?

Siapa Pencetus Kalimat "Ini Ibu Budi"?

Siapa pencetus kalimat "Ini Ibu Budi"? Kalimat sederhana yang sering di ucapkan dalam rangka belajar membaca dalam pelajaran Bahasa Indonesia sewaktu jaman SD. Dan hampir dalam bacaan selalu mencantumkan nama Budi. Mengapa bukan nama lain seperti Heri, Yogi atau Firman yang mungkin lebih keren? Siapa pencetus nama Budi?

www.belantaraindonesia.org

Pembelajaran zaman sekarang dengan zaman dulu sangat berbeda. Dulu sewaktu SD anak - anak masih diajarkan untuk membaca dan bahkan masih mengeja bacaan, namun sekarang ini pelajaran membaca sudah dipelajari di bangku TK dan bacaan sekarang sudah sangat bervariasi beda dengan bacaan dulu yang selalu mencantumkan nama Budi.

Biasanya awal belajar mengeja bacaan pada zaman SD dulu selalu diawali dengan kalimat “Ini Ibu Budi” atau “Ini Bapak Budi” dan berkembang hingga seluruh anggota keluarga Budi. Jika kita berfikir kritis pasti bertanya - tanya siapakah Budi itu? Dan mengapa nama Budi selalu disebutkan dalam setiap bacaan.

Pencetus kalimatIni Ibu Budi” bernama Siti Rahmani Rauf dan biasa dipanggil dengan panggilan Ani, maka wajar bila nama Budi selalu disandingkan dengan nama Ani. Inilah sosok yang menemukan kalimat “Ini Ibu Budi”.

Siti Rahmani Rauf merupakan seorang guru PNS yang lahir di Sumatera Barat pada tanggal 5 Juni 1919. Beliau telah menjadi guru SD sejak masa mudanya dan pada tahun 1937 beliau diangkat menjadi pegawai negeri sipil atau PNS dan mendapatkan gaji sebesar 25 Gulden.

www.belantaraindonesia.org

Selain mengajar, ternyata Siti Rahmani Rauf juga diangkat menjadi kepala sekolah SD Negeri Tanah Abang 5 dan telah banyak melakukan banyak kegiatan yang dapat bermanfaat bagi anak didiknya. Kalimat “Ini Ibu Budi” telah populer hingga seluruh Indonesia karena Siti Rahmani Rauf telah menulis buku paket atau peraga kelas 1 SD yang menggunakan metode struktur analitik sintetik atau SAS yang telah laris dan menyebar di seluruh Indonesia.

Dalam buku tersebut Siti Rahmani Rauf banyak menuliskan nama Budi sebagai subjek utama dalam bukunya. Dengan buku yang ditulisnya maka jasa nenek ini masih tetap ada meskipun jaman telah berganti. Mengapa harus nama Budi bukan yang lainnya?

Pertanyaan ini masih belum dapat dipecahkan, mungkin nama Budi merupakan nama yang dapat menggambarkan anak - anak yang memiliki budi pekerti yang luhur sehingga dipilihlah nama itu dengan harapan anak - anak yang belajar membaca dengan buku itu dapat memiliki budi pekerti yang luhur.

www.belantaraindonesia.org

Pada tahun 1976 sosok pertama yang mencetuskan kalimat “Ini Ibu Budi” yaitu Siti Rahmani Rauf pensiun dari jabatannya sebagai kepala sekolah dan menjalankan kehidupannya sebagai ibu rumah tangga biasa. Kalimat “Ini Ibu Budi” merupakan kalimat yang biasa saja dan bahkan terlihat sepele, namun dengan kalimat inilah banyak orang Indonesia dapat belajar membaca dengan lancar.

Meskipun nenek Siti Rahmani Rauf sudah tidak aktif mengajar namun jasa - jasa beliau masih dikenang sepanjang masa dan kalimat “Ini Ibu Budi” merupakan kalimat ampuh sebagai media belajar membaca yang hingga kini masih belum ada yang menyainginya. Hebat bukan? 

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie

Sebagai anak muda Indonesia pada masa sekarang sudah terlalu banyak di cekoki hal - hal yang terlalu naif bagi perkembangan jiwa. Mulai dari tayangan kekerasan dan aneka kerusakan moral di televisi, berita korupsi di berbagai media dan lain - lain. Masih adakah pemuda bermutu di negeri Indonesia ini yang masih bisa diteladani?

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie

Kita pernah punya anak muda berkualitas yang layak dijadikan role model. Dia adalah pria keturunan Cina pribumi, bernama Soe Hok Gie.

Walau sudah kembali ke pangkuan Tuhan pada tahun 1969, semua yang pernah dia lakukan masih sangat relevan untuk kita contoh hari ini.

Dari Gie kamu bisa belajar tentang hidup yang sebenarnya. Dia punya otak, nyali, idealisme juga kisah cinta yang tak kalah manis.

1. Gie Mengambil Jurusan Yang Sesuai Rencana Dan Tidak Mainstream
Kamu baru mau kuliah? Mau ambil jurusan apa? Apakah kamu termasuk anak muda yang percaya jika jurusan yang bisa memberikan kehidupan yang baik itu hanya ada 3 di muka Bumi:

Kedokteran, Teknik, dan Hukum? Gie akan memberikan kamu pandangan baru: kamu bisa berhasil jika mengikuti panggilan hati untuk menentukan jurusan.

Gie adalah mahasiswa Universitas Indonesia, Fakultas Sastra, Jurusan Sejarah. Bahkan sampai saat ini mahasiswa Jurusan Sastra masih sering dicemooh karena dianggap akan sulit mencari pekerjaan, bukan? Kecintaan Gie pada sastra tidak bisa dipisahkan dari kehidupan keluarganya.

Ayahnya, Soe Li Pit adalah seorang novelis. Ia dan kakaknya ( budayawan, filsuf, dan dosen Australian National University Arief Budiman ) banyak menghabiskan waktu untuk membaca di perpustakaan umum sejak mereka masih kecil.

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie

Semasa SMP, Gie sudah membaca buku langka karangan Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “Cerita Dari Blora”.

Masuk ke SMA, Gie memilih untuk konsisten menekuni jalur sastra. Ia masuk ke SMA Kolese Kanisius dengan mengambil Jurusan Sastra. Tidak peduli kakaknya masuk ke Jurusan Ilmu Alam yang lebih bergengsi.

Keberhasilan Gie menyuarakan opininya lewat berbagai esai kritis jadi bukti pentingnya menuruti panggilan hatimu.

Tidak usah dengarkan apa kata orang kalau mereka bilang pilihan jurusanmu tidak akan bisa menghidupimu kelak. Mutiara akan tetap jadi mutiara kok, dimanapun dia diletakkan.

2. Selalu Menyatakan Keberpihakan
Gie tidak pernah memilih hidup di arena abu - abu. Ia selalu menyatakan keberpihakannya dalam setiap isu.

Bahkan waktu SMP dia pernah tidak naik kelas karena berani mengungkapkan pendapatnya pada guru. Dihadapkan pada otoritas, Gie tidak menyerah. Karena merasa benar, ia memilih untuk pindah sekolah.

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie

Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”

Kutipan kata - kata Gie diatas memang benar - benar jadi pedomannya selama hidup. Semasa kuliah Gie jadi aktivis yang sangat vokal untuk menentang upaya hegemoni Orde Lama.

Dia menggalakkan forum diskusi dan klub film di UI. Gie pun memilih untuk menulis bagi surat kabar yang beraliran kiri.

Keberanian Gie membuatnya jadi salah satu aktivis paling dicari pada masa pemerintahan Soekarno. Gie dianggap terlalu berani melawan penguasa.

Bahkan ibu dan kakaknya tidak bisa memahami mengapa Gie harus segetol itu menunjukkan sikapnya yang berseberangan. Beberapa rekannya juga menjauh, karena enggan dianggap sama vokalnya. Gie tidak gentar menghadapi semua itu.

Soe Hok Gie dengan gagah menunjukkan keberaniannya. Tidak peduli apapun yang harus dihadapi, ia hanya enggan apatis.

Baginya menyatakan keberpihakan adalah bentuk kebebasan hakiki dari penjajahan. Dalam hidup, seseorang memang harus memilih. Atau tidak akan menjadi apa - apa.

“Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka.

3. Mencintai Indonesia Dengan Mengakrabi Setiap Jengkal Tanahnya
Gie jadi salah satu pendiri Mahasiswa Pencinta Alam ( Mapala ) Universitas Indonesia. Salah satu kegiatan utama Mapala UI adalah naik gunung.

Berbeda dari yang biasa dilakukan anak - anak muda sekarang, naik gunung buat foto - foto karena demam Film 5 cm – naik gunung di jaman Gie itu ibarat perang.

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie
Gie (kanan), Herman Lantang dan Idhan Lubis
Belum ada trek yang jelas bagi pendaki. Tim pendakian harus memotong semak belukar untuk membuka jalur.

Tidak ada keril yang ringan seperti sekarang. Mereka harus membawa ransel rangka alumunium bekas pengangkut barang tentara yang kasar dan berat. Alat - alat keselamatan seperti kantung tidur, webbing dan pakaian berlapis polar juga belum ditemukan.

Dalam catatan hariannya yang kemudian dibukukan dan kita kenal sebagai “Catatan Harian Seorang Demonstran” — Gie mengutip perkataan penyair Amerika Walt Whitman untuk menjelaskan mengapa ia dan kawan - kawannya perlu naik gunung:

Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”

Gie memang sangat mencintai alam. Dia bahkan khusus menulis sajak bagi Lembah Mandalawangi di Gunung Pangrango.

Bagi Gie, tidak akan ada kecintaan yang timbul tanpa pernah menginjakkan kaki di atasnya. Slogan - slogan manis tentang cinta tanah air adalah omong kosong baginya. Kata Gie,

“Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan - slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Kamu yang udah traveling keliling Eropa tapi belum pernah menginjakkan kaki di Mahameru, malu gak kalau menilik apa yang sudah dilakukan Gie?

4. Menghadapi Patah Hati Dengan Elegan
Walau terkesan gahar sebagai aktivis yang keras menyuarakan kepentingan rakyat, ternyata Gie punya sisi manis yang tetap dekat dengan sastra.

Tidak hanya pandai menulis esai opini, ia pun pandai menyusun rima dalam kata - kata. Yup, siapa sangka pria se - lakik Gie ternyata adalah seorang penyair?

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie
Illustrasi Kisah Cinta Gie
 Puisinya, “Sebuah Tanya” barangkali jadi salah satu potongan sajak yang paling dikenal oleh anak muda masa kini:

 “apakah kau masih akan berkata kudengar derap jantungmu kita begitu berbeda dalam semua kecuali dalam cinta”

Masih kurang romantis? Ayo kita baca puisi Gie yang ditulis pada tahun 1969:

“Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya - tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satupun setan yang tahu

Kita tak pernah menanamkan apa - apa, kita tak ‘kan pernah kehilangan apa - apa”

Puisi tersebut konon ditulis Gie pasca galau karena bingung bagaimana harus mengungkapkan perasaan pada Ker ( Kartini Sjahrir ).

Kisah cinta Gie memang agak misterius. Dia dikenal banyak memiliki teman dekat wanita, namun hanya Ker lah yang membuat Gie bimbang.

Pada akhirnya Gie tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Ker. Teman dekat Gie, Ciil ( Sjahrir ) yang justru menikah dengan Ker.

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie
Ker, Cinta Lama Gie
Gie menunjukkan bahwa tidak semua perasaan harus diungkapkan ke publik. Ia memilih menyimpan rasa yang paling privat itu untuk diri sendiri dengan menuangkannya lewat sajak.

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan”

Pernah merasakan cinta yang dalam dan tulus sudah cukup bagi Gie. Tidak bisa mendapatkan balasan yang diharapkan juga dihadapinya dengan gagah dan tidak menye - menye.

Kalau Gie masih hidup sampai era Twitter, kamu tidak akan mendapati tweet galau dari akunnya. Alih - alih nge-tweet galau, patah hati justru bisa diraciknya jadi kata - kata puitis nan manis. 

5. Mati Terhormat 
Entah ada hubungannya atau tidak dengan kematian dramatisnya di Gunung Semeru, semasa hidup Gie memang dikenal ingin mati muda.

Dalam “Catatan Seorang Demonstran” Gie menunjukkan bahwa ia sepakat dengan perkataan seorang filsuf Yunani:

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie
Puncak Mahameru
nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan tersial adalah umur tua”

Gie meninggal saat mendaki puncak Mahameru, puncak tertinggi Pulau Jawa tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke 27 tahun. Kematian Gie hingga saat ini belum bisa ditentukan secara pasti penyebabnya.

Ada yang mengatakan bahwa Gie meninggal karena menghirup gas beracun dari kawah Jonggring Saloka, Semeru.

Ada pula yang berpendapat bahwa kematian Gie memang telah direncanakan. Agar ia tak lagi merecoki pemerintahan Soekarno dengan kritik pedasnya.

Menjadi Anak Muda Bermutu Ala Soe Hok Gie
Makam Gie
Gie memang sudah pergi. Namun semangat dan perjuangannya akan terus terkenang di hati. Gie adalah bukti bahwa Indonesia pernah punya anak muda yang gigih memperjuangkan keyakinan dan mimpi.

Dibalik carut marut negeri, ibu pertiwi pernah melahirkan pria sebaik Soe Hok Gie. Bukan tak mungkin Gie - Gie lain akan segera lahir kembali, dari kita. 

“Selamat jalan, Gie. Cita - citamu untuk mati muda telah tercapai. Berbahagialah, dalam ketiadaanmu”   hipwee
 

Inilah Perempuan Termuda Pertama Pemuncak Everest

Adalah seorang putri dari India yang baru berusia 13 tahun menjadi perempuan termuda yang berhasil mendaki hingga ke puncak Gunung Everest. Malavath Poorna, putri seorang buruh miskin berhasil menggapai puncak Everest yang bertinggi 8.848 Mdpl pada 25 Mei 2014 lalu melalui jalur pendakian Tibet yang berbahaya.

www.belantaraindonesia.org

Poorna dan kawannya yang berusia 16 tahun, berasal dari kasta terendah Dalit, mengatakan dia mendaki gunung itu bersama 10 penunjuk jalan asal Nepal sebelum mengibarkan bendera India di puncak gunung.

"Saya mulai berlatih untuk mendaki Everest pada September tahun lalu. Orangtua dan para pelatih sangat mendukung saya," kata Poorna kepada kantor berita AFP di Kathmandu, Nepal.

Dia menghabiskan waktu selama tujuh bulan untuk berlatih di perbukitan berbatu sebelum berlatih di kawasan dingin Ladakh, pegunungan Himalaya. Padahal Poorna berasal dari kawasan tropis Telangana di wilayah selatan India.

Ekspedisi selama 52 hari itu bisa terwujud setelah sebuah organisasi sosial milik pemerintah India menjadi sponsor remaja itu. Ayah Poorna hanyalah seorang buruh dengan pendapatan sekitar Rp 7 juta setahun.

www.belantaraindonesia.org

Remaja perempuan bertubuh kecil ini mengatakan dia sangat percaya diri dalam ekspedisi itu, dan hanya sedikit gugup pada tahap terakhir pendaikian.

"Pagi itu, saya melihat enam jenazah sepanjang perjalanan saya menuju puncak. Pelatih saya sudah mengatakan banyak jasad pendaki yang ditinggalkan begitu saja di gunung. Meski demikian saya tetap syok saat melihatnya," kata Poorna.

Poorna mengatakan, upaya ini dilakukannya untuk membuktikan bahwa seseorang dari kasta rendah seperti dirinya juga bisa melakukan hal - hal besar.

"Saya ingin membutikan bahwa orang seperti saya, berasal dari kasta rendah, bisa melakukan apa saja yang kami mau," ujar Poorna.

Keberhasilan Poorna ini sudah diakui Himalayan Database, sebuah catatan yang dianggap paling kredibel soal pendakian di kawasan itu.

www.belantaraindonesia.org

"Poorna adalah perempuan termuda yang mencapai puncak Everest. Ini adalah sebuah prestasi yang langka," kata Jeevan Shrestha, yang membantu pakar pendakian Elizabeth Hawley menyusun data pendakian di Himalaya itu.

Namun, pemerintah Tiongkok dan Nepal belum memberikan konfirmasi terkait keberhasilan Poorna itu.

Biasanya, para pendaki Gunung Everest lebih memilih jalur Nepal, yang jauh lebih populer dan mudah. Namun, pemerintah Nepal tidak memberikan izin mendaki bagi siapapun yang berusia di bawah 16 tahun.

Setelah sukses menggapai puncak Everest, apa yang kemudian akan dilakukan Poorna? "Saat ini saya hanya ingin pulang. Saya rindu ayam goreng dan nasi buatan ibu saya," kata dia polos.  NGI

Mengenal Clara Sumarwati Lebih Dekat

Banyak pendaki gunung ternama memulai petualangannya sejak masih belia, taruhlah, sejak SMA atau di bangku kuliah, tapi tidak demikian dengan Clara. "Banyak yang menyangka, saya dulunya anak MAPALA atau apalah yang berbau gunung," ujarnya tertawa.

Padahal, ketika kuliah di Unika Atmajaya Jakarta, Clara adalah wanita kalem yang tak suka keluyuran, apalagi naik gunung.

Mengenal Clara Sumarwati Lebih Dekat
Clara Di Everest
Tapi rupanya Clara cukup rajin mengamati berita - berita tentang pecinta alam ( baca: pendaki gunung ) yang keluar dari rel.

Saya dengar banyak yang tidak konsisten pada misi mencintai alam. Lebih dari itu, nafsu mendaki tanpa disertai kesabaran dan bekal yang cukup membuat banyak pendaki malah mengalami nasib naas di gunung," paparnya lancar.

Rentetan berita tentang pendaki yang hilang, terjatuh dan mati sering membuatnya prihatin. Lambat laun mulai mempengaruhi jiwanya.

Baarangkali termasuk terlambat. Tapi karena sudah lulus kuliah dari Fakultas Psikologi, tahun 1990 Clara mendaftarkan diri pada kelompok pendaki gunung Putri Patria.

Tes masuk yang cukup berat, ia bersaing dengan orang - orang yang sudah tahunan mendaki gunung di hadapan Clara dengan ngos - ngosan.

Tapi setelah bergabung, tak pelak lagi, Clara mulai terhitung pendaki gunung yang tangguh menjajal gunung -  gunung kelas kakap dunia.

Sejak tahun 1990, Clara telah menggapai antara lain Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Rinjani, Gunung Soekarno di Irian Jaya, Annapurna IV di Nepal, Aconcagua ( 1993 ), dan Everest.

Seabrek cerita tentang beratnya latihan ( fisik dan mental ) lantas meluncur dari wanita yang bicaranya masih kental dengan aksen Jawa ini.

"Digenjot fisik di Senayan, latihan mental di Gede - Pangrango. Pokoknya, selama di Indonesia saya jalani latihan sangat berat sebelum mendaki ke luar negeri," ungkapnya bersemangat.

Mengenal Clara Sumarwati Lebih Dekat
Clara Di Nepal
Ini membuat posturnya memang jadi perkasa. "Rekan - rekan dan pelatih saya kebanyakan pria. Tak masalah, soalnya saya bisa mengimbangi mereka. Tuturnya kalem.

Buktinya pada pendakian Everest tahun 1994 ( yang akhirnya gagal ) Clara tidak kalah dari pria - pria kuat dari Angkatan Darat

"Memang lebih enak mendaki dengan pria," katanya tersenyum penuh arti. "Mereka lebih rasional dan logikanya tetap stabil berjalan, meski didera tantangan alam yang maha berat saat mendaki. Kalau wanita lebih emosional. Kebayangkan, dalam kondisi berat begitu lantas timbul percekcokan. Ini bisa jadi penyebab kegagalan," katanya serius.

Bicara tentang kiprahnya sebagai pendaki gunung, Clara mengaku banyak dipengaruhi kecintaannya pada alam sejak kecil.

Lahir dan dibesarkan di Yogyakarta, sejak kecil Clara, anak ke enam dari delapan bersaudara ini sering diajak ayahnya seorang guru, berpiknik bersama. "Ayah saya tidak mengajak ke tempat - tempat perbelanjaan seperti anak - anak zaman sekarang.

Kami dibawa ke pantai, naik kapal mengarungi laut, kadang ke gunung. Disana beliau banyak cerita. Ya kecintaan saya pada alam memang sudah terpupuk sejak kecil," papar Clara yang kini tinggal di Mantrijeron Yogyakarta.

Mengenal Clara Sumarwati Lebih Dekat
Clara Di Puncak Aconcagua
Tambahan lagi, Clara bukan gadis kecil yang manis dengan mainan boneka dan pernak - pernik wanita, mainannya justru kelereng, layangan dan ketepel! "Tiap sore saya selalu memanjat pohon tinggi dan menikmati angin di situ," Clara tersenyum kecil.

Namun semua itu tidak menghasilkan sesuatu yang ekstrem, seperti jadi tomboy sejati atau petualang. "Tidak, saya tetap seorang yang mengikuti garis aturan keluarga. Kenakalan saya sejak kecil meluntur seiring bertambahnya usia. Makin besar, meskipun kecintaan pada alam tetap besar, saya mulai menjauh dari interaksi langsung dengan alam," katanya lagi.

Sampai akhirnya ia hijrah ke Jakarta, kuliah di Atmajaya, lantas terantuk kembali pada hasratnya sejak masa  kanak - kanak.

Bagaimana tanggapan keluarga terhadap profesi Clara yang cenderung riskan untuk wanita ini? Sambil menghela nafas panjang ia berujar, "Sedih Ibu saya sempat terpukul. Siapa sih yang ingin anak perempuannya naik turun gunung dengan taruhan nyawa?" Namun dengan berbagai cara untuk meyakinkan ibunya, restu itu keluar juga.

"Saya katakan pada Ibu, buat saya mendaki gunung bukan untuk berpetualang. Saya memiliki maksud terndiri. Ingin tahu bagaimana mendakinya, dan menurunkan ilmu mendaki pada orang lain," katanya.

Mengenal Clara Sumarwati Lebih Dekat
Clara Di Everest
Sang Ibu pulalah yang akhirnya dengan mengharu biru’ mendampingi putrinya menerima penghargaan dari Presiden Soeharto. "Sekarang ia bangga pada saya," ucap Clara berbinar.

Apa Sih Yang Dicari Clara? 
Sementara banyak wanita masa kini berbondong - bondong memacu diri dalam aneka potensi bergengsi, Clara malah berkutat dengan gunung.

Bagi Clara bersahabat dengan alam, termasuk melakukan pendakian, bukanlah semata untuk memenuhi kepuasan pribadi. "Alam mengajarkan banyak hal panting buat manusia," katanya berfalsafah.

Bukan hanya menguji keperkasaan fisik yang disebut Clara sebagal bumerang yang sering menggagalkan upaya para pendaki, tapi lebih pada ujian mental, melatih ketekunan, kecekatan, serta kemampuan berpikir seseorang.

"Banyak orang yang berasumsi bahwa pendaki identik dengan ujian kekuatan fisik," ujar Clara. "Itu benar. Tapi fisik hanyalah faktor pendukung. Banyak sekali pendaki yang hanya mengandalkan kekuatan fisik semata. Ia berupaya dengan nafsu mendaki sampai di puncak, kadangkala tidak disertai rasio. Banyak yang berhasil sampai puncak, tapi banyak juga yang bernasib naas. Yang seharusnya fisik mereka tidak memungkinkan atau cuaca jelas - jelas tidak mendukung, ya, diterjang juga. Padahal alam itu tidak bisa di lawan," mimiknya tampak serius.

Mengenal Clara Sumarwati Lebih Dekat
Clara Di Mantrijeron Yogyakarta
Sedangkan bagi Clara, "Saya hanya melatih diri sendiri, tanpa punya maksud mencari kejayaan. Dalam banyak pendakian sering saya mengalahkan ego untuk buru - buru sampai di puncak. Saya lihat kondisi cuaca, diri sendiri dan juga keselamatan orang lain seperti rekan dalam tim, sherpa, pengangkut dan lain - lain. Pendeknya, saya mendaki dengan rasio. "

Pada akhirnya puncak gunung bukanlah tujuan satu - satunya, justru kepuasan melewati proses sulit dan memperoleh 'ilmu' dari alam. Itulah sebabnya

Clara tak berambisi mencari tantangan dan tantangan lagi, "Sesuai komitmen saya, hanya ingin tahu dan belajar," cetusnya cepat.

Lantas untuk apa semua itu ia jalani, kalau pada akhirnya hanya keingintahuannya yang sudah terpenuhi? Rupanya Clara punya rencana besar.

"Sebagai manusia dan wanita, saya tentunya tak Ingin terbelenggu hobi yang satu ini. Rasional saja. Saya Ingin punya pekerjaan yang bisa menjamin hidup saya. Namun saya tetap memanfaatkan background saya sebagai psikolog dan pendaki gunung," ucapnya pasti. ( Dokumentasi Clara Sumarwati )

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×