Taman Nasional Alas Purwo merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng ( Trachypithecus auratus auratus ), banteng ( Bos javanicus javanicus ), ajag ( Cuon alpinus javanicus ), burung merak ( Pavo muticus ), ayam hutan ( Gallus gallus ), rusa ( Cervus timorensis russa ), macan tutul ( Panthera pardus melas ), dan kucing bakau ( Prionailurus bengalensis javanensis ).
Satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang ( Lepidochelys olivacea ), penyu belimbing ( Dermochelys coriacea ), penyu sisik ( Eretmochelys imbricata ), dan penyu hijau ( Chelonia mydas ) biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari s/d September.
Pada periode bulan Oktober - Desember di Segoro Anakan dapat dilihat sekitar 16 jenis burung migran dari Australia diantaranya cekakak suci ( Halcyon chloris/ Todirhampus sanctus ), burung kirik - kirik laut ( Merops philippinus ), trinil pantai ( Actitis hypoleucos ), dan trinil semak ( Tringa glareola ).
Plengkung yang berada di sebelah Selatan Taman Nasional Alas Purwo telah dikenal oleh para perselancar tingkat dunia dengan sebutan G - Land. Sebutan G - land dapat diartikan, karena letak olahraga selancar air tersebut berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G. Ataupun letak Plengkung berada tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis yang terlihat selalu hijau ( green - land ). Plengkung termasuk empat lokasi terbaik di dunia untuk kegiatan berselancar dan dapat disejajarkan dengan lokasi surfing di Hawai, Australia, dan Afrika Selatan.
Menyelusuri pantai pasir putih dari Trianggulasi ke Plengkung akan menemukan daerah pasir gotri. Pasir tersebut bewarna kuning, berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 2,5 mm. Masyarakat sekitar taman nasional sarat dan kental dengan warna budaya “Blambangan”. Mereka sangat percaya bahwa Taman Nasional Alas Purwo merupakan tempat pemberhentian terakhir rakyat Majapahit yang menghindar dari serbuan kerajaan Mataram, dan meyakini bahwa di hutan taman nasional masih tersimpan Keris Pusaka Sumelang Gandring.
Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila banyak orang - orang yang melakukan semedhi maupun mengadakan upacara religius di Goa Padepokan dan Goa Istana. Di sekitar pintu masuk taman nasional ( Rowobendo ) terdapat peninggalan sejarah berupa “Pura Agung” yang menjadi tempat upacara umat Hindu yaitu Pagerwesi. Upacara tersebut diadakan setiap jangka waktu 210 hari. Taman nasional ini memiliki ragam obyek dan daya tarik wisata alam dan wisata budaya ( sea, sand, sun, forest, wild animal, sport and culture ) yang letaknya tidak begitu jauh satu sama lain.
Beberapa lokasi / obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Sadengan.
Terletak 12 km ( 30 menit ) dari pintu masuk Pasaranyar, merupakan padang pengembalaan satwa seperti banteng, kijang, rusa, kancil, babi hutan dan burung - burung.
Trianggulasi.
Terletak 13 km dari pintu masuk Pasaranyar berupa pantai pasir putih dengan formasi hutan pantai untuk kegiatan wisata bahari dan berkemah.
Pantai Ngagelan.
Terletak 7 km dari Trianggulasi untuk melihat beberapa jenis penyu mendarat untuk bertelur di pantai dan aktivitas penangkaran penyu.
Plengkung.
Melihat perselancar profesional tingkat dunia yang sedang melakukan atraksi dan wisata penelusuran hutan.
Bedul Segoro Anak.
Bersampan, berenang, ski air di danau dan pengamatan burung migran dari Australia.
Goa.
Terdapat 40 buah tempat yang dapat disebut sebagai goa alam dan buatan antara lain Goa Jepang untuk melihat peninggalan dua buah meriam sepanjang 6 meter, Goa Istana, Goa Padepokan dan goa lainnya untuk wisata budaya dan wisata goa.
Cara pencapaian lokasi :
Banyuwangi - Pasaranyar 65 km, dan Pasaranyar - Trianggulasi 12 km menggunakan mobil. Trianggulasi - Plengkung, menyelusuri pantai sepanjang 10 km. Lokasi lainnya seperti Danau Segara Anak, Sadengan, Rowobendo dapat ditempuh berjalan kaki dari Trianggulasi.
TN Alas Purwo dengan luas 43.420 ha terdiri dari beberapa zonasi, yaitu : Zona Inti ( Sanctuary zone ) seluas 17.200 Ha Zona Rimba ( Wilderness zone ) seluas 24.767 Ha Zona Pemanfaatan ( Intensive use zone ) seluas 250 Ha Zona Penyangga ( Buffer zone ) seluas 1.203 Ha. Rata – rata curah hujan 1000 – 1500 mm per tahun dengan temperature 22°-31° C, dan kelembaban udara 40 - 85 %.
Wilayah TN Alas Purwo sebelah Barat menerima curah hujan lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah sebelah Timur. Dalam keadaan biasa, musim di TN Alas Purwo pada bulan April sampai Oktober adalah musim kemarau dan bulan Oktober sampai April adalah musim hujan.
Secara umum kawasan TN Alas Purwo mempunyai topografi datar, bergelombang ringan sampai barat dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis ( 322 mdpl ).Keadaan tanah hampir keseluruhan merupakan jenis tanah liat berpasir dan sebagian kecil berupa tanah lempung. Sungai di kawasan TN Alas Purwo umumnya dangkal dan pendek. Sungai yang mengalir sepanjang tahun hanya terdapat di bagian Barat TN yaitu Sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo.
Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kuncur, Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang Srengenge. Keadaan Biologi Secara umum tipe hutan di kawasan TN Alas Purwo merupakan hutan hujan dataran rendah. Hutan bambu merupakan formasi yang dominan, ± 40 % dari total luas hutan yang ada. Sampai saat ini telah tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana, dan pohon.
Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di TN Alas Purwo dapat di kelompokkan menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau / mangrove, hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan ( Feeding Ground ). Keanekaragaman jenis fauna di kawasan TN Alas Purwo secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 kelas yaitu Mamalia, Aves, Pisces dan Reptilia.
Mamalia yang tercatat sebanyak 31 jenis, diantaranya yaitu : Banteng ( Bos javanicus ), Rusa ( Cervus timorensis ), Ajag ( Cuon alpinus ), Babi Hutan ( Sus scrofa ), Kijang ( Muntiacus muntjak ), Macan Tutul ( Panthera pardus ), Lutung ( Trachypithecus auratus ), Kera Abu - abu ( Macaca fascicularis ), dan Biawak ( Varanus salvator ).
Burung yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 236 jenis terdiri dari burung darat dan burung air, beberapa jenis diantaranya merupakan burung migran yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 39 jenis. Jenis burung yang mudah dilihat antara lain : Ayam Hutan ( Gallus gallus ), Kangkareng ( Antracoceros coronatus ), Rangkok ( Buceros undulatus ), Merak (Pavo muticus) dan Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris). Sedangkan untuk reptil telah teridentifikasi sebanyak 20 jenis.
Ekonomi,Sosial Dan Budaya
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di sekitar kawasan adalah bertani, buruh tani, dan nelayan. Masyarakat nelayan kebanyakan tinggal di wilayah Muncar, yang merupakan salah satu pelabuhan ikan terbesar di Jawa, dan di wilayah Grajagan. Mayoritas penduduk di sekitar kawasan memeluk agama Islam, namun banyak pula yang beragama Hindu terutama di Desa Kedungasri dan Desa Kalipait.
Secara umum masyarakat sekitar TN Alas Purwo digolongkan sebagai masyarakat Jawa Tradisional. Bertapa, semedi, sayan ( gotong - royong sewaktu mendirikan rumah ), bayenan serta selamatan – selamatan lain yang berkaitan dengan pencarian ketenangan bathin masih dilaksanakan. Pada hari – hari tertentu seperti 1 suro, bulan purnama, bulan mati, masyarakat datang ke kawasan TN Alas Purwo untuk bersemedi.
ARTIKEL TERKAIT: