Gunung Puntang

Daerah Bandung Selatan ternyata mempunyai sebuah objek wisata bersejarah yang cukup unik di Gunung Puntang. Bila anda sudah bosan berkunjung ke Ciwidey yang terkenal dengan objek wisata Kawah Putih dan Situ Patenggang - nya, dan andapun telah jenuh berkunjung ke Pengalengan, tidak ada salahnya mencoba berkunjung kekawasan ini. Gunung Puntang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Malabar.


Di kawasan ini terdapat bumi perkemahan yang dikelola oleh pihak Perhutani. Udara yang sejuk pada ketinggian 1290 m, sungai yang jernih ditambah dengan paduan pohon pinus yang tumbuh alami, memberikan kedamaian tersendiri saat berada di lokasi. Keindahan panorama sekitar kawasan ini sudah bisa dinikmati sepanjang perjalanan semenjak dari persimpangan jalan Banjaran - Pangalengan dan jalan Gunung Puntang. Saat tiba di gerbang Perhutani, sempatkan waktu berhenti sejenak untuk melihat hamparan Plato ( lempengan ) Bandung dari ketinggian. Kabarnya, di musim penghujan, area Malabar merupakan salah satu daerah konsentrasi hujan.

Untuk masuk ke areal perkemahan, dikenakan biaya yang relatif murah. Tiket perorangan 4000 rupiah per hari, sewa lahan per 3 orang 2500 rupiah, sepeda motor 1000 rupiah, sedan / minibus 3000 rupiah sedangkan bus / truk 5000 rupiah. Selain berkemah, aktifitas - aktifitas outdoor seperti forest tracking atau sekedar main air di kali yang jernih dapat menjadi pilihan bagi pengunjung. Sebuah air terjun dengan ketinggian sekitar 100 meter dapat menjadi target alternatif dengan cara melakukan perjalanan selama 2 jam menembus hutan.

Untuk mencapai lokasi Curug Siliwangi ini, sebaiknya menggunakan jasa pemandu arah setempat agar tidak tersesat. Pada 1923, pemerintah Hindia Belanda pernah membangun stasiun radio dengan pemancar terbesar di dunia. Bentangan antenanya mencapai dua kilometer yang terpasang antara Gunung Puntang dan Gunung Halimun dengan ketinggan dari dasar lembah mencapai 500 meter.

Bagi bangsa Belanda, Gunung Puntang mempunyai lokasi yang ideal. Selain lokasinya tersembunyi, posisi Gunung Puntang juga memiliki arah koordinat global positioning system ( GPS ) menuju Belanda. Jadi, siaran radio itu dapat langsung didengar di Negeri Kincir Angin.

Namun, untuk melancarkan siaran radio butuh tenaga listrik. Karena itu, Pemerintah Belanda juga membangun pembangkit listrik tenaga air ( PLTA ) di Dago, Dayeuh Kolot, dan Pangalengan. Belanda juga membangun berbagai fasilitas, seperti perumahan untuk pekerja, kolam renang, sarana olahraga, dan bioskop. Tapi sayang, kini kondisi bangunan peninggalan Belanda itu cukup memprihatinkan. Bangunan yang tersisa tinggal puing-puingnya saja. Itupun sudah tertutupi semak belukar, tak terawat. Lokasi yang memiliki pemandangan indah serta udara sejuk kini banyak digunakan untuk berkemah pada waktu libur dan akhir pekan.

Pengunjung yang datang umumnya tidak hanya berkemah dan menikmati suasana alam, tapi juga ingin melihat peninggalan sejarah. Meski mereka sedikit kecewa.

Meski Gunung Puntang memiliki sejarah yang sangat tinggi, bagi Indonesia informasi tentang Stasiun Radio Malabar amat kurang. Ternyata, selain tak terawat juga kurang informasi. Pada bagian dasar lembah, dahulu terdapat suatu bangunan yang cukup besar yang berfungsi sebagai stasiun pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12000 km. Uniknya, mereka bisa mendapatkan lokasi yang sangat ideal, karena arah propagasi struktur antena tersebut memang menuju negara Kincir Angin terebut. Terlebih tempat ini cukup tersembunyi.

Uniknya, stasiun ini adalah murni pemancar, sedangkan penerimanya ada di Padalarang ( 15 km ) dan Rancaekek ( 18 km ). Hebohnya lagi, karena teknologinya masih boros energi, Belanda membangun PLTA di Dago, PLTU di Dayeuh kolot, dan PLTA di Pangalengan, lengkap dengan jaringan distribusinya hanya untuk memenuhi kebutuhan si pemancar ! Pemancar ini antara lain masih menggunakan teknologi kuno yaitu busur listrik ( Poulsen ) untuk membangkitkan ribuan kilowat gelombang radio dengan panjang gelombang 20 km s/d 7,5 km.


Selain bangunan utama berupa stasiun radio pemancar, pada area Gunung Puntang ini dahulunya juga terdapat perkampungan yang dihuni oleh awak stasiun pemancara dengan fasilitas yang cukup lengkap. Perkampungan yang dikenal dengan Kampung radio ( Radio Dorf ) ini juga dilengkapi rumah - rumah dinas petugas, lapangan tenis, bahkan konon gedung bioskop juga tersedia di masa tersebut.

Sebuah gua peninggalan Belanda juga bisa ditemukan disini dan bisa ditelusuri dengan mudah meskipun bagian dasar gua cenderung becek pada bagian dalamnya. Mulut gua ini cukup tersembunyi diantara lekukan tanah yang bila diperhatikan secara sekilas mirip dengan wajah harimau.

Kembali ke masa sekarang, pada area Gunung Puntang terdapat sebuah fasilitas rekreasi yang tidak kalah menarik. Fasilitas milik swasta ini berupa taman ( namanya :Bougenvile ) yang di dalamya terdapat 3 villa, 2 kolam renang, tempat bermain anak dan lokasi ini dialiri beberapa stream sungai kecil yang sangat jernih airnya. Kolam renang yang ada meperoleh pasukan air langsung dari mata air yang mengalir terus menerus sehingga selalu jernih, dingin dan bebas kapurit.

Sebenarnya Bandung selatan menyimpan banyak potensi wisata sejenis, tapi sayang, pamornya kalah dengan Bandung Utara, apalagi untuk mencapainya umumnya melewai daerah Dayeuhkolot yang terkenal langganan banjir

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×