Dalam pendakian gunung atau apapun yang bermuara pada kegiatan alam bebas memang di butuhkan stamina yang sehat dan pekerti yang baik tentunya. Jadi tak akan bisa menyebut teroris yang kabur dari kejaran aparat dan masuk hutan lalu disebut penggiat alam bebas. Pekerti adalah suatu hal yang utama yang bisa di miliki dengan berbagai cara. Termasuk pendakian gunung. Kok bisa? ya bisa lah....Menjadi media..walah berat lagi kata - kataku...
Bila sahabat semua sering ataupun pernah menuju gunung dan mendakinya dengan semangat, tentu sering pula menemui atau berjumpa rekan pendaki lain. Baik yang mau naik ataupun saat mereka turun dari puncak. Dan apa yang terjadi? Saat saling berpapasan, walau sebenarnya tak saling mengenal, kita akan di sapa, " Mari mas / mbak / pak / om / mbah" dll atau juga bisa sapaan dengan kata " permisi ya numpang lewat". Dan itu juga bisa terjadi dalam skala besar, semisal sewaktu beristirahat di suatu pos di gunung, akan terjadi sapaan menjurus ke obrolan dan akhirnya perkenalan dan menjadi teman baru. Selalu begitu. Jadi bagi yang belum pernah merasakan naik gunung, cobalah bedakan, ketemu orang lain di terminal atau pun di jalan umum dengan ketemu orang di alam bebas gunung. Sangat berbeda. Sapaan ringan lah yang membuat berbeda. Bukankah sangat surprise di tempat yang jauh dan gelap serta di tengah hutan rimba kita di sapa dengan ramah oleh orang yang tak kita kenal? Pernahkah ditemukan hal seperti itu di luar pendakian gunung? Jadi bisa di bayangkan jika di kala kita mau nonton bioskop lalu orang - orang menyapa hebat, ya kita pasti lelah jawabnya..Tapi itu tak berlaku di alam bebas.
Menjadi ramah dan seolah kita tak sendirian mengarungi tingginya gunung dan luasnya alam. jadi bagi yang senior di pendakian gunung, pasti akan mengalami ini, orang mudah menyapa di gunung. Ramah. Berarti terbentuk pekerti yang baik. Siapa yang merubah? alam! Pendakian gunung merubah moral memang. Kecuali dari mulai akan berangkat sudah merencanakan suatu hal tak baik, semisal berencana di saat istirahat mengambil celana milik pendaki lain buat lebaran..ya itu adalah kriminal yang berselubung pendakian.
Nah jika seperti itu model pendakian selama ini, pasti tak akan sulit jika kita hendak butuh pertolongan, semisal kehabisan bekal makanan ataupun air minum, selalu ada yang bisa membantu tanpa segan. Bukankah hal yang bagus di kala sendirian di alam bebas? Bahkan di Lawu sampai ada warung untuk pendaki di pos Taman Sari Bawah. Semisal sahabat semua sedang berada di Tanjakan Cinta di Semeru , sedang lelah mengayuh kaki, disapa teman pendaki lain yang tak kita kenal sebelumnyadengan kata - kata yang sopan, " Mari mas..." atau "Istirahat dulu mas.." Membuat kita mempunyai teman perjalanan yang baik. Tetapi jika di terminal atau di pasar kita akan sering di sapa " Minta...minta...sedekahnya mas..." Itu sapaan yang tak tahulah aku...atau istilahnya mengeksploitasi kemiskinan untuk mencari uang dengan mudah. He he he..
Ya sahabat alam, pendakian gunung merubah moral dan jadilah manusia yang bermoral dan bersahabat., untuk alam dan sesama manusia. Selamat berpetualang!
ARTIKEL TERKAIT: