Sedih ketika cita - cita menggapai gunung tak tercapai dengan mudah dan sempurna, serta senang ketika puncak gunung terdaki dan berhasil di nikmati. Puncak lah tujuan hakiki dalam kegiatan pendakian gunung. Dan rasanya tak puas hati tatkala puncak tak tergapai, seolah ada yang kurang dan tak sempurnanya sebuah pendakian. Ketika aku sebagai bagian dari bendera Belantara Indonesia menyusuri banyak gunung di Indonesia, mulai dari gunung yang kebanyakan di anggap mudah sampai gunung yang kerap menjadi acuan para pendaki, banyak yang telah terjadi , baik suka maupun duka, walaupun pada akhirnya setelah lama tak menuju gunung, keadaan duka menjadi hilang, tergantikan oleh kerinduan kepada alam gunung. Mulai yang pertama mendaki 2 buah gunung di Jawa, Merbabu dan Merapi , yang kebanyakan di golongkan gunung "mudah", kemudian gunung - gunung lain seputar Jawa, merambah Sumatera dan Sulawesi, dan Ekspedisi 3 gunung Indonesia, di Semeru, Agung dan Rinjani. Bagi aku dan Belantara Indonesia, tak ada gunung yang mudah dan di anggap mudah, semua memerlukan tingkat konsentrasi sendiri - sendiri.
Dan juga mental yang harus kuat dan tangguh. Ada sebuah pertanyaan dari sahabat Belantara Indonesia, Ayub Adiputra, "Apakah setiap pendakian gunung pasti melakukan panjat tebing?" Pertanyaan yang bagus. Setiap pendakian gunung tak selalu harus ber Panjat tebing. karena ada gunung yang bisa di daki dengan berjalan kaki seperti biasa dan memang tanjakan tetapi tak perlu tali agar bisa mencapai puncak. Misalnya Gunung Lawu, Slamet, Merapi, Merbabu dan beberapa lagi gunung di Indonesia, bisa di capai dengan peralatan sederhana, dan tak perlu tali panjat tebing. Kecuali memang mendaki dengan cara melalui jalur baru atau mencari jalur baru, harus membawa peralatan panjat, karena kita kadang menemukan daerah yang berupa tebing tinggi dan tajam. Dan ada juga gunung yang harus memerlukan tali panjat untuk mengapainya. Misalnya Cartenz Pyramid dan Jaya Wijaya di Papua dan banyak gunung tinggi lain di dunia seperti Everest dan Aconcagua yang memang berjalur es, dan tali sangat di butuhkan untuk pemanjatan tebing. jadi pada intinya akan lebih baik jika pendaki gunung bisa juga menguasai atau paling tidak bisa melakukan panjat tebing ataupun panjat dinding. Berguna untuk keselamatan di alam.
Ketika aku menuju Merapi lewat jalur Bebeng Yogyakarta juga memerlukan tali untuk memanjat tebing karena jalur Bebeng adalah jalur tak biasa di lalui pendaki Merapi, karena, jalur tadi adalah jalur lahar bila Merapi sedang mulai mengamuk atau meletus mengeluarkan lava pijar. Dan karena tingkat kesulitan tinggi, pada akhirnya tak tercapai juga puncak Garuda Merapi dari jalur Bebeng tadi. Hanya lelah karena perjalanan yang sulit. Itulah duka di balik suka karena alam. Demikian sahabat Belantara Indonesia dan sahabat alam, Persiapkan peralatan keselamatan sebelum pendakian gunung dan lebih baik ketahui dulu tipikal gunung yang akan di kunjungi agar semua bisa lancar dan kembali pulang dengan selamat. Selamat mendaki....Dan tetapkan puncak gunung menjadi tujuan hakiki selain mencintai alam..
ARTIKEL TERKAIT: