Pasir hisap pada dasarnya pasir biasa yang bercampur air sehingga ikatan antar partikel akan berkurang dan tak mampu menahan beban tertentu. Campuran tersebut sering ditemukan di delta atau disekitar sungai - sungai besar. Pasir hisap juga dapat terbentuk setelah gempa bumi yang menyebabkan air dari reservoir di dalam tanah merembes ke permukaan tanah. Pasir hisap menjadi sangat berbahaya karena dapat menyebabkan ambruknya jembatan atau bangunan.
Namun, kemungkinan seseorang tenggelam ke dalam pasir hisap bisa dikatakan nol. “Gambaran Holywood salah,” kata Thomas Zimmie, seorang ahli mekanika tanah di Ransellar Polytechnic Institute di Troy, New York. Meskipun demikian, para ilmuwan tidak letih untuk membuktikan kebenaran mitos tersebut secara ilmiah. Daniel Bonn berpikir untuk membangun model pasir hisap di laboratorium sejak berkunjung di Iran.
Peneliti dari University of Amsterdam itu melihat papan peringatan kepada pengunjung terhadap bahaya pasir hisap di dekat danau Namak yang terletak di bagian utara negara tersebut. Bonn juga mendengar peringatan langsung dari penduduk setempat tentang bahaya tersebut.
Peringatan tersebut menarik perhatiannya untuk membawa sampel pasir ke Belanda dan menganalisis komposisinya. Setelah menemukan bahwa campuran tersebut terdiri atas pasir berkualitas tinggi, tanah liat, dan air garam, Bonn bersama timnya membuat tiruan pasir hisap dalam jumlah besar.
Mereka kemudian meletakkan bola aluminium di atas permukaan pasir hisap. Bola tersebut tidak tenggelam hingga para peneliti menggetarkan pasir hisap dan membuat gerakan yang menyebabkan campuran lebih cair. Ketika melakukan hal ini, bola aluminium benar - benar seluruhnya tenggelam. Namun saat menggunakan bola aluminium yang memiliki kerapatan sama dengan manusia yang berarti lebih rendah daripada kerapatan pasir hisap, bola tersebut tidak pernah tenggelam walaupun campuran diperlakukan dengan kasar.
Jatuhnya objek ke pasir hisap menyebabkan pastikel pasir bercampur air kehilangan kestabilan. Jika terus diberi tekanan, campuran tersebut akan berubah menjadi lebih cair di permukaan dan sangat padat di dasarnya. “Semakin besar tekanannya, semakin banyak cairan yang terbentuk di pasir hisap sehingga gerakan korban membuatnya terperosok semakin dalam,” kata Daniel Bonn, pemimpin penelitian dari University of Amsterdam sebagaimana ditulis dalam jurnal Nature edisi 29 September.
Berdasarkan pengukuran terhadap peralatan aluminium ini, meningkatkan tekanan fisik ke partikel sebesar 1 persen menyebabkan kecepatan tenggelamnya naik sejuta kali. Bonn menambahkan bahwa menarik benda dari pasir pada tahap ini membutuhkan kekuatan setara mengangkat mobil berukuran menengah.
SABAR DAN TENANG
“Yang paling berbahaya adalah apabila pasir hisap cenderung menarik dengan cepat,” katanya. Tapi, kesabaran dapat menyelamatkan anda. Jika ditunggu dengan sabar, partikel pasir lambat laun akan stabil sehingga daya apung campuran tersebut akan mengangkat Anda ke atas. “Kami mengetahui bahwa lapisan pasir di bawahnya lebih rapat sedangkan air lebih banyak di lapisan atas. Lapisan pasir yang sangat pekat di bawah sangat sedikit mengandung air sehingga sulit melepas kaki yang terperosok ke dalamnya,” lanjut Bonn.
Sarannya, tetaplah tenang dan biasanya anda akan terapung. Luruskan punggung anda untuk memperluas area yang bebas dan tunggu hingga kaki bebas dari pasir. Bonn juga menyarankan agar kaki bergerak untuk mengendalikan air sehingga anda terapung. “Anda harus memasukkan air ke dalam pasir dan cara yang paling mudah adalah memutar - mutar sekitar kaki di dalam pasir hisap,” tambahnya.
Saran tersebut kemungkinan besar benar. Buktinya, bola aluminium kedua dalam percobaan ini tidak tenggelam lebih dari setengah bagian. Meskipun bola tersebut hanya empat milimeter diameternya, kerapatannya sama dengan manusia sehingga bisa digunakan sebagai model manusia.
ARTIKEL TERKAIT: