source |
Pada bulan yang dianggap sakral itu, digelar ritual, seperti sedekah bumi dan larung sesai dari Kraton Solo, Pura Mangkunegaran, juga Kraton Yogyakarta.
Gunung Lawu yang dipercaya sebagai tempat muksanya Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya V, membuat sebagian masyarakat mempercayai lokasi tersebut akan mendatangkan berkah bagi mereka yang menggelar ritual di sana.
Tak heran cerita mistis juga berkembang di sekitar lokasi, mulai dari lerangnya, pertengahan, hingga menjelang puncaknya.
Di Candi Cetho ini, jika seseorang datang dan disambut dangan munculnya kabut sesaat kemudian menghilang, maka sesuai kepercayaan setempat menandakan kedatangan orang itu disambut baik.
Pada umumnya jalur yang biasa dipakai pendaki ada dua yakni Jalur Cemoro Kandang ( Jawa Tengah ) dan Jalur Cemoro Sewu ( Jawa Timur ).
Selain kedua jalur utama pendakian tersebut, Gunung Lawu juga masih memiliki jalur alternatif lainnya, yakni Jalur Candi Cetho, Jalur Tahura ( Candi Sukuh ), dan Jalur Jogorogo.
Pendakian dari Candi Cetho akan melintasi Pos 1 yang biasa disebut Mbah Branti, kemudian Brakseng ( Pos 2 ), Cemoro Dowo ( Pos 3 ), Penggik Oondorante ( Pos 4 ), Bulak Peperangan ( Pos 5 ), dan tiba di puncak Hargo Dalem.
Jalur menuju puncak Gunung Lawu melalui Candi Cetho adalah salah satu jalur yang jarang dipakai oleh para pendaki.
Jika ingin mendaki melalui jalur tersebut, tentunya harus menuju Candi Cetho terlebih dahulu yang terletak di daerah Ngargoyoso dengan melewati perkebunan teh Kemuning yang hijau asri.
Dari jalur Candi Cetho, akan melewati berbagai tempat yang bisa dikatakan memiliki karakteristik budaya yang sangat kental.
Di antaranya kita akan melewati komplek Candi Cetho, Puri Saraswati, dan Candi Kethek sebelum memulai jalur pendakian yang sebenarnya.
Untuk mencapai Hargo Dalem akan melewati 5 pos terlebih dahulu setelah pendakian yang dimulai dari jalur di belakang Candi Kethek.
Setelah Pos 4 akan melewati jalur pendakian yang lewat di antara 2 pohon cemara yang cukup besar yang dikenal dengan Cemoro Kembar. Konon Cemoro Kembar tersebut adalah gerbang gaib kerajaan makhluk astral yang ada di Gunung Lawu.
Kemudian pada Pos 5 akan ditemui sabana - sabana yang sangat indah yang tidak akan ditemui pada jalur pendakian Gunung Lawu yang lainnya.
Sabana tersebut diberi nama Bulak Peperangan yang konon dahulu kala menjadi arena perang Pasukan Kerajaan Majapahit melawan Pasukan Kerajaan Demak.
source |
Setelah menikmati sabana, untuk menuju Hargo Dalem masih harus melipir bukit dan melewati Pasar Dieng atau Pasar Batu yang memiliki banyak percabangan yang dapat menuju ke banyak arah yakni Hargo Dalem, Hargo Dumilah, Hargo Puruso, dan Hargo Dumiling.
Untuk mencapai Hargo Dalem dari arah Jalur Candi Cetho harus mengarah ke arah kiri ketika di Jalur Pasar Dieng.
Hargo Dalem merupakan tempat pertapaan Prabu Brawijaya dan di sana juga terdapat banyak bangunan yang biasa dipakai untuk berteduh maupun untuk acara spiritual.
Di Hargo Dalem juga akan ditemui Warung yang sudah melegenda di kalangan pendaki yang dikelola oleh seorang penjual bernama Mbok Yem.
Warung tersebut menyediakan makanan dan minuman untuk para pendaki sekaligus juga menyediakan tempat menginap bagi pendaki yang tidak membawa tenda.
Secara normal total perjalanan naik dari Candi Cetho menuju Hargo Dumilah adalah 8 - 10 jam perjalanan ( tanpa menghitung istirahat ) dan 4 - 6 jam perjalanan turun.
Pendakian melalui Candi Cetho tersebut memakan waktu 1,5 kali lebih lama dibanding Jalur Cemoro Sewu, tentunya dengan medan yang lebih sulit pula.
Terkadang ada benarnya untuk mendapatkan hasil yang istimewa, butuh perjuangan yang ekstra pula. Anda patut mencobanya!
ARTIKEL TERKAIT: