Menulis itu indah, romantis dan menawarkan haru jika kita suatu saat membaca tulisan lama itu kembali beberapa tahun yang akan datang. Tulisan yang menceritakan tentang romantisme perjalanan kita tatkala berjalan kaki mengelilingi splendid Indonesia ini. Tapi tidak di bebatuan!
Sebut saja vandalisme gunung, mencoret - coret batuan, pohon maupun setiap benda yang sejatinya tetap sederhana untuk tetap berdiri apa adanya. Namun itu semua sudah terlanjur, tak ada guna bila tetap menghujat apa yang sudah tercoret di batuan atau pohon itu. Sekarang, tinggal bagaimana kita bergerak untuk menghapus seluruh kata vandalisme di gunung itu. Dan menolak setiap bentuk vandalisme setelah batuan itu bersih.
Cobalah bagi para pendaki gunung, ketika mendaki, bawalah amplas yang hanya seharga Rp 2000, lalu pilihlah satu kata yang tercoret di batuan ataupun pohon. Hapuslah kata itu, lalu terbangkan ke udara agar batuan dan pohon itu tetaplah sederhana tanpa coretan manusia. Satu kata vandalisme akan terhapus ketika satu orang mendaki gunung, dan ribuan pendaki di setiap minggunya akan menerbangkan ribuan kata itu pula ke udara.
Janganlah menghujat vandalisme di batuan itu, lebih santun apabila kita berpikir secara seimbang dan menganggap vandalisme batuan itu sebagai seekor burung yang patut dikeluarkan dari sangkarnya. Mari "keluarkan burung itu dari sangkarnya, hapus kata - kata itu dari batuannya".
JANGAN BUANG SEGALA SAMPAH DI ALAM DAN GUNUNG
Sampah dalam arti segala sampah atau kotoran lebih baik jika kita dari awal pendakian membawa plastik besar untuk menampung sampah dan nantinya bisa kita tempatkan sampah tadi ditempat semestinya. Kasihan alam jika harus menerima yang bukan hak dan kewajibannya. Ataupun sampah yang lebih parah lagi, yakni kita buang air besar di gunung dan ditengah rimba, tanpa kita bisa membersihkannya. Cobalah persiapkan sejak dini keadaan raga kita, atau jika memang terpaksa kita harus buang air besar, carilah tempat yang selayaknya, di sungai ditengah rimba, ataupun jika tidak, cobalah benamkan kotoran kita kedalam tanah, bukan disembarang tempat, semisal di jalur pendakian, seperti jalur pendakian Gunung Merbabu setelah Pasar Setan menuju puncak Menara. Bau kotoran manusia saat siang hari dan panas terik akan sangat menusuk hidung. Sopankah?
Mari kita redam rasa egois kita dengan turut serta menjaga dan merawat alam kepunyaan Tuhan dan punya manusia untuk di nikmati megah dan indahnya. Cintai alam sepenuh hati, agar bumi bernafas kembali.
Thanks For Inspiration: Sejati 18 Juli
ARTIKEL TERKAIT:
Inspirasi
- Ternyata Air Lebih Mahal Dari Emas
- Rindu Gunung Yang Dulu...
- Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan
- Jangan Salah Pilih Teman Pendakian Gunungmu!
- Norman Edwin Quotes
- Tips Seru Petualangan Dengan Anak
- Inilah Sensasi Saat Mendaki Gunung
- Ingin Sahabat Sejati? Carilah Di Hutan Belantara
- Berilah 'Kelas Alam' Bagi Si Kecil
- 10 Lagu Wajib Nasional Indonesia Yang Menggetarkan Hati
- Romantisnya Mendaki Gunung Dengan Pasangan
- Mengharukan: Demi Anak, Seorang Ayah Jual Pena
- 70 Kali Dalam Sehari Maut Dekat Dengan Manusia
- Menikmati Pemandangan Alam Adalah Hak Kita, Tapi....
- Mendaki Gunung Tidak Akan Merubah Apapun!
- Inilah Masjid Portable Yang Pertama Di Indonesia
- Tips Berwudhu Di Alam Bebas
- Tips Packing Yang Tepat Untuk Mendaki Gunung
- Modal Utama Pendakian Gunung: Niat Belajar Dari Alam
- Menjadi Pendaki Yang Cerdas
- Gunung, Racun Yang Menyembuhkan!
- Sang Pemberani Yang Masuk Dalam Kawah Merapi
- Jatuh Cinta Paling Indah Itu Di Puncak Gunung
- Izinkanlah Aku Mendaki Gunung, Sekali Ini
- Dari Gunung Untuk Para Pendakinya