Menghargai Alam

Alam selayaknya kita hargai sepenuh hati, terutama di kala kita berada di tengahnya untuk berkegiatan alam bebas. Karena sepenuhnya, tatkala kita di alam, keadaan kita tergantung pada keramahan dan kebaikan alam. Tetapi, apa yang terjadi selama ini jika kita mencoba mendaki tingginya gunung dan mengagumi indahnya alam? Perusakan dan mengotori alam seolah menjadi budaya wajib penggiat alam bebas. Dan yang paling jelas sering kita temukan adalah Vandalisme atau mencorat - coret batu maupun pepohonan di alam bebas.

Menulis itu indah, romantis dan menawarkan haru jika kita suatu saat membaca tulisan lama itu kembali beberapa tahun yang akan datang. Tulisan yang menceritakan tentang romantisme perjalanan kita tatkala berjalan kaki mengelilingi splendid Indonesia ini. Tapi tidak di bebatuan!

Sebut saja vandalisme gunung, mencoret - coret batuan, pohon maupun setiap benda yang sejatinya tetap sederhana untuk tetap berdiri apa adanya. Namun itu semua sudah terlanjur, tak ada guna bila tetap menghujat apa yang sudah tercoret di batuan atau pohon itu. Sekarang, tinggal bagaimana kita bergerak untuk menghapus seluruh kata vandalisme di gunung itu. Dan menolak setiap bentuk vandalisme setelah batuan itu bersih.


Cobalah bagi para pendaki gunung, ketika mendaki, bawalah amplas yang hanya seharga Rp 2000, lalu pilihlah satu kata yang tercoret di batuan ataupun pohon. Hapuslah kata itu, lalu terbangkan ke udara agar batuan dan pohon itu tetaplah sederhana tanpa coretan manusia. Satu kata vandalisme akan terhapus ketika satu orang mendaki gunung, dan ribuan pendaki di setiap minggunya akan menerbangkan ribuan kata itu pula ke udara.


Janganlah menghujat vandalisme di batuan itu, lebih santun apabila kita berpikir secara seimbang dan menganggap vandalisme batuan itu sebagai seekor burung yang patut dikeluarkan dari sangkarnya. Mari "keluarkan burung itu dari sangkarnya, hapus kata - kata itu dari batuannya".

JANGAN BUANG SEGALA SAMPAH DI ALAM DAN GUNUNG

Sampah dalam arti segala sampah atau kotoran lebih baik jika kita dari awal pendakian membawa plastik besar untuk menampung sampah dan nantinya bisa kita tempatkan sampah tadi ditempat semestinya. Kasihan alam jika harus menerima yang bukan hak dan kewajibannya. Ataupun sampah yang lebih parah lagi, yakni kita buang air besar di gunung dan ditengah rimba, tanpa kita bisa membersihkannya. Cobalah persiapkan sejak dini keadaan raga kita, atau jika memang terpaksa kita harus buang air besar, carilah tempat yang selayaknya, di sungai ditengah rimba, ataupun jika tidak, cobalah benamkan kotoran kita kedalam tanah, bukan disembarang tempat, semisal di jalur pendakian, seperti jalur pendakian Gunung Merbabu setelah Pasar Setan menuju puncak Menara. Bau kotoran manusia saat siang hari dan panas terik akan sangat menusuk hidung. Sopankah?


Mari kita redam rasa egois kita dengan turut serta menjaga dan merawat alam kepunyaan Tuhan dan punya manusia untuk di nikmati megah dan indahnya. Cintai alam sepenuh hati, agar bumi bernafas kembali.

Thanks For Inspiration: Sejati 18 Juli

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×