Sampah adalah produk sisa yang kita hasilkan sehari - hari. Beberapa kali kita lihat informasi mengenai proses pengolahan sampah menjadi barang yang kembali bermanfaat, misalnya: untuk kompos pertanian, apabila wujud sampahnya berupa sampah organic. Yang sulit adalah pengolahan sampah non organic, misalnya: bungkus makanan kecil.
Kita melihat kesukaan anak - anak pada jajanan berbungkus plastik telah memperbanyak jumlah sampah di jalanan dan got - got saluran air kotor. Sudah menjadi ‘kewajaran’ bila pemandangan di sekitar halaman sekolah, sekitar kios atau warung perumahan, dipenuhi oleh sampah - sampah plastik tersebut. Anak - anak itu tampak biasa saja membuang kantong plastik kosong bekas wadah minumannya ke jalan, berikut sedutannya, begitu pula kantong plastik kemasan makanan keripiknya. Pada sisi lain para pedagang tidak menyiapkan kotak tempat sampah di sebelah warungnya.
Beberapa saat lalu, ada inspirasi dari Divisi Sekertaris Belantara Indonesia , Diyah Kartika Sari , yang menceritakan, melihat seorang gadis membuang sampah di jalan lewat jendela mobilnya. Kelakuan membuang seenaknya, tanpa perasaan risih ternyata juga dimiliki oleh kalangan orang dewasa, si gadis dengan ‘entheng’ melemparkan sampah kotor tersebut keluar jendela tanpa memikirkan : ‘seorang pengendara motor akan tertimpuk sampah yang dilempar itu’. Pada kesempatan lain, seorang nyonya besar dengan entengnya membuang kertas tissue melalui jendela mobil sedan mewahnya, bahkan gelas kosong bekas minuman mineral.
Ini kutipan yang di sampaikan Diyah Kartika Sari lewat laman Facebooknya:
Waah, mbaknya cantik2 naik mobil dengan cueknya buang sampah dari jendela mobilnya...yg naik motor aja dibela2in nyimpen dulu tu sampah sampai nemu tempat sampah.
Apakah mereka tidak menyiapkan kantong plastik ‘kresek’ untuk menampung sementara sampah selama perjalanan, untuk selanjutnya membuang di tempat sampah akhir setelah sampai di tujuan ?. Menurut protokoler masyarakat negeri maju, ketentuan berperilaku ‘modern’ seharusnya menyertai produk teknologi modern yang mereka kendarai sehari - hari. Inilah yang disebut tak bijaksana, bahkan cenderung bodoh.
Sekarang ini, lihatlah di sudut - sdudut perkotaan maju, justru sampah di abaikan, banyak yang teronggok tanpa ada yang menyentuhnya agar bersih dan terjaga dari sakit. Kantung plastik yang paling banyak terlihat, yang pada dasarnya sebuah sampah yang sulit di cerna oleh alam. Darimanakah asal kantung - kantung sampah tersebut ? Jawaban yang mengusik nurani kita adalah, apakah ini berasal dari penumpang - penumpang mobil yang membawa sampahnya dari rumah, lalu sambil lewat di jalan tersebut mereka sekalian membuangnya keluar ? apabila memang benar, apakah operasional pemungutan sampah tidak berjalan dengan baik di lokasi perumahan sekitar kawasan tersebut ?
Kebiasaan membuang sampah semaunya ini ternyata tidak ditemukan dikawasan - kawasan non - terpelajar, namun justru berlangsung di kawasan - kawasan elit. Bahkan pada masyarakat kecil nirsekolah kita lihat, justru mereka lebih bertanggung jawab membuang sampah pada halaman rumahnya , mengubur, atau mengolahnya, tanpa mengotori ekosistem. Perilaku ‘menyampah’ yang masih melekat pada masyarakat kota ternyata sangat sulit dihilangkan. Bahkan ini dilakukan oleh semua kalangan umur dan semua level sosial. Sudah saatnya kita memulai gerakan : Jeda sejenak dari rutinitas sehari - hari kita untuk bersi - bersih lingkungan. Kita beramai - ramai memunguti bungkusan - bungkusan sampah yang terserak di lingkungan rumah tinggal kita sejauh radius 500 meter.
Cobalah lihat dan pasti sering kita jumpai, seorang bapak tua nan enerjik, di jalanan, yang hingga saat ini masih berkeliling kota naik sepeda, setiap hari, sambil membawa pengki dan sapu ijuk, ikut serta membersihkan sampah di tepian jalan dalam cakupan radius puluhan kilometer dari rumahnya, demi rasa cintanya pada kota tanpa ada yang mengupahnya. Sebab beliau melakukannya atas panggilan hati. Mengapa kita tak bisa?
Thanks To : Diyah Kartika Sari
ARTIKEL TERKAIT:
Inspirasi
- Ternyata Air Lebih Mahal Dari Emas
- Rindu Gunung Yang Dulu...
- Pendaki Era 90 an, Penuh Perjuangan
- Jangan Salah Pilih Teman Pendakian Gunungmu!
- Norman Edwin Quotes
- Tips Seru Petualangan Dengan Anak
- Inilah Sensasi Saat Mendaki Gunung
- Ingin Sahabat Sejati? Carilah Di Hutan Belantara
- Berilah 'Kelas Alam' Bagi Si Kecil
- 10 Lagu Wajib Nasional Indonesia Yang Menggetarkan Hati
- Romantisnya Mendaki Gunung Dengan Pasangan
- Mengharukan: Demi Anak, Seorang Ayah Jual Pena
- 70 Kali Dalam Sehari Maut Dekat Dengan Manusia
- Menikmati Pemandangan Alam Adalah Hak Kita, Tapi....
- Mendaki Gunung Tidak Akan Merubah Apapun!
- Inilah Masjid Portable Yang Pertama Di Indonesia
- Tips Berwudhu Di Alam Bebas
- Tips Packing Yang Tepat Untuk Mendaki Gunung
- Modal Utama Pendakian Gunung: Niat Belajar Dari Alam
- Menjadi Pendaki Yang Cerdas
- Gunung, Racun Yang Menyembuhkan!
- Sang Pemberani Yang Masuk Dalam Kawah Merapi
- Jatuh Cinta Paling Indah Itu Di Puncak Gunung
- Izinkanlah Aku Mendaki Gunung, Sekali Ini
- Dari Gunung Untuk Para Pendakinya