Kami, Belantara Indonesia berjumlah tiga orang memulai pendakian, sore hari guna ingin mencapai puncak Slamet pada pas dini hari saat bisa menikmati matahari terbit. Di awali dari Basecamp Bambangan menuju Pos Payung yang merupakan pos pertama pendakian Slamet. Setelah itu kami menuju dan memasuki hutan hujan tropis ke arah pondok Walang. Mulai dari Pondok Walang inilah keanehan bagi kami sangat terasa. Karena waktu itu bukan musim pendakian, jadi kami merasa hanya kami bertiga yang tengah berada di lereng Slamet. Sepi terasa.
Tajakan terjal kami lewati dengan susah payah, memang, Jalur pendakian Slamet lewat Bambangan ini banyak tanjakan tajam juga licin dan di tengah - tengah balutan hutan hujan tropis. Saat kami bertiga berjalan mendaki, di sebelah kanan kami adalah semak belukar sepanjang jalur, dan setiap kami melangkahkan kaki, di semak - semak tersebut terdengar suara: Srek...srek..srek...seperti orang yang juga tengah berjalan menembus semak, tiap kali kami berusaha mempertajam pendengaran kami dengan menghentikan langkah, saat itupun suara tadi seperti hilang, ketika kami lanjutkan langkah, suara tadi muncul kembali. Begitu berulang - ulang. Akhirnya kami simpulkan, penghuni alam bersama kami, menyapa kami dalam bahasanya. Tak kami pedulikan akhirnya karena juga tak mengganggu pendakian kami.
Keadaan tadi masih berlangsung sampai di Pondok Cemara, dan terus juga terjadi sampai kami memasuki kawasan Samarantu , dimana kami juga di "goda" saat kami mendirikan tenda dan beristirahat di sana. ( silahkan klik Samarantu ). Semua tak mengganggu kami secara nyata, hanya suara tadi yang sempat membuat kami bingung, walaupun akhirnya, itu semua kami anggap sapaan gunung Slamet saat kami berniat bagus mengunjunginya.
Sapaan alam itu ramah jika kita juga ramah menyapa alam. Stop Crime For Nature!
ARTIKEL TERKAIT:
