Cara Mencegah Mabuk Gunung

Cara mencegah mabuk gunung ini sebaiknya diketahui, karena saat di alam bebas banyak kendala yang mempersulit perjalanan kita. Antara lain adalah mabuk gunung.

Mencegah Mabuk Gunung

Hampir sama dengan istilah mabuk yang lain, mabuk gunung adalah penyakit yang menghinggapi pendaki hingga merasa ada sesuatu yang bisa berlebihan dan kekurangan. Silahkan di ketahui dan di antisipasi.

1. Menghindari Faktor Pemicu
Hal pertama yang perlu diupayakan adalah menjauhkan diri dari faktor - faktor pemicu. Meskipun tidak selalu berhubungan langsung, hal - hal berikut ditengarai sering memicu dan memperburuk mabuk gunung.

· Menambah ketinggian terlalu cepat
· Aktivitas fisik yang berlebihan ( overexertion )
· Kedinginan ( hypothermia )
· Hidrasi tidak cukup, dan
· Konsumsi alkohol atau sedatives lain.

Mencegah Mabuk Gunung
2. Aklimatisasi
Seperti telah diketahui, penyebab mabuk gunung adalah tidak mampunya tubuh menerima kondisi di ketinggian.

Ketidakmampuan itu terjadi kalau penambahan elevasi terjadi pada waktu yang terlalu singkat—lebih singkat dari waktu yang diperlukan oleh tubuh untuk menyesuaikan diri.

Sebenarnya, tubuh kita bisa beradaptasi, tetapi hal itu harus dilakukan secara bertahap. Usaha ini disebut aklimatisasi.

Rumus aklimatisasi pendaki adalah climb high sleep low ( CHSL )—naik ke ketinggian tertentu, kemudian turun untuk tidur / beristirahat pada ketinggian di bawahnya. Misalnya direncanakan untuk buka camp pada ketinggian 3.600 Mdpl, naiklah dulu ke 4.000 Mdpl.

Untuk pendakian gunung yang elevasinya > 3.600 mdpl, aklimatisasi dengan rumus ini mutlak diperlukan. Itulah sebabnya pendakian Everest bisa makan waktu lebih dari sebulan karena pendaki naik - turun berkali - kali sebelum melakukan summit attack. Gunung - gunung kita yang rata - rata 3.000 an Mdpl, untuk kebanyakan pendaki bisa disikat langsung.

Selain itu, setelah melewati batas 3.000 Mdpl, penambahan elevasi harus dibatasi maksimum 300 mt per hari.

Selain Jayawijaya, ada empat gunung di Indonesia yang menurut hemat saya harus memperhatikan kaidah ini, yaitu Kerinci, Rinjani, Semeru, dan Slamet karena ketinggiannya melebihi 3.300 Mdpl.

Untuk kelima gunung ini, idealnya summit attack dilakukan dari ketinggian yang berjarak kurang dari 300 mtr vertikal dari puncak.

Dua puluh empat jam pertama berada di daerah yang tinggi, misalnya di desa terakhir ( base camp ) batasi aktivitas fisik. Meskipun demikian, pada siang hari, aktivitas ringan lebih baik dari pada tidur agar respirasi melakukan penyesuaian.

3. Nutrisi dan Hidrasi
Hidrasi sangat penting. Eksersi membuang cairan dalam tubuh, dan itu perlu diganti. Indikasi kecukupan hidrasi adalah banyak dan beningnya urine.

Bila kencing sedikit, pekat, dan berwarna, berarti anda kurang minum. Makanan tinggi karbohidrat harus menjadi menu utama pendaki. Alasannya adalah bahwa 70% kalori dihasilkan oleh karbohidrat.

4. Mengenal Diri Sendiri
Yang tidak kalah penting dari semua saran di atas adalah mengenali diri sendiri. Anda harus paham betul bagaimana tubuh Anda bereaksi terhadap kondisi di ketinggian karena tidak ada ciri - ciri pembeda khusus antara yang rentan dengan yang tahan.

Sungguh bijaksana bila Anda mau belajar merasakan dan mengenali setiap gejala yang terasa. Misalnya, membedakan antara sakit kepala yang terjadi karena eksersi berlebihan ( seperti bila Anda selesai berlari sprint ) dengan nyut - nyutan gejala mabuk gunung.

Angka - angka dalam tulisan ini harus dianggap hanya sebagai patokan umum yang tidak absolut. Untuk masing - masing individu, pada prakteknya bergeser naik atau turun dari angka - angka itu. Pada akhirnya, mabuk gunung bersifat sangat personal.

Golden rule di ketinggian: bila Anda mengalami tidak enak badan, pusing atau pening tetapi tidak tahu sebabnya secara pasti, Anda harus menyimpulkan bahwa Anda menderita mabuk gunung!

5. Mengenal Teman Satu Tim
Teman sependakian anda belum tentu mengetahui seluk - beluk mabuk gunung. Belum tentu pula mereka cukup mengenal daya adaptasi diri sendiri terhadap ketinggian.

Kalau demikian keadaannya, Anda yang perlu menajamkan pandangan untuk mengamati kondisi mereka. Dari pengalaman saya, gejala awal mabuk yang paling mudah diamati dari luar adalah kondisi fisik dan tingkah - laku.

Bila ada teman yang mengalami kelelahan berlebihan, amati terus keadaannya. Kalau ada yang begini, biasanya saya menguji kondisinya dengan menyodorkan makanan kecil. Kalau dia menolak, cobalah makanan lain. Kalau semua ditolak, waspada!

Ciri lain yang sering mencolok adalah social withdrawal. Kalau ada teman yang berubah perangainya menjadi lebih pendiam, ogah ngobrol, kehilangan canda, dan lebih suka menyendiri, Anda harus mulai curiga. Berikutnya, ujilah juga dengan makanan. Pendeknya, bila pendaki masih rakus dan doyan ini - itu, berarti sehat!

PENANGANAN MABUK GUNUNG

1. Stop
Kalau gejala AMS mulai terasa, STOP! Jangan ngotot! Pergerakan naik harus dihentikan sampai gejala hilang. Berikan waktu yang cukup untuk tubuh melakukan adaptasi.

Bila tidak ada tanda - tanda membaik, segeralah mengurangi ketinggian paling tidak 300 mtr vertikal. Bila tidak membaik juga, urungkan niat mendaki. Turunlah sesegera mungkin!

2. Mandiri
Mendaki berombongan, biasanya lebih merepotkan bila Anda mengalami mabuk gunung. Naik salah, berhenti sendirian pun salah.

Bagaimanapun, kalau memang harus, ditinggal sendirian di tengah hutan jauh lebih baik. Pemaksaan diri mengikuti rombongan bergerak naik justru memperbesar risiko dimakan setan.

Awas, setan HAPE dan setan HACE menunggu!!! Dalam situasi darurat, beranikan diri untuk mengambil keputusan dan bertindak sendiri.

Studi menunjukkan bahwa kematian oleh mabuk gunung, terjadi lebih banyak pada pendaki yang berkelompok dari pada solo. ( Shlim DR, Houston R., Helicopter Rescues and Deaths Among Trekkers in Nepal ).

3. Berkorban
Untuk pendaki yang sehat, selayaknya bersedia mengorbankan kepentingannya mencapai puncak bila ada teman setim yang mabuk gunung.

Temani si pemabuk sampai bisa dibawa naik, atau bawalah turun kalau perlu. Percayalah, pengorbanan Anda bisa berarti menyelamatkan nyawa.

4. Cara Istirahat
Istirahat untuk pemabuk gunung harus diusahakan dalam keadaan sehangat dan senyaman mungkin. Pemakaian tenaga harus diminimumkan, meskipun pada perjalanan turun.

5. Yang Harus Dihindari
Rokok, alkohol, dan depresan lain termasuk obat penenang dan obat tidur harus dijauhi. Depresan akan menurunkan respirasi pada saat tidur, sehingga memperburuk gejala mabuk gunung.

6. Turun
Turun adalah resep terbaik untuk yang sudah terkena HACE atau HAPE. Cara ini relatif mudah dilakukan di gunung - gunung di Indonesia.

Jadi, tidak ada yang perlu ditunggu. Turun! Bila peralatan dan anggota tim lain mampu, penderita yang sudah parah sebaiknya digotong / digendong untuk meminimumkan aktivitas fisik.

Kalau karena alasan tertentu turun tidak mungkin, korban memerlukan bantuan oksigen. Pada kasus - kasus yang lebih berat yang biasanya terjadi di gunung - gunung extremely high, penderita dimasukkan ke dalam Gumow Bag ( kantong bertekanan portable ).

7. Medikasi
Sebenarnya ada obat - obatan yang bisa membantu penderita mabuk gunung. Bahkan ada jenis tertentu yang bisa dipakai untuk membantu aklimatisasi para rescuer karena mereka harus bergerak naik dengan cepat.

Tetapi saya, maaf, tidak berani menulisnya di sini. Saya khawatir yang saya tulis diambil sebagai resep resmi pendaki gunung, sementara saya bukan dokter.

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×