Nol Kilometer, sebuah titik selatan kawasan Malioboro. Nol kilometer menawarkan suasana malam yang santai khas kota Yogyakarta atau Jogja. Para pejalan kaki nampak leluasa berada di area ini. Di pinggir - pinggir jalan, tersedia kursi - kursi lebar yang masing - masing dapat menampung 6 - 8 orang, sebuah ruang publik yang nyaman. Silakan bersantai di sana sambil menikmati aneka menu kuliner yang dijajakan oleh para pedagang kaki lima, seperti wedang ronde, sate ayam, atau jagung bakar. Nimatilah malam di Yogyakarta .
Di tengah menyantap hidangan, alunan musik biasa mengalun dari tangan anak - anak muda atau para seniman jalanan. Suara Gitar dan Jimbe berbaur dengan bunyi klakson dan mesin kendaraan menjadi musik malam yang wajar. Jika beruntung, pengunjung bisa menyaksikan hiburan musik yang kerap diselenggarakan di panggung Monumen Sebelas Maret.
Sambil duduk menikmati hidangan serta musik, edarkan pandangan ke segala penjuru. Berbagai bangunan kuno bersejarah mengitari kawasan Nol Kilometer. Benteng Vredeburg berdiri di sebelah timur jalan Malioboro, dan Gedung Agung di sebelah barat. Di sisi selatan, dapat disaksikan sisa bangunan kolonial pada Kantor Pos Besar dan Bank Indonesia.
Tidak heran jika arena ini merupakan salah satu pilihan favorit bagi para forografer. Selain bangunan - bangunan kuno, berbagai objek yang tersorot lampu kota Jogja pun menarik perhatian. Ada juga sebuah replika bungkusan raksasa bergambar Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mengenakan blangkon dan busana Jawa.
Para Sherpa Belantara Indonesia di Tugu Yogyakarta |
Di sampingnya, beberapa pengayuh becak siap mengantarkan penumpang ke mana saja: berkeliling kota malam hari, atau hanya menjelajah sampai alun - alun Keraton Yogyakarta yang tak jauh dari lokasi. Jika berminat menjelajah sampai alun - alun Keraton, di sepanjang jalan dapat kita jumpai deretan toko buku dan majalah.
Ada juga yang menjual mainan anak - anak seperti balon dan boneka. Tak lupa bolang - baling manis dan gurih yang semakin menghidupkan malam. Bahkan di pojok timur keraton, ada bakmi dan balungan Pak Pele untuk dinikmati.
Malioboro |
Kawasan ini menjadi pusat kegiatan komunitas maupun wisatawan saat malam hari. Di salah satu sudut jalan terdapat Monumen Serangan Umum Satu Maret yang sering digunakan untuk acara pameran, festival, maupun konser musik saat malam hari. Tempat ini juga menjadi sebuah ruang publik untuk komunitas di Yogyakarta. Mulai dari komunitas musik, komunitas sepeda, maupun komunitas seniman sering menghabiskan waktu malamnya di kawasan ini.
Malam di Yogyakarta memang malam yang penuh warna dan penuh cerita. Semua itu tidak akan mudah Anda lupakan. Apabila malam cerah, tingginya Gunung Merapi akan nampak dari wilayah ini, luas dan meriahnya malam di Malioboro terasa sejuk dipandang.
Kota Yogyakarta tidak pernah mati, siang atau malam kota ini tetap menyuguhkan keindahan untuk setiap orang. Banyak hal yang patut dinikmati saat malam mulai larut, baik kuliner, acara, tempat - tempat menarik, kegiatan komunitas, maupun pertunjukkan jalanan.
ARTIKEL TERKAIT: