Sangat disayangkan kawasan Rinjani yang begitu indah dan merupakan puncak tertinggi ke 3 di Indonesia setelah Cartenz Pyramid dan Gunung Kerinci dikotori dan berkurang kesan indahnya hanya oleh perilaku yang tidak bertanggung jawab oleh sebagian pengunjung.
Lebih dari 90% tamu mancanegara mengagumi keindahan Rinjani dan merasa puas setelah melakukan kunjungan, namun 100% dari mereka mengeluhkan sampah yang banyak dijumpai di sepanjang jalur wisata dan di camping area.
Seiring dengan pesatnya perkembangan pariwisata alam dewasa ini yang cenderung berubah / bergerak dari mass tourism menjadi wisata dalam kelompok kecil bahkan individual, begitu juga pergeseran permintaan wisata yang dulunya lebih ke tempat - tempat yang ramai yang sat ini pasar wisata cenderung lebih banyak memilih utuk melakukan wisata alam ( ecotourism ).
Akibat hal ini, lingkungan menjadi terpengaruh, betapa tidak, saat ini Sampah menjadi sebuah momok yang menakutkan di setiap kawasan atau tempat - tempat umum di Negara tercinta ini. Bahkan hutan yang konon katanya masih alami, angker dan yang jauh dari pemukimanpun tidak lepas dari hal yang satu ini.
Ya… sampah kalau yang organik mungkin hanya membuat polusi udara dan mengurangi nilai estetika suatu kawasan, namun yang non organik akan menjadi masalah yang besar karena sampah jenis ini tidak dapat diuraikan oleh makhluk pengurai yang ada, bahkan dapat menjadi biang penyakit karena mampu menampung air, bahkan dapat membuat satwa liar di dalam kawasan menjadi berubah pola makannya dan cenderung ikut memakan makanan manusia, yang imbasnya mereka menjadi tidak terkendali, mencuri / mengambil tas pengunjung bahkan sakit dan terganggu.
Jadi tidaklah mengherankan jika sampah plastik yang bertebaran di kawasan wisata menjadi ancaman yang serius bagi kondisi, nilai estetika dan ekosistem hutan.
Beberapa waktu yang lalu sejumlah 50 orang siswa dari International School Singapura di dampingi 50 orang porter dari Senaru dan Sembalun serta Staff Taman Nasional Gunung Rinjani melakukan pembersihan ( clean up ) jalur pendakian ke Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak, dan hasilnya cukup mencengangkan!
Betapa tidak, mereka berhasil mengumpulkan 2 ton sampah dan yang lebih mencengangkan lagi 75% sampah tersebut adalah berupa botol / tabung gas bekas yang mengindikasikan bahwa penyebabnya adalah orang - orang yang terpelajar dan mengetahui seluk - beluk penggunaan gas, tidak mungkin bukan, kalau sampah tersebut dibawa oleh amaq - amaq ( bapak - bapak ) dari sekitar Rinjani yang datang berobat atau sekedar memancing ikan di Danau Segara Anak?
Saat ini bukanlah saat yang tepat untuk saling menyalahkan dan menunjuk atau mencari siapa pelakunya, tapi kini adalah saat yang tepat untuk kita semua mengintrospeksi diri, baik itu pengelola kawasan dalam hal ini Balai Taman Nasional Gunung Rinjani maupun stake holder terkait, pengunjung dan masyarakat secara luas.
Potensi Rinjani yang begitu tinggi akan sangat sayang kalau hilang hanya karena sampah dan ulah segelintir pengunjung, Maka saat ini mari kita manfaatkan potensi yang ada, mari kita mulai dari diri sendiri dan mencoba bersama - sama mengajak teman, saudara bahkan setiap orang yang kita temui untuk berbenah dan berhenti untuk mengotori kawasan pariwisata Gunung Rinjani dari sampah, vandalisme dan apapun yang merusak keindahan Rinjani. Mari Mencintai Rinjani!
ARTIKEL TERKAIT: