Selepas Pos I, jalan setapak yang membentang mulai terasa kurang bersahabat. Makin sering tanjakan yang menghadang. kondisi ini memaksa paru - paru harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen.
Kondisi semakin berat setelah melintasi Pos III. Setidaknya terdapat tiga bukit yang harus dilalui dengan medan yang kemiringannya sangat ekstrim.
Di rute ini terdapat sebuah bukit yang dikenal dengan “Bukit Penyesalan”. Banyak sudah pendaki yang merasa menyesal karena beratnya medan yang harus dilalui.
Tanjakan – tanjakan yang menghadang sangat menguras energi dan emosi serta membuat pendaki kerap tertipu dan frustasi.
Setiap pendaki yang telah memutuskan untuk lanjut harus mampu berjalan hingga di pos berikutnya, yakni Plawangan 2 atau Plawangan Sembalun.
Selain untuk memudahkan pendakian selanjutnya, di sepanjang jalur ini tidak tersedia sumber air sehingga tidak aman bila bermalam di jalur ini.
Plawangan Sembalun adalah pos perhentian berikutnya. Disebut Plawangan karena lokasi ini dianggap sebagai “pintu” untuk memasuki kawasan Danau Segara Anak.
Tempat berada di sebuah lereng besar yang mengarah ke sebuah punggungan lagi.
Punggungan inilah yang menjadi “jembatan” para pendaki untuk mencapai Puncak Rinjani. Dari pos yang berada di ketinggian 2.631 meter ini, nampak danau, lereng yang berjajar dan sebagian Gunung Baru Jari, yang merupakan anak Gunung Rinjani.
Karena letaknya yang strategis dan tersedianya sumber air, tempat ini pun banyak dijadikan camp ( tempat bermalam ) oleh para pendaki.
Jam 3.00 adalah waktu yang dipilih para pendaki untuk memulai perjalanan menuju puncak. Waktu tempuh perjalanan pun relatif lama, yakni sekitar 3 jam.
Hal itu dilakukan agar ketika tiba di puncak pada pagi hari, seiring dengan momen sunrise, waktu dimana bentangan alam Rinjani yang sangat menawan bisa dijumpai.
Alasan lainnya, waktu tersebut juga sangat disarankan agar terhindar dari gas beracun yang terkadang muncul pada siang atau sore hari.
Medan ke puncak Rinjani sendiri memang tidak mudah. Selain harus menaklukkan tanjakan yang curam, kondisi trek juga berpasir, terutama menjelang puncak.
Bisa dibayangkan, tiga langkah kaki hanya menghasilkan jarak yang sama dengan satu langkah. Tak sedikit pendaki yang frustasi oleh jalur tersebut. Akan tetapi, semua itu akan terbayar ketika kaki berhasil berdiri di daratan tertinggi Lombok itu.
ARTIKEL TERKAIT: