Tragis, meski karyanya sampai kini selalu ditayangkan di televisi bahkan telah mendunia, Pak Raden malah hidup sebaliknya. Si Unyil yang telah membuat ratusan juta anak Indonesia tersenyum sejak awal tahun 80 - an, karakter boneka yang diciptakannya kini jatuh ke tangan orang lain. Sementara sang kreator, Pak Raden, tak mendapatkan royalti sepeser pun. Miris memang, tapi itulah faktanya.
Kini ia tinggal di rumah petak kecil,
dan berhimpitan dan rapat dengan rumah - rumah warga sekitar, di Jalan
Petamburan III, No 27 RT 003 RW 04, Slipi, Jakarta Barat.
“Dulu saya masih cukup ( finasial, red ),
jadi masalah hak cipta tidak terlalu dipusingkan. Namun sekarang, saya
ingin memperjuangkan hak cipta saya dan tentu masalah penghargaan
terhadap karya seseorang, apalagi anak bangsa,” tegas pak Raden.
Pak Raden mencurahkan isi hatinya, atas
karya ‘Si Unyil’ di atas lima lembar kertas putih dengan tulisan
tangannya sendiri. Ia menulis dengan lengkap kegalauannya itu dengan
judul “Si Unyil Sebuah Kegagalan”.
Dalam tulisan itu digambarkan, Si Unyil
tidaklah gagal, justeru yang gagal adalah kreatornya. Gagal secara
finansial. Kerja keras selama bertahun - tahun tidak membuahkan hasil bagi
penciptanya sendiri. Sebaliknya, orang yang tidak tahu apa - apa saat ini
malah bisa menikmati bahkan meraup keuntungan dari hasil karyanya
tersebut.
“Sebaliknya mereka yang tidak berbuat
apa - apa, merekalah yang meraup keuntungan dari ‘Si Unyil’. Dengan
berdalih bahwa hak cipta ‘Si Unyil’ pernah saya serahkan kepada pihak
PPFN ( Perum Produksi Film Negara ), maka PPFN beranggapan bahwa saya
telah kehilangan kepemilikan hak cipta terhadap ‘Si Unyil,” beber Pak
Raden
Dalam gugatannya itu, Pak Raden juga
menceritakan kronologis perjanjian dengan pihak PPFN yang ditengarai
merugikan pihaknya. “Perjanjian mengenai penyerahan hak cipta yang
dibuat pada tanggal 14 Desember 1995, dan berlaku selama lima tahun itu
seharusnya sudah berakhir pada tanggal 14 Desember 2000. Tetapi pihak
PPFN berpendapat bahwa hak cipta berada di PPFN untuk selamanya,” tulis
Pak Raden.
Pak Raden pun membeberkan bawa
pendaftaran tokoh - tokoh si Unyil ke Departemen Kehakiman oleh pihak PPFN
tanpa ada hak sepeserpun yang dimiliki oleh Pak Raden.
“PPFN menganggap bahwa saya tidak
memiliki hak lagi atas tokoh - tokoh ciptaan saya dan ini berlaku untuk
selamanya,” keluh tokoh yang terkenal kikir dalam tayangan Si Unyil
tersebut.
Akhirnya, ketika “Si Unyil” hilir mudik
di stasiun televisi swasta, bahkan menjadi bintang iklan produk makanan,
Pak Raden hanya bisa gigit jari. Bahkan saat ini tengah digarap
produksi si Unyil dengan format 3 dimensi di sebuah studio animasi di
Batam, Pak Raden pun pastinya hanya bisa gigit jari.
Hak Pak Raden sudah hilang akan semua
itu. Di akhir tulisannya, Pak Raden pun mengaku selama ini untuk
mencukupi kehidupannya, ia hanya menjual gambar karyanya dan menjual
suara ( ngamen, red )
Dukungan Berdatangan
Kisah pilu Pak Raden cukup menyedot
perhatian banyak pihak. Bermula dari media sosial Twitter, aksi dukungan
untuk Pak Raden berdatangan. Dari mulai kalangan artis, para penulis
hingga politisi. Sejumlah artis muda seperti Bondan
Prakoso, Dewa Budjana, Titi Kamal, Charli hingga Julia Peres pun
menyampaikan dukungan mereka untuk Pak Raden. Sejumlah penulis seperti
Ayu Utami, Fadjroel Rahman, juga sama.
ARTIKEL TERKAIT: