Bagi saya alasan utama untuk tidak mengabaikan cerita keempat orang itu karena pada dasarnya mereka mempunyai cerita yang sama. Cerita palsu dalam ekspedisi biasanya merupakan hasil kerja orang ngga waras.
Bahkan dalam kasus yang jarang sekalipun biasanya komplotan akan pecah dan salah satu akan mengungkapkan kebenaran. Bahkan menghadapi bukti DNA keempat orang ini tetap bertahan. Dalam sebuah wawancara dengan televisi Jerman, Gerhard Baur dan Hans Saler kembali menegaskan versinya. Baur berucap, "Aku tahu dengan pasti bahwa Reinhold menyebut di awal ekspedisi menyebut TRANSVERSE.
Sedang Saler mengatakan, "Ia ingin melakukan transverse sendirian -untuk menunjukkan ambisinya." Saler juga bersikeras bahwa kata - kata pertama yang diucapkan Messner di Gilgit ketika menangis sesenggukan di bahu von Kienlin adalah "Dimana Gunther? Dimana Gunther?"
Ketika saya berbicara masalah ini dengan Messner dalam pembicaraan telepon, ia terdengar lebih tenang daripada ketika di Paris bulan Desember lalu. "Aku memutuskan bahwa semuanya telah selesai," katanya dengan nada philosophis.
"Bagiku segalanya menjadi jelas. Jika orang tidak mempercayaiku. It’s OK. Aku nggak punya masalah dengan mereka. "Namun jika kita bicara masalah von Kienlin, Saler dan para "reporter bodoh" yang mempercayai cerita mereka, kembali suara Messner agak tinggi. "Sekarang [ soal ] bisnislah yang membuat cerita ini membesar," ia menyebut buku von Kienlin. "Jelas ia merencanakan [ ini ] untuk menjadikan [ bukunya ] best seller."
Para pengamat nampaknya bisa mempercayai kebenaran cerita Messner tentang Nanga Parbat. Pendaki dari Inggris Doug Scott dengan wartawan Ken Wilson menuju Jeram di awal 1970an untuk mewawancarai Messner tentang Nanga Parbat. "Kami duduk dan membicarakan tentang roket warna merah dan cerita lainnya,"kata Scott beberapa waktu lalu. "Aku ingat apa yang ia ucapkan waktu itu. Aku tidak meragukan kalau ia mengatakan hal sesungguhnya." Ed Viesturs juga mengatakan,"Aku mendengar tentang klaim para rekan setim Messner.
Lantas aku membaca The Naked Mountain. Sepertinya ini adalah buku yang jujur. Aku kira ia tidak mengarang kisah itu." Dan yang paling penting adalah dukungan dari Peter Habeler. Walaupun persahabatannya dengan Messner pecah beberapa tahun lalu ia mengatakan tentang kejujuran mantan sahabatnya itu.
"Aku kira kenyataan yang sebenarnya adalah apa yang diucapkan Messner, "Habeler memberikan keterangan."Aku pernah berada di Diamir Face. Aku tidak tahu jika ia telah merencanakan traverse sebelumnya. Tapi aku yakin Reinhold membawa adiknya turun. Kami sering ngobrol tentang Nanga Parbat. Kenapa ia musti bohong padaku?" Mungkin dalam jangka panjang kisah detektif ini akan menjadi kurang menarik dibanding ketika awal kisah cerita ini.
Hasil DNA mitochondrial mungkin menunjukkan dimana mayat Gunther berada tapi itu tidak bisa menjelaskan pretasi luar biasa yang tercatat sebagai pencapaian mountaineering terbaik yang hingga sekarang masih tetap diakui.
Selama beberapa tahun setelah bencana di tahun 1865 dalam upaya mendaki untuk pertama kali puncak Matterhorn, orang memperdebatkan apakah Edward Whymper memotong tali yang menyebabkan keempat kawan timnya meninggal atau apakah tali itu putus karena berat keempat orang tadi.
Ratu Victoria bahkan mempertimbangkan untuk melarang mountaineering karena tingkat fatalitas kegiatan ini. Hingga kini teori memutus tali oleh Whymper itu dianggap tidak berlaku lagi. Kita mengenal Whymper dan tragedi Matterhorn sebagai bagian dari pencapaian terbesar mountaineering di jaman itu.
Sebenarnya drama Nanga Parbat ini berawal dari sebuah hal yang sederhana yang terbukti menjadi kesalahan mendasar yang dilakukan baik salah satu atau dua bersaudara Messner. Kesalahan itu adalah : mendaki di sebuah rute yang sangat sulit untuk dituruni tanpa membawa tali.
Itulah yang kemudian disadari oleh Gunther -dan mungkin Reinhold satu jam sebelum sunset tanggal 27 Juni. "Kesalahanku sebagai seorang alpinis adalah meneruskan perjalanan," ujar Messner."Saat itu sungguh berbahaya. Kami menyadarinya terlambat, kami terlalu pelan dan kami tidak mempunyai tali. Jalan kembali akan makin sulit."
Namun kita harus menyadari sejarah eksplorasi dan adventure yang penuh dengan malapetaka yang sebenarnya bisa dihindari. Siapa yang bisa mengingat Sir Ernest Shackleton dalam ekspedisi 1914 -1916 menjadi sebuah kehancuran.
Dalam upaya mencapai titik paling selatan benua, para anggota tim Shackleton bahkan tidak penah mencapai bibir pantai. Kapal Endurance hancur dan tenggelam mengakibatkan tujuan tim berubah menjadi sebuah tim untuk menyelamatkan diri.
Sesuatu yang kemudian diakui satu abad kemudian. Kehilangan saudara dalam sebuah pendakian adalah sebuah pukulan yang berarti bagi siapapun. Entah bagaimana Gunther meninggal, entah bagaimana Reinhold berusaha menyelamatkan adiknya kita hanya bisa meyakini bahwa seorang mountaineer terkenal akan selalu membawa beban berat di pundak atas rasa bersalah itu.
Ketika Reinhold terbaring di rumah sakit di Innsbruck, ia meyakini karir mendakinya telah habis. Dalam kenyataannya ia memulai sebuah upaya membangun pencapaian terbesar manusia. Jika peristiwa meninggalnya Gunther adalah saat yang menentukan bagi Messner mungkin inilah yang menyebabkan ia menjadi tokoh terkemuka dalam sebuah permainan berbahaya yang disebut mountaineering.
Di tahun 1996 Messner menulis tentang prestasinya di Nanga Parbat bahwa ia tidak mempercayai seseorang bakal mampu melakukan traverse seperti yang ia lakukan bersama Gunther di tahun 1970. "Aku yakin," ia menambahkan," bahwa aku tidak akan pernah selamat untuk kedua kalinya. ( David Roberts) Terjemahan Bebas Oleh: Ambar Briastuti Untuk Belantara Indonesia
ARTIKEL TERKAIT: