Beban Berat Yang Ditanggung Messner 5

Messner sesungguhnya membuka semacam perdebatan yang kemungkinan besar akan menyobek nama baiknya. Tidak seperti halnya Edmund Hillary, setelah sukses mendaki Everest 1953 ia tetap menjaga hubungan pribadi diluar perhatian media.

www.belantaraindonesia.org

Sedang Messner sebaliknya, ia bahkan tidak berusaha menyembunyikan kehidupan pribadinya. Buku - bukunya dipenuhi dengan kisah romantis istri dan pacar - pacarnya yang menanti dengan sabar di base camp sembari menunggu kepulangannya dari Death Zone.

Suara - suara dan halusinasi yang disebut Messner sebagai "schizophrenia" yang selalu datang di ketinggian pasti disebutkannya dalam berlembar - lembar buku. Tidak seperti Edmund Hillary yang terkenal dengan kesahajaanya, Messner terkenal angkuh dan mementahkan prestasi pendaki lain seperti layaknya berlomba di ajang Olimpiade.

Dalam bukunya tentang pendakian Everest tanpa oksigen di tahun 1980, ia berujar bahwa apa yang mereka perbuat begitu radikal hingga jika terjadi di abad pertengahan mereka pasti akan dihukum bakar .

Ia juga menjelaskan tentang pendakian solo di Nanga Parbat delapan tahun setelah kematian Gunther, ia menulis, "Ini adalah impian terbesar. Dan mungkin adalah impian terakhir." Prestasi Messner dalam dunia climbing nampaknya memang ditakdirkan dekat dengan kontroversi.

"Ia membangkitkan banyak kontroversi bukan?" ujar climber dari Inggris Dough Scott dengan tertawa. "Messner sepertinya terlalu maju dari yang sesungguhnya -ia adalah pendaki terbesar dalam sejarah," ucap Ed Viesturs yang akan kembali ke Annapurna di Nepal untuk menjadi orang Amerika pertama yang menaklukkan 14 puncak 8,000m. "Ia sedikit angkuh memang betul tapi dia sangat berbakat. Kukira dia ini seperti Muhammad Ali –ia berjalan bersama dengan ucapannya." ***

Jadi apa yang membuat keempat anggota tim Nanga Parbat 1970 nampaknya yakin bahwa cerita Reinhold selama ini hanya fiksi belaka. Dalam buku von Kienlin dan Saler sepertinya di tiap bagian penting cerita Messner, mereka mempunyai versi yang sangat berbeda.

Ketika Messner menyatakan bahwa ia membimbing adiknya turun melewati Diamir Face, teman - temannya menyatakan bahwa ia sebenarnya sudah merencanakan mendaki solo dan menyusur gunung semenjak awal ekspedisi. Ia bahkan membicarakan rencana itu bersama kawan timnya ( dan tentu bukan dengan Herrligkoffer ).

Wili Unsoeld asal Amerika dan Tom Hornbein adalah duo yang terkenal ketika mereka melakukan penyusuran Everest 1963. Untuk membuat prestasi serupa maka pendakian solo Nanga Parbat bisa membuatnya sebagai selebriti baru sejajar dengan pujaannya Hermann Buhl.

Pengkritiknya menyebut Messner terlalu focus pada tujuan itu ketimbang membantu adiknya sendiri. Mereka memberikan beberapa teori : bahwa Gunther tewas didekat puncak, atau selama bivousc di Merkl Gap atau Reinhold mungkin menyuruhnya mencari jalan sendiri di Rupal Face.

Messner menggambarkan saat berteriak meminta pertolongan Kuen dan Scholz di Merkl Gap ketika melihat kedua orang itu mendaki Rupal Face di pagi 28 Juni. Tapi ini dibantah oleh von Kienlin bahwa Messner tidak meminta pertolongan atau tali bahkan sepertinya memberi kesan semuanya baik - baik saja. Kienlin juga mengatakan bahwa Messner sebenarnya berteriak, "Kita bertemu di base camp." Dengan alasan itulah von Kienlin meneruskan langkah dan rekan tim lainnya kembali ke base camp melupakan impian mereka menaklukan puncak.

Teman - temannya mengharap Messner setelah terlihat di Merkl Gap segera turun sisi tebing barat daya bukannya melalui Diamir Face. Saya menanyakan hal ini pada Messner kenapa ia tidak mengambil jalur yang sangat jelas, jalur yang gampang diakses dari base camp. "Rute itu terlalu sulit jika dari atas," katanya.

Di tebing itu terdapat beberapa menara yang salah satu tingginya 200m. Untuk menuruninya perlu mendaki lebih dulu. "Tidak ada yang mampu mendaki setinggi 200m setelah semalam di Merkl Gap seperti yang kami alami,"ujarnya lagi. "Tidak mungkin dilalui. Aku tidak bisa membayangkannya." Kita mungkin tidak tahu persis apa yang dikatakan Messner sesungguhnya dalam cuaca buruk dan kebingungan di Merkl Gap.

Von Kienlin mengatakan versinya berdasar keterangan Kuen dan Scholz. Sayangnya kedua orang itu meninggal beberapa tahun setelah ekspedisi. Scholz tewas dalam kecelakaan climbing, sedang Kuen tewas bunuh diri. Von Kienlin mencatat keterangan mereka berdasar diary yang ia tulis selama ekspedisi, yang kemudian ditulis kembali dalam The Tranverse.

Messner meyakini bahwa dalam dua halaman di dalam diary von Kienlin adalah palsu -ditulis di tahun 2002 atau 2003 dalam sebuah kertas buram dan ditambahkan ke dalam buku harian di tahun 1970. Charlie Buffet, salah seorang jurnalis mountaineering ternama di Eropa menanyakan Messner tentang diary tsb dalam sebuah wawancara untuk Le Monde pada akhir Januari 2004 ( catatan : Buffet juga membantu dalam reportase ini ).

Reaksi Messner seperti tersambar halilintar, ia menjawab: "Saya katakan kemarin di TV di Berlin bahwa pembohong itu telah memalsukan jurnal. Jika itu tidak benar, ia bisa menuntut. Coba tunjukkan jurnal itu dan aku bisa membuktikan bahwa itu palsu. Ia akan dipenjara karena itu."

Tuduhan yang paling berat terhadap buku von Kienlin adalah bagian tentang pembicaraan yang diakui antara dirinya dan Messner. Diary itu menunjukkan pembicaraan ketika kedua kawan setelah dipertemukan di Gilgit. Saat itu Messner berujar," Aku kehilangan Gunther ! Aku sudah memangil - manggil namanya. Mungkin kondisinya buruk sekali. Aku tidak tahu kenapa dia tidak mendengar teriakanku. Mungkin ia tidak mampu ( mendaki turun ). Mungkin dia jatuh. Oh Tuhan aku tidak ingin itu terjadi!" Diary itu menggambarkan Messner menangis dalam keraguan dan penyesalan, "Mungkin aku seharusnya pergi dengannya, karena sendirian ia tidak mampu mengatasi. Kenapa dia mengikuti aku? Kenapa?" ucap Messner sambil membenamkan wajahnya.

Lantas sebagai tambahah von Kienlin memberikan kontroversi baru : setelah Messner tidak mampu berkata lagi, von Kienlin menulis, "Aku merasa bertanggung jawab membimbingnya."Messner tidak tahu harus berkata apa pada tim leader, Karl Herrligkoffer. Karena itu von Kienlin menawarkan sebuah sandiwara: "Kamu tidak boleh bilang pada K bahwa ingin melakukan penyusuran."

Menurut von Kienlin, dialah yang mengajukan skenario bahwa Gunther hilang di avalanche di Diamir Face dan ia akan memegang rahasia itu selamanya. Messner bereaksi, seperti tercatat dalam diary itu : "R menarik diri. "Kamu benar" Ia menatapku dengan mata penuh keyakinan.. Messner dan von Kienlin dijadwalkan akan muncul sebelum persidangan di Hamburg di bulan Mei.

Messner berharap dalam persidangan itu ia bisa menekan von Kienlin untuk menunjukkan halaman diary yang diributkan itu. Semenjak musim panas dan musim gugur 2003, kedua belah pihak saling melancarkan tuduhan, Bahkan Messner telah siap untuk perang.

Pada 26 Januari 2004 ia membuka kartunya. Semenjak 1970, Messner telah kembali sedikitnya lima kali hingga kaki Diamir Face untuk mencari jenasah adiknya. Dalam ekspedisi tahun 2000, seorang anggota tim kembali dengan membawa sebuah tulang kaki yang ia temukan diantara reruntuhan.

Saudara Reinhold yang lain bernama Hubert yang seorang dokter saat itu berada di base camp. Badan Gunther sedikit lebih pendek sekitar 5kaki 7inc. Hubert meletakkan tulang itu disisi tulangnya sendiri dan menyatakan, "Tulang ini terlalu panjang bagi Gunther."

Kesimpulan Messner bahwa tulang itu mungkin adalah milik seorang climber dari Pakistam yang meninggal di Diamir face tahun 1982. Walau begitu Messner membawa tulang itu untuk disimpan di perpustakaan pribadinya selama tiga tahun.

Hingga akhir - akhir ini pencarian Messner untuk menemukan jenasah adiknya menjadi perburuan yang utama. Namun ketika von Kienlin dan rekan lainnya melancarkan serangannya, perburuan itu mencapai titik baru.

Semenjak para pengkritiknya mengira bahwa Messner meninggalkan adiknya di dekat puncak maka mencari sisa tubuh Gunther di glacier Diamir di kaki gunung bisa jadi membuyarkan kasus ini. "Aku pasti tahu jika aku menemukan adikku,"Messner berucap, "walaupun hanya tinggal tulang belulang akan kubuktikan adanya konspirasi."

Messner kembali ke Nanga Parbat di bulan Oktober 2003. Kali ini, ia diberitahu oleh penduduk setempat bahwa telah diketemukan tulang utuh climber dari Pakistan. Tulang kaki yang diketemukan sebelumnya tentulah bukan dari climber ini.

Kembali ke rumahnya, Messner membawa tulang itu ke Universitas Innsbruck di Austria untuk dipelajari Richard Scheithauer salah seorang pakar dari Forensik Institut. Sampel dari mulut Messner sendiri diambil sebagai pembanding. Hasil test disampaikan pada akhir Januari 2004.

Menurut Scheithauer,"Adalah 60 kali kemungkinan itu adalah tulang dari saudara Messner daripada dengan orang lain." Penemuan ini menjadi gendering kemenangan bagi Messner,"Sebagai seorang yang bukan pakar," is mengumumkan," Saya menyatakan -ini adalah saudara laki - laki saya."

Namun seorang pakar forensik lainnya Howard Cash-kepala Genes Codes dari sebuah badan penelitian Ann Arbor Michigan yang pernah bertugas mengidentifikasi korban di World Trade Centre mengingatkan untuk tetap melihat jumlah itu lebih prespektif.

"Sepertinya 60 adalah angka kemungkinan yang bagus, namun hasil ini tidak bisa di bawa ke tingkat pengadilan. Untuk memastikan identitas korban World Trade Centre, kami menginginkan rasio satu juta dibanding satu atau lebih." ( sementara itu, Scheithauer sedang mengadakan analisa mendalam dari sel mitochondrial tulang tsb yang kemungkinan bisa menjawab pertanyaan tadi. Hasilnya diharapkan pada musim semi ini )

Bukti DNA itu bukannya menyurutkan penentang Messner. Bagi mereka pernyataan Messner serasa terlalu sempurna -semacam solusi yang terlalu mudah dipecahkan."Ketika ditemukan pertama kali, tulang itu terlalu besar untuk ukuran Gunther," sindir von Kienlin kepada seorang wartawan. "Tiba - tiba saja tulang itu jadi tidak begitu besar, mungkin saja mengecil. Itu jadi semacam barang sakti."

Beberapa wartawan mempertanyakan kenapa Messner menyimpan tulang yang sebelumnya diyakini bukan milik adiknya selama tiga tahun. Messner menjawab bahwa ia percaya bahwa tulang itu adalah kemungkinan milik tiga orang : Gunther, climber dari Pakistan 1982 atau Alfred Mummery -seorang climber terkenal yang hilang di Diamir Face tahun 1895.

Catatan menunjukkan bahwa sedikitnya 17 climber hilang di Diamir. "Aku mengira mungkin tulang itu adalah Mummery -aku berharap memang itu tulangnya." ujar Messner, "karena climber dari Pakistan tidak terlalu menarik bagiku -dalam hal ini tentang mountaneering. Tapi tentang Mummery -aku mengaguminya."

Scheithauer menggunakan tulang itu untuk memperkirakan tinggi orang. Ia memperkirakan bahwa tulang itu berasal dari tubuh seseorang dengan 170cm dan 175cm. Perkiraan itu sesuai dengan tinggi Gunther yang 170cm walau tidak sesuai dengan keterangan Hubert Messner yang membandingkannya ketika pertama ditemukan .

Satu - satunya kemungkinan untuk membuktikan bahwa cerita versi von Kienlin dan kawan - kawannya benar adalah jika mayat Gunther ditemukan dibawah atau disekitar Rupal Face. Namun hingga tahun 2004, prestasi di tahun 1970 pada dinding tertinggi didunia ini tetap saja tidak pernah dicapai kembali. ***

Walaupun bukti DNA merupakan bukti kuat mendukung cerita Messner ( terutama jika hasilnya sama lewat test mitochondrial ), tetap saja siapapun yang membaca The Naked Mountain adalah buku tentang sebuah pembelaan.

Mungkin saja para pengkritik Messner berada pada titik secara psikologis dan bukannya berdasar fakta. Walaupun cerita tragis Messner terbukti akurat, Messner tetap merasakan beban sebuah pertanggungjawaban atas kematian adiknya.

Dalam interview dengan Le Monde, Charlie Buffet mendesak para climber untuk menceritakan secara detail bagian-bagian yang dikisahkan dalam The Naked Mountain.

Sebuah bagian ketika Reinhold melihat adikknya mendekati dari arah bawah, ada semacam tanda tanya: "Aku melihat ke bawah lagi dan memperhatikannya, sedikit gundah lantas aku memutuskan untuk menunggu." Kenapa "gundah," Buffet menanyakan Messner. "Rencanaku adalah mendaki dengan cepat,"

Messner berucap. "Sendirian lebih bebas untuk menentukan langkah. Aku bisa menerima resiko. Dengan dua orang, maka bagi seseorang akan makin terbatas untuk mengambil resiko." Rasanya ini bisa dilihat bagaimana Messner memperkirakan sejauh mana batas kemampuannya.

Dengan tambahan adiknya ini membuat posisinya makin sulit, maka ini bisa dimaklumi dalam kondisi tersebut. Ketika Buffet sedikit memaksa pada pertanyaan tadi, Messner menumpahkan amarah balik kepada sang wartawan."Kamu tidak mempunyai kecerdasan untuk mengerti apa yang aku ucapkan,"

Messner menukas," Aku tidak bisa mengerti kenapa kalian para wartawan sangat bodoh. Aku bilang bodoh karena tidak tahu bahwa von Kienlin adalah pembohong dan membawa kalian ke arah yang salah." Ketika bukti - bukti mulai terkuak bahwa apa yang dipercayai Messner sebagai upaya mengkambing hitamkannya, tampaknya Messner makin terobsesi untuk mempertahankan posisinya.

Sejak awal karirnya Messner nampak telah mempunyai visi untuk mencapai tahta ketenaran. Ketika Messner masih berumur 20an, artikel - artikel pendakiannya menyatakan dengan tegas dukungan tentang etika moutaineering dengan judul  The Murder of the Impossible.

Dalam buku - buku yang diterbitkan awal karirnya, ambisi untuk menaklukkan gunung menuntut temuan baru perihal tingkat kesulitan. Di tahun 1970 Messner mengklaim dalam salah satu bukunya," Kawasan Alpen menjadi terlalu kecil buatku." Messner mulai menerbitkan buku berisi kisah petualangannya di kawasan Himalaya yang memaparkan sisi lain kepribadiannya yang kompleks.

Sebagai salah seorang penulis yang paling jujur Messner ditampilkan sebagai pribadi yang bertentangan. Satu saat ia menjelma seperti seorang pujangga Zarathustran dengan ajaran "Seorang free-climber adalah orang yang mengabaikan peraturan." Namun ia kemudian berubah menjadi seseorang yang cenderung mengasihani diri sendiri, bercerita tentang rasa sepi, ketidakberdayaan, ketakutan akan kematian dan bahkan pemikiran untuk bunuh diri.

Di tahun 1971 ketika meninggalkan suami dan anaknya, Uschi von Kienlin menemani Messner di dasar Diamir Face untuk mencari mayat adiknya. Setahun kemudian mereka menikah. namun setelah lima tahun bersama, Uschi merasakan ketidakbahagian bersama Messner yang terobsesi dengan gunung.

Dalam ekspedisi Dhaulagiri di Nepal tahun 1977, Uschi memutuskan untuk meninggalkan base camp disaat Messner berjuang diatas gunung. Saat kembali ke rumahnya di Italia, Messner menemukan rumah yang kosong, Uschi meninggalkannya tanpa selembar catatanpun.

Dalam biografi Messner yang ditulis Ronald Faux di tahun 1982, " [ Perasaan ] Reinhold dipenuhi oleh kesedihan yang mendalam." Dalam hal ini Messner tidak mampu menyalahkan Uschi. "Ia pernah menanyakan langsung pada Messner," tulis Faux, "Jika kamu harus memilih antar gunung dan aku, siapa yang kamu pilih?" dan Messner tidak pernah menjawabnya.

Messner telah melalui masa - masa yang perih tak hanya dengan para kekasih, namun juga dengan seorang kawan terdekatnya. Di tahun 1970 an, Messner dan Peter Habeler sepertinya akan mematri persahabatan sejati.

Ditunjukkan dengan prestasi : tiga hari upaya menaklukan Hidden Peak di Pakistan ( pertama kali digunakan gaya alpin di puncak dengan ketinggia 8,000m ), prestasi mengagumkan 10 jam menaklukkan sisi utara Eiger di Swiss dan mendaki Everest tanpa tabung oxygen.

Namun di akhir tahun 1978 persahabatan ini koyak dan diberitakan media besar - besaran. Mereka tidak pernah mendaki bersama lagi. Keretakan itu tidak ada hubungannya dengan pertikaian di gunung namun sepertinya diawali ketika Habeler dengan berani menulis kisahnya tentang Everest.

Dalam buku Lonely Victory, hampir 99 persen menceritakan hubungan yang harmonis antara kedua pendaki terkuat di dunia ini.Tapi dalam beberapa bagian menyebutkan hal yang mungkin membuat Messner merasa kecut.

Berdasar Habeler, kedua orang ini telah membuat persetujuan awal : jika salah seorang mengalami kesulitan maka lainnya harus menyelamatkan diri. Dalam upaya mencapai South Col setelah puncak, Messner ternyata mengalami buta salju. Habeler mencatat bagaimana Messner memohon, "Jangan tinggalkan aku sendiri, Peter. Please, tinggallah bersamaku. Jangan pergi, jangan turun tanpa aku!"

Bagi Messner pengungkapan kisah itu merupakan pengkhianatan baginya. Dalam sebuah pengakuan emosional tertuang di bukunya terlihat semacam kontradiksi yang mendasar. Hubungan persahatan yang sangat dekat, lantas menyebut tanggungjawab dan simpati adalah musuh terbesar kebebasan. ( David Roberts) Terjemahan Bebas Oleh: Ambar Briastuti Untuk Belantara Indonesia Beban Berat Yang Ditanggung Messner 6

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×