Cemoro Sewu berada pada ketinggian 1.600 Mdpl, sore hari udara di tempat ini sudah terasa dingin. Justru saat itulah Belantara Indonesia tiba, sore dan hujan.
Pendakian menuju Lawu pada tanggal 12 - 14 November 2013 ini memang hanyalah sebagai kegiatan untuk memupuskan rasa rindu akan alam gunung, terutama Gunung Lawu yang melegenda karena peninggalan Brawijaya V dan Kerajaan Majapahitnya.
Cemoro Sewu, jalur pendakian Gunung Lawu terdapat sebuah mushola dan MCK yang memiliki enam buah kamar mandi dan WC hanya berjarak dekat dengan Cemoro Kandang di wilayah Karanganyar.
Jalur Cemoro Sewu memiliki jalan setapak berbatu yang sudah tertata rapi. Awal perjalanan jalur ditumbuhi oleh pohon – pohon cemara, karena lebatnya hutan cemara yang tumbuh maka daerah ini dinamai Cemoro Sewu ( Seribu Cemara ).
Pemandangan kontras segera muncul setelah melewati hutan Cemara. Di kiri kanan jalur terdapat kebun sayur hingga mencapai Pos 1. Sementara di sela – sela kebun sayuran pohon – pohon sisa kebakaran nampak kering, menunggu untuk roboh.
Sebelum sampai Pos 1 terdapat Sumber Air Wesanan dipuncak gunung kita menemukan tempat – tempat mata air yang dikeramatkan oleh masyarakat. Jalur mendatar dan sedikit menanjak hingga Pos Pertama.
Disini juga terdapat sebuah bangunan untuk beristirahat juga ada sebuah warung makanan, yang buka pada hari Kamis – Minggu dan pada musim – musim ramai pendakian dan ramai orang berziarah.
Menuju Pos 2 jalur melewati batu – batuan dengan kemiringan yang cukup tajam. Kita akan melewati tempat keramat yakni Watu Jago, sebuah batu besar yang bentuknya menyerupai ayam jago.
Pos 2 berupa dataran yang agak luas, banyak ditumbuhi pohon – pohon besar dan banyak batu besar, sehingga pendaki dapat membuat tenda ditempat ini dengan nyaman karena terlindung dari hempasan angin.
Bila ramai di Pos 2 ini juga sering terdapat pedagang makanan. Di Pos ini terdapat bangunan beratap yang sering digunakan para pedagang untuk berjualan makanan.
Dari Pos 2 menuju Pos 3 Jalur batu – batuan semakin curam dan menanjak. Di jalur ini terdapat asap belerang sehingga pendaki disarankan untuk tidak berlama – lama beristirahat di Pos 3. Menuju Pos 4 jalur menanjak, merangkak pada batu – batuan.
Sendang Drajad |
Setelah melewati Pos 4 kita sudah berada dilereng yang curam, angin sangat kencang dan dingin sekali. Jalanan sangat sempit dan curam, membuat badan hampir beku, usahakan mencari celah bukit untuk berlindung dari angin.
Pos 5 atau Pos Sumur Jolotundo berada di dekat Sumur Jolotundo yang sangat keramat. Pos ini berupa tempat datar terbuka yang luas dapat untuk mendirikan beberapa tenda. Namun di tempat ini kurang terlindung dari hempasan angin.
Dari Pos 5 kita sedikit turun, kemudian sedikit mendaki dan mengelilingi salah satu puncak, untuk menuju ke Sendang Drajad.
Dari Sendang Drajad dapat dilanjutkan ke Puncak Hargo Dumilah, atau jalan lagi melingkari salah satu puncak menuju Hargo Dalem.
Dari Hargo Dalem pendaki dapat melanjutkan perjalanan melalui Jalur Cemoro Kandang atau Jalur Candi Cetho.
Tapi dari semua itu, salah satu yang menjadi tujuan para pendaki menggapai puncak Gunung Lawu adalah mengunjungi destinasi paling populer di Gunung Lawu, yakni Warung Mbok Yem!
Mbok Yem |
Ya itulah keunikan dari Gunung Lawu kita tidak perlu membawa banyak logistik karena banyaknya terdapat warung sepanjang jalur, dan yang paling terkenal adalah Warung Mbok Yem tersebut di ketinggian 3100 Mdpl.
Jangan ragu untuk mencumbu Lawu dari Cemoro Sewu, karena jalur itulah jalur terpendek yang bisa digapai walau banyak jalan menanjak.
Beda dengan jalur Cemoro Kandang yang lebih banyak landai tetapi lama. Estimasinya Jalur Cemoro Sewu 6 – 7 Jam dan Jalur Cemoro Kandang 8 – 9 Jam.
Selamat dan terima kasih untuk Alap - Alap Merbabu Fisabil , Budi Kusriyanto , Theo Rivera dari Divisi Mountaineering Belantara Indonesia dan Edelweis Ayyesha Tsuraya yang telah bersedia menjadi tamu kehormatan kami bersama mencumbu Lawu dari Cemoro Sewu.
Salam Rimba Indonesia!
ARTIKEL TERKAIT: