Tidak heran, banyak yang sangat mencintai gunung. Bahkan dari berbagai profesi. Di antara kesibukan mereka, naik gunung tidak akan pernah dilupakan.
Diantara mereka ada yang mempunyai cerita berakhir di gunung. Kita tentu masih ingat cerita akhir dari wamen ESDM Widjajono Partowidagdo. Hobinya mendaki gunung memang akhirnya mengantarnya mengakhiri hidupnya juga di Gunung Tambora di Kepulauan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Semasa hidupnya, hampir seluruh gunung - gunung tinggi di Indonesia sudah didakinya. Beberapa gunung di luar negeri pun sudah pernah disambangi Widjajono.
Mengapa mendaki gunung? Kecintaan pada gunung memang tidak dimiliki semua orang. Bagi sebagian orang mungkin berpendapat kalau mendaki gunung adalah hal yang buang - buang waktu bahkan menakutkan. Mendaki gunung juga hal yang berbahaya dan terkadang merenggut nyawa pendaki.
Bagi para pendaki, mendaki gunung tak jauh berbeda dengan kehidupan. Bayangkan, ada saatnya, dalam mendaki mereka melewati tanjakan yang terjal, hingga kita hampir - hampir menyerah. Ada saatnya lagi mereka berhadapan dengan jalanan di tepi jurang sehingga harus ekstra hati - hati melangkah. Jika tidak bahaya menanti. Dan banyak peristiwa lainnya, yang akhirnya membuat mereka harus memilih, mundur atau tetap meneruskan perjalanan.
Apa yang dicari antara satu pendaki dengan pendaki yang lain juga tidak sama. Ada yang memang mencari ketenangan, ada yang mencari panorama alam, ada yang mencari pengakuan, bahkan ada yang mencari kesaktian.
Namun yang pasti, mendaki dapat menyegarkan jasmani dan rohani. Jasmani sehat karena mendaki gunung sama dengan melakukan berbagai gerakan olahraga. Tentu saja harus disesuaikan dengan kondisi fisik seseorang.
Kedua, dari sisi rohani atau jiwa. Alam seperti gunung bisa menjadi kunci kedamaian jiwa. Tentu saja keindahan alam diharapkan menyehatkan rohani. Namun yang harus diingat, kegiatan pendakian gunung, selalu penuh petulangan yang menantang, bahkan terkadang ekstrim. Karenanya, dalam melakukan pendakian gunung, seorang pendaki musti melakukan persiapan yang matang.
Bagi para pemula, ada beberapa hal yang harus disiapkan. Misalnya perihal perencanaan pendakian pendakian dengan matang. Selain pemilihan lokasi, rute pendakian dan kondisi cuaca merupakan hal penting. Jangka waktu dan jumlah pendaki yang ikut akan mempengaruhi perbekalan dan peralatan yang harus disiapkan. Juga dibutuhkan ijin resmi dari pihak - pihak terkait.
Yang tidak kalah pentingnya adalah kesiapan fisik dan mental. Ini terkadang banyak dilupakan, apalagi bagi pendaki pemula yang belum mengetahui medan. Sebaiknya, pendaki pemula mempersiapkan diri dengan cara melakukan olahraga secara rutin.
Hal yang tak kalah penting adalah penguasaan medan dan rute. Paling tidak dalam satu kelompok pendakian gunung musti ada lebih dari satu orang yang benar - benar telah menguasai medan dan hapal rute pendakian.
Seberapa banyak harus membawa perlengkapan? Dari pengalaman para pendaki dibutuhkan perlengkapan yang mencukupi tapi tidak memberatkan. Namun yang perlu dicatat adalah beberapa peralatan yang sangat penting harus dibawa.
Misalnya tas ransel khusus pendaki ( carrier ), sepatu tracking, jaket, jas hujan, matras, sleeping bag ( kantong tidur ), baju ganti, senter, korek api, tenda, kantong plastik, kompor dan peralatan masak mini, alat komunikasi dan obat - obatan. Makanan yang ringan, ringkas dan cukup mengandung kalori sangat dibutuhkan pendaki. Selain tentu saja cepat dimasak.
Perlukah izin? Jawabnya iya. Sebelum pendakian dilakukan musti melapor dan memperoleh izin dari pihak-pihak terkait terutama di Pos Pendakian. Dan yang tak kalah penting adalah janji pada diri sendiri untuk tidak merusak alam dan meninggalkan banyak sampah di gunung.
Mendaki gunung bukan hanya hobi. Konon, dari mendaki gunung, karakter asli seseorang akan terlihat. Apakah dia penyabar, egois atau malah suka menolong? Bagaimana dengan Anda? src
ARTIKEL TERKAIT: