Saat Earth Hour tiba, seluruh warga dunia serentak memadamkan lampu dan peralatan listrik yang tidak diperlukan sejak pukul 20:30 hingga 21:30 waktu setempat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran atas perlunya tindakan terhadap perubahan iklim serta mengurangi konsumsi listrik.
Seperti dikutip dari situs Earth Hour, awalnya pada 2004 WWF Australia mencari upaya baru dalam penanggulangan dampak pemanasan global. Maka tercetuslah ide Earth Hour tersebut. Kemudian dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun kampanye Earth Hour disambut baik dan didukung oleh masyarakat dan pemerintah.
Selanjutnya pada 2005, WWF Australia bersama dengan agen periklanan Leo Burnett Sydney mendiskusikan ide yang mengusung gagasan bahwa setiap orang bisa bertanggungjawab secara pribadi untuk masa depan bumi. Mereka pun mulai mengembangkan konsep pemadaman lampu dan listrik dalam skala besar. Gagasan ini diberi nama 'The Big Flick'.
Leo kemudian diberi tugas membuat nama kampanye yang bisa mewakili lebih dari sekadar memadamkan lampu. Maka pada 2006, konsep mereka diubah namanya menjadi Earth Hour. Dengan demikian, mereka berharap nama Earth Hour memungkinkan untuk memperluas fokus kampanye dari sekedar mematikan lampu.
Tepat pada 31 Maret 2007, pertama kalinya Earth Hour dilaksanakan di Sydney, Australia. Kala itu, pemadaman lampu dilakukan pada jam 19:30 hingga 20:30 waktu setempat. Sekira 2,2 juta penduduk Sydney dan 2.100 pengelola gedung perkantoran turut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Kegiatan ini lantas menarik perhatian dunia internasional. Pada tahun - tahun berikutnya, Earth Hour pun kemudian diperingati secara global.
Bagaimana dengan Indonesia? tahun ini adalah keenam kalinya Indonesia turut dalam kegiatan Earth Hour. Berdasarkan keterangan WWF Indonesia, Earth Hour tahun lalu Jakarta berhasil menghemat listrik sebesar 50 MW. Sedangkan untuk Jawa dan Bali penghematan listrik mencapai 180 MW.
ARTIKEL TERKAIT: