Tak jarang, banyaknya pendaki yang hilang, meninggal dunia, atau tersesat di rimbanya Semeru karena sifat angkuh mereka. Dari pengalaman beberapa kali mencari pendaki tersesat, rata - rata karena mereka meremehkan.
Nah, kalau sudah siap persiapan fisik, mental, perlengkapan, serta persiapan teknis dan non - teknis, Anda bisa langsung menuju Desa Ranu Pani yang berada di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang.
Untuk menuju ke Desa Ranu Pani, Anda bisa melalui Malang, Pasuruan, Probolingo, maupun Lumajang. Namun, para pendaki biasanya sering melalui Malang atau Lumajang.
Alangkah baiknya Anda mencari informasi secara detail seputar pendakian ke Semeru.
Dari Malang, Anda bisa melalui Tumpang dan melewati Desa Poncokusumo, serta melintasi Desa Suku Tengger di Ngadas.
Anda juga bisa bermalam di sini karena sudah banyak homestay dan persewaan mobil jeep untuk transportasi ke Ranu Pane maupun ke Bromo.
Kebanyakan pendaki naik angkutan umumdari Stasiun Malang menuju Pasar Tumpang. Dari Pasar Tumpang ke Desa Ngadas, bisa ikut mobil pickup atau truk sayur. Ada juga yang sudah menggunakan atau memesan mobil jeep untuk menuju Desa Ranu Pani.
Di Desa Ngadas, Anda juga bisa menikmati dan membaur dengan warga Tengger yang ramah. Lereng - lereng perbukitan nan hijau dengan pemandanan sawah berbentuk teras iring dijamin bisa memanjakan mata kita yang lelah dengan pemandangan gedung bertingkat.
Udara dingin mengundang Anda untuk lebih mendekatkan dengan pemilik rumah warga yan selalu siap di depan tungku pembakaran yang juga digunakan memasak.
Di luar rumah, juga terlihat puncak Mahameru dari kejauhan. Lalu lalang penduduk Tengger yang akan pergi ke ladang menambah kekhasan pemandangan desa.
Setelah di Desa Ranu Pani, Anda bisa bermalam di pondokan pendaki jika tiba malam hari. Sebab, batas akhir perizinan mendaki hingga pukul 16.00 WIB. Anda juga bisa menitipkan motor di sana jika menggunakan motor.
Di sekitar Ranu Pani juga ada dua danau yang bisa dikunjungi, yakni Danau Ranu Pani dan Danau Ranu Regulo yang berjarak sekira 500 meter dari Ranu Pani.
Hitung - hitung sambil menungu proses perizinan selesai, Anda bisa menikmati keindahan dua danau ini. Juga ada kebun Edelweis yang tengah dibiakkan oleh taman nasional.
Untuk mencapai puncak Mahameru, dari Desa terakhir Ranu Pani hingga puncak bisa ditempuh waktu dua hari dua malam pergi pulang.
Tentunya dengan kondisi yang prima dan yang pasti menguras energi. Tapi juga bisa sampai 3 - 4 hari jika ingin lebih santai menikmati keindahan Semeru beserta oase di gunung berapi berupa Danau Ranu Kumbolo yang berada di ketinggian 2.400 Mdpl dengan suhu minimal -5 derajat Celsius hingga -20 derajat Celsius.
Setelah menyelesaikan segala persyaratan dan perizinan di Pos Perizinan pendakian di Kantor Resort Ranu Pani, Anda bisa memulai perjalanan dan lebih baik berdo’a dulu agar diberi kemudahan dan keselamatan oleh Yang Maha Kuasa dan bisa kembali pulang dengan selamat.
Dari Ranu Pani, sebaiknya Anda menempuh jalur yang telah ditetapkan dan tidak melewati jalur pintas dengan melewati hayek - hayek menuju Ranu Kumbolo. Sebab, jalurnya ekstrem ketika menanjak maupun turun meski menghemat waktu beberapa jam.
Target pertama dari Ranu Pani bagi pendaki biasanya menuju ke Ranu Kumbolo dengan jarak tempuh sepanjang 10,5 kilometer.
Dibutuhkan waktu antara 4 - 5 jam perjalanan untuk menuju ke sana. Jarak Ranu Pani - Landengan Dowo 3 kilometer, Landengan Dowo - Watu Rejeng 3 kilometer, dan Watu Rejeng - Ranu Kumbolo 4,5 kilometer.
Ranu Kumbolo |
Di sini biasanya para pendaki berfoto - foto dengan mimik wajah yang masih segar bugar, dan ketika turun juga berfoto bersama tapi dengan wajah yang lusuh, capek, dan lelah.
Setelah memasuki gerbang, jalur sedikit menanjak dengan pemandangan ladang penduduk dengan medan jalan tanah berdebu. Setelah itu, Anda menemui persimpangan yang ke arah kanan merupakan jalur ke ladang penduduk.
Anda ambil yang jalan setapak sedikit ke kiri melipir ke pinggir bukit yang sudah dibatako. Medan lumayan menanjak untuk memutari bukit sepanjang 300 meter - an dengan pemandangan sebelah kiri tebing bukit dan sebelah kanan ladang penduduk.
Selama perjalanan ke Landengan Dowo, Anda akan melewati jalan setapak dengan batako hingga melewati pos 1 nanti.
Ada sekira lima tikungan yang di kanan - kiri terkadang terlihat hamparan hutan lebat kawasan taman nasional. Jika beruntung, Anda bisa mengamati monyet ekor panjang maupun lutung yang sedang berada di atas pohon.
Beberapa burung juga sering berada di jalur pendakian. Landengan Dowo merupakan jalur landai yang sangat panjang sehingga kadang membuat pendaki merasa bosan sendiri.
Dari Landenan Dowo setelah belok ke kiri dan menanjak, Anda sudah sampai di Pos 1 pendakian. Anda bisa istirahat sekira 5 - 10 menit untuk mengatur nafas atau minum air putih maupun menikmati makanan ringan.
Puas istirahat, perjalanan dilanjutkan menuju Watu Rejeng. Pemandangannya hampir sama dengan jalur sebelumnya. Namun di sini Anda akan lebih sering menjumpai satwa karena sudah masuk lebih dalam ke area hutan.
Setelah di Watu Rejeng, Anda juga bisa melihat pemandangan batu besar di depan kita yang seperti di Rejeng. Sementara di sebelah kiri nampak puncak Mahameru bisa dilihat jika tidak terhalang mendung.
Setelah melalui jalan setapak yang berdebu, dengan medan naik dan turun yang di sebelah kiri terkadang jurang curam, kita akan melewati pos 2 dan pos 3 yang sudah roboh dan tinggal atapnya.
Di pos 3 kita istirahat sejenak untuk menatur nafas dan bersiap - siap melewati tanjakan yang cukup membuat napas terengah - engah.
Tanjakan setelah pos tiga ini panjangnya sekira 100 meter dan dinamakan tanjakan Bakri karena yang membuat katanya Pak Bakri yang merupakan warga Ranu Pane.
Sukses menaklukkan tanjakan Bakri, baiknya kita istirahat dulu di atas sambil melihat ke bawah di mana biasanya para pendaki lain juga sedang berjuang untuk melewati tantangan ini.
Anda bisa membantu mereka yang kira - kira membutuhkan bantuan. Setelah melewati tanjakan Bakri, jalur menuju Ranu Kumbolo kian dekat.
Melalui medan yang kadang menanjak kadang turun serta banyak pohon yang melintas di jalan dan belaian daun - daun ilalang di sepanjang jalur membuat ritme perjalanan semakin seru.
Setelah melalui beberapa kelokan, lamat - lamat terlihat sebuah cekungan besar yang akan menghipnotis langkah kita untuk berjalan lebih cepat dan terlihatlah oase gunung semeru, Danu Ranu Kombolo dari atas ketinggian.
Indah, menawan, menakjubkan. Di sebelah baratnya terlihat tanjakan cinta yang terkenal di kalangan pendaki. Sebelum turun ke area Ranu Kumbolo, kita akan melewati Pos 4.
Di sepanjang menuju Pos 4 ini, di pinggir - pinggir jalur banyak terdapat bunga Anggrek endemik Semeru, seperti jenis Coribis, Speristilus, dan lain - lain.
Pun demikian dengan bunga Edelweis yang juga berada di lereng - lerengnya. Sebaiknya berjalan dengan hati - hati agar tas Anda tidak merusak keanekaragaman hayati ini.
Oro - Oro Ombo |
Di sini Anda bisa mendirikan tenda maupun cukup melepas penat sekira satu jam sebelum melanjutkan ke Kalimati.
Bagi yang ingin menikmati pemandangan Matahari terbit di Ranu Kumbolo, Anda harus menginap dan mendirikan tenda.
Keindahan ciptaan Tuhan pada malam harinya juga bisa kita nikmati bertaburnya ribuan bintang di angkasa. Pagi harinya Anda bisa menikmati sunrise di Ranu Kumbolo dengan gambaran Matahari yang muncul di tengah - tengah dua bukit yang samar - samar dilengkapi dengan kabut putih dan bayangannya di air danau yang jernih.
Enggan rasanya meninggalkan Ranu Kumbolo dengan segala keindahannya; kabut putih yang berjalan pelan di atas air serta riak - riak kecil air yang ditimbulkan oleh ikan maupun angin. Ini melengkapi kemolekan ciptaan Sang Pencipta.
Danau yang dihasilkan dari tampungan air hujan berkumpul di cekungan kawah bekas letusan Gunung Jambangan.
Di sekitarnya, ada sebuah prasasti yang dipercaya peninggalan Kerajaan Khadiri ( Kediri ). Prasasti itu menghadap ke danau dengan keberadaan tulisan membelakangi danau.
Dalam prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Jawa kuno ini, kalau diterjemahkan berbunyi “Mpu Kameswara Tirtayasa”.
Kameswara atau Bameswara merupakan nama Raja Kadiri. Sementara, prasasti tersebut sebagai penanda jika Danau Ranu Kumbolo berfungsi sebagai air suci.
Dari beberapa sumber disebutkan jika Ranu Kumbolo adalah tempat bersemedi Raja Bameswara. Danau ini juga dipercaya sebagai tempat mandi para dewa dan menjadi air suci Gunung Semeru.
Tanjakan Cinta |
Mengawali pendakian dari Ranu Kumbolo, Anda akan melihat beberapa batu nisan atau pertanda pendaki yang meninggal dunia.
Tempatnya berada di samping jalan setapak Tanjakan Cinta. Ada beberapa nama di sana dan bisa dijadikan pengingat bagi para pendaki agar selalu ingat Yang Maha Kuasa dan berhati - hati demi keselamatan.
Menapaki Tanjakan Cinta akan menguras energi, terlihat pendek tapi ternyata cukup panjang dan membuat napas terengah - engah. Penuh perjuangan ekstra dan energi lebih, setapak demi setapak untuk mencapai pucuk tanjakan.
Anda bisa istirahat sejenak sambil melihat aneka anggrek yang menempel di ranting - ranting pohon pinus, dan memandangi danau Ranu Kumbolo dari ketinggian.
Beberapa tenda pendaki serta kabut putih yang melewati danau dengan latar hamparan langit yang biru cerah bisa Anda lihat, harmoni keindahan alam sebagai media mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.
Di balik bukit Tanjakan Cinta sudah menungu Oro - Oro Ombo. Dari atas terlihat padang savana yang dihiasi tumbuhan sejenis lavender dengan bunganya yang ungu.
Ada dua jalur dari sini; jalur melipir di pinggiran bukit sebelah kiri dan jalur membelah savana serta tumbuhan jenis lavender. Dua jalur ini akan bertemu di satu titik di kawasan Cemoro Kandang.
Puncak Semeru |
Di Cemoro Kandang, Anda bisa rebahan santai sambil menikmati hamparan savana dan lavender berwarna keunguan dari kejauhan, sembari menikmati hawa sejuk, serta desiran angin dan suara mendesis khas hutan pinus.
Biasanya para pendaki duduk - duduk di atas pohon pinus yang tumbang. Ada juga bersandar di pohon yang berdiri tegak. Merebahkan diri di atas rumput hijau sambil menyeruput kopi yang dibawa dari Ranu Kumbolo.
Bila napas sudah normal kembali serta pundak sedikit lebih ringan setelah beberapa saat melepas tas berkilo - kilogram yang membebani pundak, perjalanan bisa dilanjutkan membelah hutan pinus yang luas. Medannya cukup berat karena terus menanjak dan sedikit sekali ada bonus jalan yang turun.
Untuk menurangi rasa capek, Anda bisa bercanda ringan dengan rekan seperjalanan. Sebelum sampai di Jambangan, Anda bisa istirahat sejenak di Kalisat, sebuah cekungan mirip sungai dengan tanah berpasir tanpa air sehinga disebut Kalisat.
Di atas Kalisat, ada tempat yang cukup nyaman dan luas untuk rehat bagi pendaki berkelompok lebih dari 10 orang.
Dari sini Anda mendapat medan yan turun sedikit kemudian naik di antara dua bukit. Tibalah kita di lahan mendatar yang disebut Jambangan.
Ada savana, berbagai jenis anggrek, serta bunga Edelweis menyambut mata kita. Di sebelah selatan, Nampak guratan - guratan puncak Mahameru yang menjulang gagah.
Beberapa pendaki lain sering Anda jumpai tengah beristirahat sejenak di sini, saling tegur biasa dilakukan dan menjadi kekhasan meski belum pernah mengenal.
Bincang - bincang ringan terkait jalur serta pengalaman lain bisa menambah semangat tersendiri. Dari Jambangan, jalur menuju Kalimati cukup ringan karena jalannya menurun dan landai dengan jarak 2 kilometer.
Setelah berjalan santai, Anda akan menemui Kalimati, sebuah kawasan dengan padang rumput yang diapit hutan pinus.
Di sini juga ada pondokan permanen. Para pendaki biasanya mendirikan tenda di kawasan ini sembari mengisi perbekalan air di Sumber Mani yang lumayan jauh.
Bisa ditempuh perjalanan selama satu jam. Sebaiknya bersama pendaki yang lebih tahu tempat ini atau berkelompok dan tidak mengambil air terlalu gelap.
Dikhawatirkan tersesat meski ada petunjuknya, atau bertatap muka dengan hewan buas.
Dari Kalimati, terlihat lebih jelas bekas aliran lahar dingin yang membentuk guratan - guratan curam di lereng puncak Mahameru.
Di tengahnya juga terlihat jalur pendakian menuju puncak Mahameru, puncak abadi para dewa, atap tanah Jawa atau kaki langit Jawa.
Sebaiknya istirahat di Kalimati sambil memasak untuk dimakan dan bekal menuju puncak pada malam hari.
Perjalanan Kalimati normalnya membutuhkan waktu tempuh selama 5 - 6 jam. Ada juga yang hanya 4 jam sampai puncak.
Selain Kalimati, para pendaki biasanya mendirikan tenda di kawasan Arcopodo yang berjarak 1,2 kilometer dari Kalimati.
Namun, di sini tanahnya berdebu, rawan longsor, serta jauh dari sumber air. Sebaiknya Anda mendirikan tenda di sekitar Kalimati, menyiapkan perbekalan serta perlengkapan yang cukup untuk digunakan mendaki ke puncak Mahameru.
Persiapan summit attack atau mendaki ke puncak dari Kalimati sebaiknya dilakukan pukul 00.00 WIB, agar sampai di puncak beberapa saat sebelum Matahari terbit, kalau tidak mendung. Sebab kalau terlalu pagi di puncak, Anda akan kedinginan.
Perbekalan yang dibawa cukup air sesuai kebutuhan, minimal satu botol minum 1,5 liter. Bisa membawa tas pinggang atau daypack kecil untuk digunakan membawa air dan makanan ringan.
Madu, coklat, serta minuman berkalori, serta makanan ringan cukup membantu mengisi energi saat mendaki puncak. Usahakan tidur sore agar bangunnya tidak terlewat.
Alarm berbunyi kencang, jarum jam di tangan menunjukkan pukul 00.00 WIB. Saatnya bangun, persiapan menuju puncak Mahameru.
Semua perbekalan dan perlengkapan, seperti senter atau headlamp yang disiapkan sore hari, jangan sampai ketinggalan. Baju hangat, seperti jaket, mantel ( untuk jaga - jaga jika hujan ), serta masker dan penutup kepala juga harus dibawa.
Usahakan tidak terlalu membawa barang yang berat, cukup air secukupnya dan makanan ringan. Sebelum berangkat, Anda sebaiknya berdoa agar diberi kemudahan dan kekuatan untuk bisa mencapai puncak.
Perjalanan sesungguhnya akan dimulai, dimana egoisme pribadi mutlak dibuang, berangkat bersama, pulang juga harus bersama, buang jauh - jauh sifat sombong.
Puncak Mahameru bagian dari tujuan, pulang dengan selamat menjadi tujuan utama.
Jangan sampai meninggalkan anggota kelompok sendirian di jalan meski Anda masih kuat berjalan. Lebih baik kembali daripada meninggalkan teman sendirian di lereng puncak Semeru. Banyak pendaki yang hilang ketika dalam keadaan sendiri di lereng puncak Semeru.
Dari Kalimati, dibalut gelapnya malam dan bertaburnya bintang di angkasa perjalanan ke puncak dimulai. Melewati padang rumput ke arah timur, Anda akan menemui medan menurun dan menyeberangi kali yang sudah mati atau tidak ada airnya.
Setelah itu, perjalanan sedikit menanjak dan terus menanjak tajam dengan medan tanah yang berdebu. Di kiri - kanan adalah jurang Blank 75 yang sering memakan korban.
Kurang lebih 2 jam, Anda baru sampai di Arcopodo. Dari sini, jalur ke puncak masih lurus ke atas mengikuti jalur yang sudah ada. Sedangkan lokasi dua arca kembar berada di sebelah kiri dengan medan jalan menurun.
Di sekitar Arcopodo juga dijumpai beberapa tenda pendaki yang bermalam di sini. Juga ada beberapa nisan atau in memoriam pendaki yang meninggal dunia atau hilang.
Dari Arcopodo menuju vegetasi terakhir, yang dinamai Kelik, bisa ditempuh kurang dari satu jam.
Kelik adalah perbatasan antara hutan pinus dengan lereng Semeru berupa pasir keabu - abuan. Di kanan - kiri terlihat jurang Blank 75 yang curam.
Sebaiknya selalu berdoa selama perjalanan dan konsentrasi ketika melangkah agar tidak terpeleset. Tak jarang medan yang dilalui hanya cukup untuk langkah kaki. Dari sinilah summit attack dimulai.
Istilah 5 - 3 atau 2 - 1 akan Anda rasakan di sini. Maju lima langkah mundur tiga langkah, atau maju dua langkah mundur satu langkah akan kita alami selama perjalanan menuju puncak.
Medan berpasir sedalam tumit memang menyulitkan para pendaki melangkah. Sebaiknya berjalan semampunya dan mengatur irama langkah dengan nyaman.
Istirahat mengatur napas dan mengisi perut dengan perbekalan serta minum air secukupnya.
Pendakian ini kadang memaksa pendaki merangkak. Sesekali menggapai tebing jalur sebagai pegangan sementara kaki mencari tumpuan untuk berpijak. Tak jarang, para pendaki banyak yang menyerah ketika berada di sini.
Meski jarak ke puncak tingal beberapa ratus meter, bahkan ada yang memilih kembali turun karena tersisa sekira 50 meter ke puncak.
Namun, karena kondisi fisik tidak memungkinkan atau kesiangan lebih baik turun. Puncak Mahameru masih bisa didaki lain waktu.
Jika lelah, sesekali Anda bisa berbaring di atas pasir dengan kemiringan yang curam. Sembari mengamati gemebyar bintang di langit serta bintang jatuh di langit.
Di sisi timur terlihat kemerlip cahaya lampu dari daerah Lumajang, di sisi barat juga terlihat kemerlip cahaya lampu dari daerah Malang. Jejak pendaki yang terlebih dulu naik bisa dijadikan pedoman untuk melangkah agar lebih mudah.
Dengan menancapkan ujung sepatu ke pasir juga bisa memudahkan Anda untuk melangkah. Temaram cahaya sinar di atas yang berkelip - kelip menunjukkan pendaki yang berada di atas juga banyak. Terlihat dekat namun masih terasa jauh. Semakin dilihat ke atas semakin terasa jauh.
Waktu sudah menujukkan pukul 05.00 WIB, puncak juga terlihat masih jauh di atas, sementara mega merah sudah menampakkan diri, di balik mendung yang tebal di ufuk timur.
Samar - samar mentari mulai terlihat, hamparan lautan awan di depan mata seolah berada di negeri di atas awan.
Sayup - sayup terdengar ekspresi para pendaki yang mencapai puncak dengan berteriak sekencang-kencangnya seraya bersyukur.
Sementara puluhan orang masih ada yang berjuang menapaki medan berpasir. Ada yang sampai ditarik dengan tali, ada juga yang menunggu kelompoknya naik.
Bahkan, ada juga yang terpaksa kembali karena merasa fisiknya tidak mampu lagi naik. Di sinilah kesabaran kita diuji, sifat ego terhadap kelompok juga tengah diuji.
Menjelang pukul 06.00 WIB, samar - samar terdengar suara para pendaki yang sudah mencapai puncak. Setelah sampai di puncak bayangan, ada petunjuk arah menuju jalur puncak, sedikit belok ke kiri kemudian naik beberapa meter terlihatlah kibar bendera merah putih berkibar di atas ketinggian 3.676 Mdpl.
Puncak Mahameru, Gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kawahnya yang dikenal dengan sebutan Jonggring Saloka berada di sebalah selatan puncak Mahameru.
Setiap 15 - 20 menit menyemburkan asap vulkanik disertai dentuman yang menggelegar. Momen ini sering dimanfaatkan pendaki untuk berfoto - foto selain berfoto di samping sang saka Merah Putih.
Hamparan pasir serta bebatuan berserakan di atas puncak. Di sebelah selatan tampak terlihat laut selatan pesisir Lumajang, di sisi utara terlihat pegunungan Tengger serta Bromo, agak ke barat Anda juga melihat bentuk mungil Gunung Arjuna dan Welirang. Sementara, di sisi Barat ada Gunung Kawi dan Panderman.
Pendaki juga dilarang mendekati kawah Jonggring Saloka karena sangat berbahaya. Waktu berada di puncak memang terbatas karena semakin siang berkabut serta angin cenderung mengarah ke utara atau mengarah ke puncak Mahameru. Asap beracun bisa terbawa ke puncak sehingga membahayakan para pendaki.
Sebaiknya kita turun kembali setelah agak siang dan mulai banyak kabut. Selama perjalanan turun, sebaiknya tetap konsentrasi dan tetap berkelompok. Sebab, pendaki yang hilang, tersesat, atau jatuh sering terjadi ketika perjalanan turun.
Perjalanan turun memang cukup singkat, biasanya dua jam Anda sudah sampai Kalimati. Namun cukup membahayakan, disamping karena faktor kelelahan, konsentrasi juga sering berkurang. Tak heran jika banyak pendaki yang terpeleset ketika turun dari puncak.
Selama perjalanan turun, Anda baru bisa melihat dengan jelas bagaimana curamnya jurang Blank 75 yang yang berada di sisi kanan dan kiri tempat Anda berjalan malam harinya. Selain jalan yang curam dan berdebu, jika hujan sedikit licin dan berbahaya.
Setelah perjalanan dua jam, sampailah di kalimati, Anda bisa istirahat sejenak sambil mengemas barang-barang untuk menuju Ranu Kumbolo.
Dari Ranu Kumbolo, Anda bisa bermalam lagi atau istirahat secukupnya sambil mengisi perut sebelum melanjutkan perjalan ke Ranu Pane dan pulang.
Jangan lupa semua sampah yang Anda bawa mulai perjalanan berangkat hinga pulang, bawa dalam trash bag yang wajib dibawa pendaki.
Jangan sampai meninggalkan sampah di kawasan taman nasional. Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, jangan ambil apapun kecuali gambar. src
ARTIKEL TERKAIT: