Untuk itu, mereka menjalani menu latihan keras yang dilakoni sejak bersiap mendaki puncak Cartenz Pyramid di bulan April 2010. Tidak hanya fisik, diet pun diatur ketat untuk memastikan otot maupun stamina mereka meningkatkan kebugaran tubuh selama mendaki gunung.
Diutarakan ketua rombongan pendaki, Ardhesir Yaftebi, makanan mereka disiapkan secara khusus oleh katering yang sudah ditunjuk tim ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Dia mengatakan, makanannya juga meliputi daging ayam, tapi dengan takaran tersendiri. Sementara itu, untuk latihan fisiknya, jadwal ketat harus dilakoni selama enam hari sepanjang minggu dan tidak berhenti kecuali sedang mendaki atau setelahnya untuk membuat laporan.
Untuk hari Senin, Rabu, dan Jumat, tim pendaki menghabiskan pagi mulai pukul 9.00 - 11.30 dengan latihan beban, sementara pada sore harinya berlatih memanjat. Sedangkan hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, mereka berlatih stamina dengan berlari, mulai berlari panjang pada pagi hari.
Ardhesir menjelaskan, jarak yang harus ditempuh mencapai 10 kilometer tapi dengan jalur menanjak selama 2 jam. Pada sore hari, mereka masih berlatih lari tapi bervariasi mulai lari kencang, pelan, kencang, dan seterusnya.
Dia menjelaskan, latihan anaerob tersebut dimaksudkan untuk membiasakan paru-paru dengan kondisi minim oksigen. Pasalnya, daerah Puncak Everest yang bakal didatangi hanya terdapat 30 persen kadar oksigennya. Mereka memang dibantu dengan tabung oksigen tapi daya tahan dan kemampuan paru - paru tetap menentukan segalanya.
Dengan porsi latihan tersebut, Ardhesir dan teman - teman relatif hanya punya libur pada hari Minggu saja. Kesempatan itu biasanya dipergunakan untuk beristirahat. Terkait dengan diet ketat, seminggu sebelum keberangkatan anggota tim malah diminta untuk menambah berat badan hingga 2 kilogram. Hal itu dimaksudkan agar tubuh memiliki lemak, bukan kolesterol, yang nantinya membantu tubuh untuk mengatasi hawa dingin.
ARTIKEL TERKAIT: