Hilang Dalam Pendakian Gunung

Ada fakta yang sering terjadi dan bisa saja tak bisa di elakkan oleh siapapun dalam hal pendakian gunung, yakni akan tersesat dan kemudian hilang beberapa saat ataupun beberapa hari, Banyak faktor penyebabnya hingga bisa terjadi. Yang paling utama adalah faktor kesalahan manusia itu sendiri yang tak mencoba menyatu dengan alam tempat singgah.


Bisakah di minimalisir kejadian tak mengenakkan tadi? Jawaban pastinya: bisa! Tergantung penerapan dari masing - masing penggiat pendakian gunung. banyak kasus hilang di gunung, bahkan gunung sebesar dan seterkenal Semeru , dalam satu tahun ada 2 pendaki yang hilang. Belum lagi gunung - gunung lain.

Dan yang paling baru adalah hilangnya 2 pendaki dari Mapala UI yang hilang di gunung Pangrango. Hilang dan tersesat di sekitar blok Ciheulang Pangrango. Dan menurut kabar terakhir, mereka bisa tersesat karena menempuh jalur tak biasa, yaitu berusaha membuat dan menemukan jalur sendiri menuju puncak Pangrango. Inilah faktor utama yang bisa membuat hilang dan tesesatnya pendaki gunung.  

Faktor - faktor penyebab hilangnya pendaki gunung.
Yang pertama, tak mengenal medan dan terlalu percaya diri dalam pendakian, atau bahasa biasanya, meremehkan alam. Dengan membuat jalur sendiri dan berusaha menjadi penggagas utama jalur baru. Ini tak biasa dan terlalu berlebihan.

Karena membuat jalur pendakian baru di butuhkan banyak materi yang mendukung, antara lain navigasi, peta gunung, pengetahuan tentang gunung, tenaga yang tak kurang, yakni sebuah tim yang memang berkompeten dan ahli di bidangnya. Dan lain - lain. Jika terkesan asal -asalan agar dipandang avounturir ya akhirnya konyol lah..hilang dan tersesat.

Lalu faktor perbekalan, bekal yang tak cukup menimbulkan perbuatan yang mengada - ada dan cenderung ngawur. Semisal mencari bahan makanan di alam dengan kesana kemari tanpa peta. Akhirnya lupa dan hilang dari jalur semula. Perbekalan juga di butuhkan dikala menemui kendala di pendakian, semisal terkena badai hingga harus berhenti lama, membutuhkan bekal makanan yang cukup.

Kemudian sikap juga bisa menimbulkan bencana. Contoh seperti pendakian kami beberapa tahun yang lalu ke gunung Merbabu di Jawa Tengah. Karena 6 rekan kami, tiga perempuan dan tiga laki - laki berencana yang tak baik, yakni memadu cinta di lereng gunung, akhirnya mereka hilang selama 5 hari tak kembali ke rumah.

Untung mereka ditemukan walau berkeadaan tak menentu, tanpa sepatu dan tas karena bahan - bahan tadi habis di makan di selama hilang karena habisnya perbekalan makanan. Memadu cinta atau pacaran adalah hal biasa, tetapi mungkin cara mereka berlebihan di tengah alam. ya sahabat semua tahu apa maksudnya.

Lalu ada lagi penyebab hilangnya pendaki, yakni telah hilangnya rambu di jalur pendakian. Biasanya di jalur pendakian menuju puncak gunung, sering ada tanda pengenal arah, semisal di Arcopodo Semeru ada petunjuk arah jalur puncak, dan juga gunung - gunung lainnya. Bisa hilang akibat ulah manusia juga, iseng mengambilnya.

Sebaiknya jangan di ambil karena tak berguna. Seperti rekan kami sewaktu menuju pantai Parangtritis di Yogyakarta, dia mengambil tanda petunjuk arah yang bertuliskan KE LAUT dengan tanda panah. Dia ambil dengan alasan mau dipasang di kampungnya. Ya jadi lelucon, karena letak kampungnya sama sekali jauh dari laut. Tetapi merugikan orang lain dan bisa menimbulkan salah arah.

Yang pasti sahabat, patuhi petunjuk yang ada secara resmi, dan siapkan perbekalan lebih baik dan teliti, serta berhati - hati tanpa meremehkan alam. Jangan sampai kita hilang di pendakian gunung karena ulah ceroboh kita. Selamat mendaki....

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×