Awal pendakian kami pilih jalur Raja Berneh yang kata orang lagi, jalur tersebut lebih cepat di bandingkan jalur lainnya, semisal jalur Brastagi. Tujuan utama juga agar bisa mandi di pemandian air panas Lau Sidebuk debuk, maklum lah jarang mandi air panas, ada juga mandi air hangat dirumah pakai ember bayi lalu menceburkan diri sambil telanjang!...kayak bayi aja... Tak panjang kata, kami awali menaiki Sibayak dengan jalur yang masih enak dan jelas dari desa Raja Berneh. Setelah memasuki hutan bambu akhirnya sampailah pada hutan yang sebenarnya. Jalur ini nanti mirip dan hampir sepadan dengan jalur Gunung Lawu di Jawa, hanya menjelang mendekati puncak, rute mulai kacau balau dan agak susah, di butuhkan kewaspadaan tinggi, mengingat jalurnya berbatu dan berkerikil kecil, sedangkan pepohonan mulai jarang, dan ini mengingatkan kami saat pendakian menuju Gunung Slamet di Jawa Tengah. Dan sampai di puncak Sibayak yang berketinggian 2094 mdpl, kami melihat pemandangan puncak yang porak poranda akibat letusan Sibayak di masa silam.
Dari puncak gunung ini kita bisa menyaksikan pemandangan kota Medan di kejauhan. Faktor kondensasi di gunung ini sangat tinggi yang menyebabkan seringnya terlihat kabut yang bergerombol di daerah puncak.
Selain puncak, daerah kawah tidak kalah uniknya. Selain disekitar kawah ditemukan batu cadas, kawah belerang yang luasnya 200 x 200 meter memiliki solfatara yang senantiasa menyemburkan uap panas. Untuk mengabadikan aktivitas kawah pendaki berlomba-lomba menuruni kawah. Dari kawah akan ditemukan sejumlah keunikan yang dimiliki oleh Sibayak yang amat jarang ditemukan di pegunungan lain. Biasanya kawasan landai di daerah pinggiran kawah dijadikan untuk mendirikan Bivak (Tenda) untuk beristirahat melepaskan lelah seusai mendaki.
Biasanya, malam Minggu dan hari libur merupakan musim pendakian ke puncak, dibandingkan dengan hari-hari biasa. Ternyata memang benar kata orang dan pendaki lain yang pernah menuju Sibayak, gunung ini terlampau lumayan sulit di gapai menuju puncak, bahkan bagi seorang pendaki pemula sekalipun. Terutama saat hampir menuju puncak. Jika di gunung Slamet saat menuju puncak, kita harus hampir merangkak bagi yang tak biasa, dan turunpun akan sangat tertatih karena tingkat kemiringan dan hampir tanpa batu pengaman di samping pendakian untuk berpegangan. Maka inilah saatnya meningkatkan kehati - hatian semaksimal mungkin. Merambah Gunung Sibayak akhirnya tercapai dengan penuh tantangan, tetapi memuaskan, silahkan menuju kesana, apalagi yang tinggal di Sumatera. Jika berniat lho, jika tidak ya silahkan ambil bantal lalu tidur...salam lestari!
ARTIKEL TERKAIT: