Takut NII, Takut Tong Tong Sot...

Sebuah artikel yang di ambil dari catatan dan artikel dari salah satu Para Sherpa Belantara Indonesia, Habib Muhammad Zuriat Fadil, yang merupakan sosok pribadi hasil didikan dari Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu Jawa Barat, yang kini di organisasi ini menjabat sebagai Divisi Religi dan Bendahara. Artikel ini kami ambil tanpa ada proses editing atas seijin dari penulis, Habib Fadil.

Al Zaytun

Belakangan berita tentang NII dan kaitannya dengan Ma’had Al Zaytun kembali marak, dan seperti biasa masyarakat kita entah kenapa gampang sekali diombang ambingkan oleh pemberitaan. Akibatnya ya gampang ditakut-takutin media dis-informasi, dibodohin wartawan dan dibolak balik persepsinya oleh pers. Ingat saja satu slogan “JANGAN PERNAH PERCAYA WARTAWAN” ( sumpah, ini kata Cak Nun, peace Cak! )

NII yang kepanjangan Negara Islam Indonesia kayaknya menarik juga dibahas, tapi maaf! tulisan ini tidak akan jauh membahas soal itu dari segi historisnya. Karena untuk membahas hal tsb, maka saya harus memulai dari kisah S.M Kartosuwirjo yang saat mudanya bersama Soekarno bebarengan meguru pada HOS Tjokroaminoto dan membahas ini berarti membahas ide dasar pembentukan indonesia, dan proses - proses panjangnya sampai sekarang. Well, singkat kata membahas NII utawa DI / TII berarti membedah sejarah Indonesia secara keseluruhan. Dengan mengerti sejarah singkat NII saja itu berarti anda akan tahu, bahkan sampai kepada latar belakang G-30 S PKI dlsb.

Sudahlah NII hanyalah satu dari ribuan gerakan bawah tanah lainnya, adapun soal pencucian otak, hipnotis dan lainnya itu hanyalah gerakan spontan dari oknum - oknum mereka yang itu tidak masuk dalam visi - misi mereka. Bagi saya pribadi, lebih menarik membahas tentang kecemasan - kecemasan yang terjadi disekitar saya.

Ketakutan kita terhadap NII, benar-benar menggambarkan keadaan psikologis-sosial masyarakat kita. Mental yang masih sangat kekanak - kanakan kalau bisa saya sebut. Ibarat kata gini, kalo kita cukup dewasa, bila ada seseorang berkata pada anda “awas, disitu ada Tongtong Sot” ( ini kisah nyata yang melibatkan kawan saya Edo dan Anfa, dengan saksinya Muiz, Nanda dll ) bukankah semestinya anda bertanya dulu tentang makhluk apa itu Tongtong Sot? apakah dia mengganggu? atau jangan - jangan dia peri baik hati? Atau bahkan mungkin dia wanita secantik Jessica Alba? Tapi lha koq masyarakat kita itu, yang wajib belajar 9 tahun itu, yang menurut data pemerintah kesejahteraannya meningkat tiap tahun itu, begitu ditakut - takuti oleh wartawan dengan berita NII semuanya dengan senang hati menerima ketakutan, kecemasan tanpa mencari tahu lebih dalam apa itu NII. And you know what? berita NII di media massa tentu tidak akan pernah benar - benar mencapai kedalaman berita yang maksimal karena orang - orang mereka notabene telah menguasai media massa dari tingkat paling atas, sampai paling bawah. Bahkan, secara sadar maupun tidak sadar ( bukan brainwash tapi terkondisikan )

Sebanyak apa kita tau soal NII? Siapa itu SM Kartosuwirjo? Kapan dia lahir? Meninggalnya dimana? Apa hubungannya dengan Ponpes Al Zaytun ( dan ya, saya santri ponpes tersebut ) Apa semua santri Al Zaytun mengerti soal ini? Buku - buku apa yang Kartosuwirjo baca? Mata pelajaran apa saja yang diberikan dalam Ma’had Al Zaytun? Bagaimana kehidupan mereka? itu belum juga pada pertanyaan, NII itu dasarnya apa? tujuannya apa? Sebut saja saya subjektif, tapi saya adalah seorang santri Al Zaytun, biar bagaimanapun Syekh AS Panji gumilang ya Syeikh saya, baik buruk bagaimanapun dia tetap Syeikh saya dan saya tetap akan dengan kepatuhan seorang santri menghormati beliau apapun yang terjadi pada beliau. Bila beliau salahpun, itu tidak akan mengurangi rasa hormat saya pada beliau sebagai guru.

Habib Fadil

Atau gini aja mari kita benturkan diri pada pertanyaan, konsep bernegara NII dengan Pancasila bagus mana? Lebih aplikatif yang mana? Kalo ternyata di ujung pencarian ada yang menemukan bahwa konsep mereka ternyata lebih baik dari ide tentang Indonesia gimana?

Kita mendengar bahwa NII itu gini - gitu tapi kapan kita mengeceknya lebih dalam? Sama ketika kita sangat ketakutan dengan PKI, tapi kita ndak pernah mengecek baik buruknya PKI itu dimana, begitu juga mungkin, kita akan bercerita pada anak cucu kita tentang mengerikannya Orba tanpa membiarkan mereka mencari tahu sisi baik buruknya Orba.

Kita sudah terlalu lama dididik untuk memusuhi dan memusuhi berarti menghancurkan lawan sampai ke akar-akarnya. Bila terus - terusan begitu konsep kita tentang musuh - memusuhi maka tentu saja kita selalu terjebak pada konsep pertarungan ‘kebaikan vs keburukan’ padahal kebaikan dan keburukan ya sama - sama ciptaan Tuhan juga. Rahwana atau Dasamuka itu ada dan terus abadi kan karena dia dilarang membunuh dirinya sendiri oleh Batoro Guru bukan? Dan saat dia dikurung oleh Prabu Arjuna Sasrabahu, Batara Indra yang meminta sang Prabu melepaskannya, mungkin sambil berkata begini “duh Prabu Arjuna Sasrabahu, duhai titisan Vishnu, aku tahu engkau adalah manusia paling bijak dan sakti tapi kalo kau mengurung Rahwana terus maka tidak akan ada simbol kejahatan di dunia ini, tolong lepaskanlah dia karena dunia tetap butuh kejahatan untuk dimusuhi” Tapi memusuhi yang jahat kan tidak berarti memberantas, karena konon, sebenarnya manusia bisa saja membunuh iblis, hanya saja saat seorang manusia membunuh iblis maka dia akan menjelma menjadi iblis baru yang lebih jahat. Memusuhi iblis, cukup dengan kesadaran men-tidak ( seperti konsep kebebasan a la Jean Paul Sartre sebenarnya ) artinya, cukup dengan menjauhkan diri kita dari sifat - sifat keiblisan atau bahkan potensi - potensi meng-iblis.

Bagi saya, ketakutan - ketakutan tentang NII tidak lebih dari ketakutan pada Tongtong Sot, sosok makhluk yang dikarang oleh si Anfa kawan saya, bukan karena mereka sama-sama khayalan, tidak! NII itu nyata, tapi kebanyakan kita dihantui oleh hal-hal yang tidak kita ketahui secara jelas, sehingga menghindarinya pun kita selalu salah langkah. Kalo anda merasa, “ah, gw bersih koq, gw mah anti NII” apakah anda bisa yakin, anda berada di institusi yang aliran dananya tidak mengalir ke mereka? Seberapa anda yakin, atasan anda bukan bagian dari mereka? ( maaf ya kampusku ) Cara kerja mereka sebegitu halusnya, sehingga banyak sekali orang yang tidak sadar sedang bekerja untuk membangkitkan tujuan NII itu.

Saya pribadi, sudah tidak ambil pusing. Negri ini mau berubah kapan saja ya monggo. Sedangkan Sunan Kaljogo yang putra seorang ningrat zaman Mojopait saja, ndak berkeberatan membimbing perubahan negrinya menjadi Demak, lalu kembali membimbingnya menjadi Pajang lalu kemdian sedikit ikut andil dalam perubahan Pajang menjadi Mataram koq. Aku sangat yakin bahwa Kanjeng Sunan Kalijogo adalah seorang manungso berjiwa besar yang kesadarannya meng-esensi, essensi bernegara adalah menciptakan keadaan yang lebih baik bagi warga masyarakat, jadi bentuknya bisa berubah menjadi apa saja ya to? Lho ya perubahan itu hal yang pasti, Indonesia merdeka kan sudah dibilang sama Soekarno kalo itu adalah jembatan emas, yasudah lewatin jembatannya koq sekarang kita malah mandeg di jembatan emas itu lalu sibuk mengorek - ngorek emasnya untuk kepentingan perut sendiri? Lha makanya merdeka segini - gini tahun ya ndak genah-genah juga. Negri ini terlalu besar dan terlalu istimewa untuk bisa dijajah. Kalo negri lain di embargo ekonomi oleh PBB itu berarti bencana kelaparan akan melanda, tapi bila negri surga ini di embargo maka itu berarti kemerdekaan sejati rakyatnya untuk hidup mandiri, karena berdikari memang ciri masyarakat negri ini. Kalo negri lain bisa diserbu sekutu, tapi untuk menyerbu Indonesia musti putar otak ribuan kali, lha saumpomo sekutu mendarat dan menguasai Jakarta, menduduki bandara, mengambil alih media massa lalu menduduki istana ( karena menurut teorinya, invasi yang efektif adalah menguasai pusat pemerintahan, pusat informasi dan transportasi ) yasudah, yang dibelahan pulau lain bahkan mungkin potongan pulau Jawa yang lain tinggal bikin negara sendiri - sendiri kan beres, kalo mau ngambil Jakarta yo monggo, udah daerah kecil, padat, panas, macet, ngerepotin, ndak ada sumber daya alam pulak. Yo pek kono, karepmu!
Habib Muhammad Zuriat Fadil

Akhirul kalam, tolonglah kita renungkan kembali essensi dari bernegara itu apa? dan sudah sejauh apa kita melenceng dari esensi negara kita yang semestinya dengan eksistensi ke-Indonesia-an saat ini? Jangan - jangan pula, ketakutan kita pada NII hanyalah ketakutan kita akan sebuah perubahan bentuk, bukannya sebuah pembelaan argumentatif pada pentingnya esensi bernegara.

Seperti umumnya santri Al Zaytun, saya menutup tulisan ini dengan kalimah:

haadza wallahu yar’ana wa yahfadzuna walhamdulillahi robbil ‘alamin

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×