Yang menjadi pertanyaan, mengapa bisa terlupakan? Euforia awal perjalananlah yang sering membuat lupa.
Justru hal remeh yang terkadang membuat sial. Seperti kawan dari Magelang saat dia meminta kami untuk mengawali mendaki Gunung Merapi lewat jalur Selo. Di Basecamp Selo, saat melihat kami berbelanja air minum, dia dengan ringannya berkata: " Naik gunung, dingin, kok bawa air, dingin ya bawa rokok! " Lalu dengan tanpa rasa bersalah dia belanja 3 bungkus rokok yang isi 16 per bungkus. Sesampai di bawah Pasar Bubrah, jalan menanjak, dia lelah dan..Haus! Dia minta kami membagi air minum. Lalu kami jawab, " Minum itu rokok! "
Itulah contoh meremehkan hal yang seharusnya ada dan dibawa oleh petualang, apalagi bagi pemula. Dan akhirnya, itu semua menjadi pengalaman untuk petualangannya yang berikutnya. Membawa rokok boleh, tetapi jangan lupa air minum!
Kemudian bawalah simbol Tuhan dalam petualangan anda, hingga dampaknya membuat kita lebih merasa tenang dan aman. Ada Tuhan di sisi kita. Bagi rekan Muslim, paling tidak bisa membawa tasbih, bisa digunakan sebagai kalung atau dimasukkan dalam tas carrier. Karena barang tersebut bukan barang yang merepotkan, dalam perjalanan, bila kita berhenti untuk istirahat, bisa mengambil tasbih tadi dan menyebut nama Allah Swt.
Ideal bukan? Kemudian bagi yang memeluk agama Katholik ataupun Kristen, bisa menyertakan Rosario, dan dampaknya sama seperti yang tadi, membuat merasa tenang dan aman. Ada Tuhan di sisi kita. Serta bagi yang beragama lain, silahkan bawalah simbol ke Tuhanan anda. Jangan dilupakan.
Bila berhasrat, mengapa kita tidak membawa Kitab Suci dalam petualangan? Sewaktu - waktu kita bisa membacanya dalam malam hening di tengah alam, syahdu dan terasa membumi jiwa kita. Cobalah lakukan.
ARTIKEL TERKAIT: