Jangan Mau Mati Konyol Di Gunung!

Jangan mau mati konyol di gunung! Sesungguhnya mati di gunung bukan sebenarnya yang di inginkan pendaki sejati. Terkadang ada pemikiran pendek, mati di gunung nanti akan menjadi legenda pendaki gunung! Benarkah? Berita tentang pendaki yang mati di gunung memang sudah terjadi semenjak jaman dahulu, terutama dari kalangan pendaki Mahasiswa. Dan berikut ini sekedar contoh.


Dua Mapala UI ini meninggal di dalam Expedisi Seven Summit pada tahun 1992. Kalau tidak salah dia mendaki pada bulan Ramadhan dan dia melakukan pendakian pada saat berpuasa. Norman Edwin meninggal terpaut 100 meter dari tempat meninggalnya Didiek Samsu di Gunung Aconcagua Argentina ( 6969 mdpl ). Mungkin banyak yang belum tahu kisah kecil tersebut, bahkan yang sering melenggang dengan nama Pecinta Alam di Jaketnya.


Dalam sejarah hidupnya dia banyak beraktivitas di dalam dunia alam bebas, termasuk jelajah hutan, arung jeram dan kegiatan sejenisnya. Dia meninggal dalam badai salju yang amat kuat. Puncak - puncak dunia telah dilampauinya, bahkan dia pernah melakukan pendakian single ke Gunung Kilimanjaro di Tanzania. Norman Edwin ini segera diikuti jejaknya oleh putrinya yang sekarang juga seorang penjelajah, yakni Melati.

Bagi Melati, ayahnya sosok yang mempunyai semangat hidup tinggi. Ia teringat nasihat ayahnya, janganlah kita mencoba menaklukkan ganasnya alam, tapi belajarlah untuk menaklukkan ego serta mengetahui batasan diri kita sendiri, faktor ini adalah hal terpenting jika ingin menekuni olahraga beresiko tinggi.


Dahulu hampir tidak ada yang mengenalnya, setelah dibuatkan film yang berjudul GIE, akhirnya namanya dikenal, dan yang konyol, dijadikan lambang untuk sekedar gagah - gagahan bagi pendaki yang bukan sejati. Sebelum Soe Hoek Gie meninggal dia mengatakan :


Lebih baik mati muda..Dan sebuah kalimat: Ayo ke Semeru, sekali kali jadi orang tertinggi se Jawa, jangan cuma Soeharto...

Dan banyak lagi kasus pendaki mati di gunung alias mati konyol. Mengapa konyol? karena kasus yang terjadi sekarang ini, kebanyakan terjadi terhadap pendaki pemula yang hanya gagah - gagahan tanpa mengenal medan dan terutama tanpa persiapan perbekalan. Bahkan banyak yang mendaki gunung hanya menggunakan sandal japit dan bekal keamanan seadanya.

Kemudian jika kita lihat di beberapa tugu peringatan di lereng gunung seperti di Pasar Bubrah Merapi ( 2965 mdpl ), kemudian di Puncak Sindoro ( 3125 mdpl ) kita bisa melihat bahwa sebagian besar orang mati di gunung adalah siswa atau mahasiswa.

Memang faktor kematian di gunung yang paling bisa disalahkan adalah pendaki itu sendiri. Namun memang tetap tergantung pada dua hal:

Sesuatu yang bisa di kontrol  =  persediaan alat dan bahan makanan, kodisi yang fit
Sesuatu yang tidak bisa di kontrol  =  faktor alam

Jangan mau mati konyol di gunung karena kesalahan sendiri, gunakan perlengkapan yang menunjang demi keamanan. Apabila anda pendaki pemula, buatlah diri anda aman dan nyaman dalam pendakian dengan sesama rekan yang berpengalaman dan jangan segan bertanya.

Mati di gunung karena tersesat tidak mengenal medan, kelaparan karena perbekalan habis, tidak akan menjadi legenda, dan nama anda tidak akan dikenang sebagai pendaki hebat. Ingatlah hal penting: Kenalilah medan dan kearifan lokal di gunung yang anda kunjungi. Selamat mendaki gunung!

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×