Dia tetap mengirimkan hujan pada musimnya; Dia selalu menyegarkan kembali udara hingga kita tetap bisa bernafas; Dia tetap memerintahkan Matahari dan Rembulan menjalankan rutinitasnya; Dia tak mengeringkan air; Dia tak cabut rasa kenikmatan saat manusia berhubungan seksual kendati itu dilakukan di luar aturan yang ditetapkan-Nya.
Jadi Tuhan begitu patuh kepada kita. Dia menjaga kita. Tapi kita suka ceroboh, iseng, dan kurangajar. Kita kacaukan udara kita ; kita rusak alam kita; kita salah gunakan kenikmatan; kita bikin alam yang dipelihara baik - baik oleh Tuhan menjadi menderita. Tetapi, alam itu punya batas kesabarannya sendiri. Ketika hutan gunung kita peras, alam marah. Mereka bersatu dengan air untuk menciptakan banjir. Tapi kita tak pernah mau sadar juga.
Tetapi rupanya manusia lebih suka memuaskan nafsu sesaatnya ketimbang menciptakan harmoni semesta kecil dan semesta besar.
Jadi kalau saja kita mau hidup sederhana saja, barangkali petaka tak kan sedemikian dahsyat. keserakahan yang membuat banyak hewan punah, hutan di habis, tanah tandus, dan ozon bolong, AIDS muncul, pemanasan global .. ah apalagi petaka yang menunggu di depan mata akibat keserakahan kita. Ya Allah, betapa banyak kearifan yang dibutuhkan di bumi yang makin muram ini.
Alam yang indah dan tenang ini sesungguhnya banyak mengajarkan rahasia bagaimana manusia membangun dirinya menjadi sosok yang berpribadi mulia: tenang, hening dan tegar seperti gunung, ramah seperti kicau burung, bergelora seperti ombak laut dan badai, sabar seperti tanah bumi, penuh kesadaran dan istiqamah . seperti Matahari, lembut seperti cahaya Bulan, dan dermawan seperti udara. Maka aku mesti menyatu dengan alam.
ARTIKEL TERKAIT: