Angga Tirta, Mendaki Gunung Salak Mencari Ayahnya

Sebuah kisah heroik dan bisa di katakan sedikit nekad. Adalah Angga Tirta yang walaupun bukan pendaki gunung, tetapi dia nekad ikut Tim Pencari korban jatuhnya Pesawat Sukhoi Superjet 100 di lereng gunung Salak untuk mencari ayahnya, Capt. Aan Husdiana yang merupakan salah satu penumpang dari pesawat naas tersebut.

www.belantaraindonesia.org

Awalnya, Angga tidak diperbolehkan untuk ikut mencari. Tekad baja Angga menyebabkan dia sedikit membujuk tim pencari agar diperbolehkan ikut. "Saya lapor sama komandan. Saya bilang: 'Feeling saya ayah saya di lereng'," ucap Angga.

Dalam pencarian, feeling Angga itu terbukti benar. Sebab, entah mengapa Angga seperti mendapat mukjizat yang menunjukkannya ke lokasi jatuhnya pesawat. Saat itu, tim memang sulit mendapatkan kepastian lokasi jatuhnya Sukhoi Superjet 100, walau lokasi sudah diketahui dari pantauan udara.

"Ternyata ada pesawat jatuh di lokasi tersebut," kata Angga. "Seperti mukjizat buat saya yang tidak pernah naik gunung," lanjutnya.

"Dia kasih petunjuknya lewat bau jengkol, bau petai ( makanan favorit ayah Angga yang mengarahkan ke lokasi penemuan ). Saat haus pun ada air," ucapnya.

Di pendakian itu Angga menemukan sebuah kartu identitas ayahnya. Sebuah kepastian yang membuatnya cukup ikhlas, sambil menunggu hasil identifikasi korban.

Berikut kronologi pendakian Angga:

- Rabu 9 Mei 2012 sore, Angga baru mendengar kabar Sukhoi yang ditumpangi ayahnya lost contact. Ayahnya, Aan, yang merupakan seorang pilot di Kartika Airlines menjadi salah satu penumpang pesawat. Kartika Airlines merupakan calon konsumen Sukhoi.

- Rabu malam, Angga bersama kakak ayahnya dan keluarganya, total ada 6 orang, berangkat menuju Pos Cidahu. Keluarga besar Angga ingin tahu langsung kepastian nasib Sukhoi itu.

- Kamis 10 Mei 2012 dini hari, dia bersama keluarganya tiba di Pos Cidahu. Muncul niat Angga untuk ikut mencari ayahnya.

- Kamis pagi, Angga bersama TNI AD ikut mendaki menuju Puncak Gunung Salak. Dia mendengar kabar, untuk menuju lokasi, perlu perjalanan sekitar 2 - 3 jam. Angga membulatkan tekad ikut.

"Saya tidak membawa apa - apa, hanya jaket, dan sebotol air mineral," terang Angga.

Perjalanan mendaki Gunung Salak menempuh medan yang berat. Angga menahan untuk tidak meminum air mineral yang dia bawa. Dia berjaga - jaga untuk perjalanan panjang.

"Ternyata kalau saya minum air, saya bisa keram. Itu aturan pendaki gunung," imbuhnya.

Tanpa bekal logistik, Angga berjalan menuju lokasi di puncak. Jalur yang belum dibuka membuat perjalanan menjadi lama. Angga mengaku selalu teringat bau - bauan ayahnya sehingga dia kuat. Dalam pendakian itu, dia kehilangan sepatunya yang jebol.

Angga bersyukur dalam perjalanan melelahkan itu, dirinya mendapat kemudahan - kemudahan. "Alhamdulillah, saat saya butuh air, menemukan mata air. Dan sempat makan daun pakis, sebelum akhirnya bertemu Tim Marinir yang memberi ransum," imbuh Angga.

- Kamis malam, Angga bermalam di kawasan Puncak Gunung Salak. Sebelumnya di perjalanan bertemu Tim Marinir yang memberikan bantuan logistik. Angga tidur beralaskan kantung jenazah yang dibawa TNI.

- Jumat 11 Mei 2012 pagi, Angga Shalat Subuh dan berdoa agar mendapat petunjuk keberadaan ayahnya. 'Mukjizat' pun datang, dia mendapat petunjuk bahwa ayahnya berada di jurang jauh di bawah. Petunjuk itu kemudian diberikannya kepada Tim Marinir.

- Jumat pukul 07.20 WIB, Tim Marinir turun ke jurang. Angga sempat meminta ikut turun, namun Tim Marinir meminta dia menunggu di atas. Untuk turun ke jurang membutuhkan tali. Dan benar, ternyata sejumlah korban Sukhoi ada di jurang itu. Tim Marinir juga menemukan SIM ayah Angga atas nama Aan Husdiana.

"Saya sudah cukup puas dengan itu. Walau sebenarnya saya ingin menemukan cincin atau benda yang lain. Tapi sudah cukup," imbuhnya.

- Jumat sore, setelah melihat tim Marinir membawa SIM ayahnya, Angga cukup puas. Dia akhirnya memutuskan turun bersama tim Marinir. Angga mengucapkan terima kasih kepada Tim TNI AD dan Tim Marinir, relawan serta Basarnas yang memberi bantuan.

"Sekarang kami berharap identifikasi bisa cepat dan akurat," tutur Angga, putra sulung almarhum Aan.  source source

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×