Richard Archbold termenung di dalam pesawatnya. Baru kali ini, tepat pada 23 Juni 1938, ia takjub dengan lembah tak terjamah yang terbentang di bawahnya. Tak hentinya ahli hewan asal Amerika ini berdecak kagum melihat hamparan ladang hijau di antara puncak - puncak gunung.
Archbold masih termenung. Firasatnya sungguh kuat, lembah ini bagai lukisan Tuhan yang luar biasa indah. Tak butuh waktu lama hingga ia tahu, lembah yang menghipnotisnya adalah Baliem.
Berada di tengah dataran Papua, lembah ini membentang di ketinggian 1.600 mdpl. Sungai Baliem yang membelahnya bermuara di sebelah utara Pegunungan Trikora. Air sungai yang dingin ini lalu melaju makin rendah, melewati sawah dan ladang, hingga pecah di ketinggian 1.500 mdpl.
Di situ, air dari Sungai Baliem menyatu dengan danau berlumpur kecoklatan. Namun arusnya terus melaju turun, hingga nantinya menghilir ke Laut Arafura. Begitulah yang tercantum di situs resmi pariwisata Indonesia. Sepanjang perjalanannya, air sungai ini jadi berkah bagi masyarakat yang tinggal di sana yaitu Suku Dani.
Tradisi Bakar Batu Suku Dani |
Sebagai suku yang masih terjaga keasliannya, masyarakat Dani membuat peralatan sederhana berbahan batu dan tulang. Tulang - tulang itu mewakili gaharnya Suku Dani, yang juga terkenal sebagai pejuang. Sedangkan batu menjadi basis tradisi Bakar Batu, yakni memasak babi di atas batu panas.
Honai, rumah adat Suku Dani |
Datanglah ke Baliem, dan kenalilah harmonisasi alam dan sukunya. Seperti kata pepatah, "Tak kenal maka tak sayang." source photo credit
ARTIKEL TERKAIT: