Berita - berita dan informasi mengenai pendakian, menambah stimulus dan doktrin bagi kalangan awam untuk mulai mencoba melakukan pendakian. Konten - konten berisikan foto - foto pemandangan yang indah di atas gunung, seolah menjadi magnet dan sihir yang menghipnotis mereka untuk segera mencobanya. Tak peduli lagi dengan perhitungan fisik, logistik, dan teknik yang perlu disiapkan sebelumnya.
Alhasil, kita bisa melihat fenomena belakangan ini. Banyak pendaki ‘dadakan’ yang mendaki, hanya ingin mengambil foto di puncak dengan membawa tulisan di secarik kertas; ada yang menulis salam untuk seseorang, ada juga yang menyampaikan cintanya, bahkan adapula yang sengaja menulis kata - kata makian.
Kemudian ketika kembali ke rumah masing - masing, mereka berlomba - lomba mengunggah foto tersebut di akun sosmed masing - masing, dengan tujuan agar semua orang tahu bahwa mereka telah berhasil mencapai puncak di gunung tertentu.
Sah - sah saja kita melakukan itu, hak kita memang. Tapi, kita juga jangan sampai lupa dengan kewajiban kita di gunung; menjaga kebersihan, kelestarian, dan ketenangan alam. Tentu kita semua tahu, bahwa kewajiban di dahulukan sebelum hak atau kewenangan. Sekali lagi mengingatkan, bahwa kita pergi alam adalah untuk belajar memahami peran manusia di dalam tataran kehidupan.
Hai, kawan.
Gunung bukanlah tempat untuk bersandiwara, bukan juga tempat untuk membuang kata tanpa makna! Gunung adalah rumah dan taman bagi mereka yang mencintai alam!
Berkunjung dan belajarlah dengan alam, maka kita akan paham, bahwa kita hanya setitik embun dari seluas hamparan ciptaan Tuhan.
Budi Kusriyanto, S.T.
HP: 085729552788
Peneliti Mubyarto Institute | Mubyarto.orgMountaineering Guide Expert Belantara Indonesia | Belantaraindonesia.org
Sekolah Tani Muda | humas.sektimuda@gmail.com
ARTIKEL TERKAIT: