Banyak orang yang mengeluh karena ekstrim nya cuaca dan banyak orang yang kelaparan karena hilangnya air bersih dalam tanah. Bumi yang sekarang memang berbeda dengan Bumi yang ada di masa lalu. Salah satu penyebab rusaknya Bumi ini adalah perkembangan teknologi serta pembangunan yang merajalela. Hutan hijau pun mulai banyak di gunduli untuk dijadikan sebuah pemukiman bagi banyak orang.
Padahal kita tahu hutan hijau adalah paru paru dunia yang sangat kita butuhkan. Terlepas dari itu kesadaran akan pentingnya kelestarian alam memang belum disadari banyak orang. Hanya karena kepuasan pribadi banyak orang rela membakar hutan dan membuang limbah sembarangan. Seperti yang dilakukan oleh negara - negara berikut ini, dimana demi kelangsungan hidup negaranya hutan hijau pun mereka hancurkan.
Inilah 10 negara yang ikut menyumbang rusaknya Bumi :
1. Amerika Serikat
Meskipun Amerika menempati peringkat 211 terbaik untuk konversi tempat tinggal dan menghormati alam. Namun banyak perilaku buruknya yang melampaui negara - negara lain. Dalam hal ini Amerika adalah pengguna terbesar dalam penggunaan pupuk dan nitrogen, fosfor dan potassium ( NPK ).
Penggunaan pupuk yang berlebihan mengakibatkan pencemaran bahan kimia ke dalam air tanah, bahkan mengubah atau menghancurkan habitat alam. Amerika Serikat juga berada pada peringkat 1 untuk emisi CO2, peringkat 2 sebagai tempat polusi air, tempat ke - 3 untuk penangkapan ikan di laut, dan 9 tempat untuk spesies terancam. Tidak semua orang amerika bangga menjadi orang Amerika saat ini.
2. Brazil
Walau diberkati alam hijau yang luas nyatanya Brasil termasuk negara penyumbang kerusakan terbesar di Bumi, kecuali penangkapan ikan dilaut. Bukannya memanfaatkan hutan hujannya negara ini malah merusaknya.
Negara yang dikatakan sebagai negara sepak bola ini menduduki Peringkat 1 untuk kehilangan hutan alam, tempat ke - 3 untuk menggunakan pupuk, posisi ke - 4 untuk spesies terancam, posisi ke - 4 untuk emisi CO2, dan tempat ke 8 untuk polusi air. Untuk apakah perusakan lingkungan yang luar biasa ini ditujukan?
Sebagian besar kerusakan hutan di Brasil terkait erat dengan hutan hujan Amazon yang luas serta pembukaan lahan untuk Pastureland oleh kepentingan komersial dan spekulatif, kebijakan pemerintah salah arah, tidak sesuai proyek Bank Dunia. Ditambah eksploitasi komersial sumber daya hutan menjadi lahan Kedelai dan tanaman kakao dan peternakan.
3. Indonesia
Menurut Global Forest Watch, Indonesia adalah wilayah padat hutan pada tahun 1950, namun 40 % dari hutan yang ada pada tahun 1950 tersebut telah hilang hanya dalam waktu 50 tahun berikutnya. Jika dibulatkan, Hutan hujan tropis di Indonesia jumlahnya jatuh dari 162 juta ha menjadi hanya 98 juta ha2 saja .
Untuk ini, Indonesia menempati peringkat 2 di hilangnya hutan alam, efek ini menyebabkan indonesia menempati peringkat 3 tempat untuk spesies terancam. Indonesia menempati peringkat ke - 3 untuk emisi CO2, 6 untuk penangkapan di laut, 6 untuk penggunaan pupuk, dan 7 untuk pencemaran air.
4. Tiongkok
Perairan pesisir Tiongkok semakin tercemar oleh segala sesuatu mulai dari minyak, pestisida, dan air limbah. Pencemaran ini membuat Tiongkok mendapatkan peringkat 1 untuk pencemaran air di dunia.
Di Tiongkok, 20 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum bersih; lebih dari 70 persen dari danau dan sungai tercemar, dan insiden polusi besar terjadi di dekat rumah - rumah. Organisasi Kesehatan Dunia baru - baru ini memperkirakan bahwa hampir 100.000 orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang bersumber dari polusi air.
Di Tiongkok, kepentingan pembangunan ekonomi selalu lebih dimenangkan atas usaha penjagaan dan perlindungan lingkungan.
5. Mexico
Meksiko memiliki lebih banyak spesies tanaman dan hewan dari hampir
semua negara lain seperti 450 mamalia ( Brasil, yang lebih dari dua kali
ukuran Meksiko hanya memiliki 394 mamalia ); sekitar 1000 burung, 693
reptil, 285 amfibi, dan lebih dari 2000 ikan. Pada pertengahan 1990 - an,
banyak spesies yang diketahui sudah terancam: 64 mamalia, 36 burung, 18
reptil, 3 amfibi, dan sekitar 85 ikan.
Meksiko tidak bergabung dengan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka ( CITES ), perjanjian internasional utama untuk menghentikan perdagangan flora fauna terancam dan hampir punah , yang berlaku sejak tahun 1975, hingga tahun 1991. Hal ini menjadikan Mexico menempati peringkat 1 untuk spesies terancam. Juga peringkat ke 9 pada tingkat kehilangan hutan alam paling banyak di dunia.
Meksiko tidak bergabung dengan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka ( CITES ), perjanjian internasional utama untuk menghentikan perdagangan flora fauna terancam dan hampir punah , yang berlaku sejak tahun 1975, hingga tahun 1991. Hal ini menjadikan Mexico menempati peringkat 1 untuk spesies terancam. Juga peringkat ke 9 pada tingkat kehilangan hutan alam paling banyak di dunia.
6. Jepang
Jepang sangat dikenal dengan perbuatan penangkapan ikan yang berlebihan
di lautan. Pada tahun 2004, jumlah tuna sirip biru Atlantik dewasa yang
berada pada umur pemijahan telah turun menjadi sekitar 19 persen
dibandingkan pada tahun 1975, yang memiliki seperempat dari pasokan
dunia dari lima besar spesies ikan tuna: Sirip biru, Sirip biru selatan,
Bigeye, Madidihang dan Albacore.
Setelah moratorium penangkapan ikan paus komersial pada tahun 1986, pemerintah Jepang mulai lagi dengan “penangkapan ikan paus untuk tujuan penelitian” pada tahun berikutnya, penelitian ini didokumentasikan dengan berakhirnya daging ikan paus tersebut di piring - piring Sashimi. Jepang menempati peringkat 5 untuk konversi habitat alam dan pencemaran air, dan ke 6 untuk emisi CO2.
7. India
8. Australia
Sekarang sekitar 11.5 persen dari total lahan tanah di Australia kini telah dilindungi oleh pemerintah, lahan ini adalah tempat tumbuhnya banyak pepohonan. Meskipun bertempat di padang pasir gersang Lahan ini dilindungi pemerintah demi mengendalikan tingkat konversi lahan yang mulai tak terkendali.
Australia menempati peringkat ke 7 terburuk dalam hal penggunaan lahan menjadi tempat tinggal, peringkat ke 9 untuk penggunaan pupuk, dan ke 10 untuk kehilangan hutan alam.
Setelah moratorium penangkapan ikan paus komersial pada tahun 1986, pemerintah Jepang mulai lagi dengan “penangkapan ikan paus untuk tujuan penelitian” pada tahun berikutnya, penelitian ini didokumentasikan dengan berakhirnya daging ikan paus tersebut di piring - piring Sashimi. Jepang menempati peringkat 5 untuk konversi habitat alam dan pencemaran air, dan ke 6 untuk emisi CO2.
7. India
India berada pada peringkat ke - 3 dunia untuk pencemaran air. Hal ini
terjadi sebagai dampak meningkatnya persaingan air di berbagai sektor,
termasuk pertanian, industri, domestik, minum, pembangkit energi dan
lain - lain.
Persaingan ini menyebabkan sumber daya alam berharga menjadi cepat habis. Polusi air pada negara ini juga menyebabkan penghancuran habitat satwa liar yang hidup di perairan. India menempati peringkat 8 untuk tiga bidang: Spesies terancam, penangkapan liar di laut dan emisi CO2.
Persaingan ini menyebabkan sumber daya alam berharga menjadi cepat habis. Polusi air pada negara ini juga menyebabkan penghancuran habitat satwa liar yang hidup di perairan. India menempati peringkat 8 untuk tiga bidang: Spesies terancam, penangkapan liar di laut dan emisi CO2.
8. Australia
Sekarang sekitar 11.5 persen dari total lahan tanah di Australia kini telah dilindungi oleh pemerintah, lahan ini adalah tempat tumbuhnya banyak pepohonan. Meskipun bertempat di padang pasir gersang Lahan ini dilindungi pemerintah demi mengendalikan tingkat konversi lahan yang mulai tak terkendali.
Australia menempati peringkat ke 7 terburuk dalam hal penggunaan lahan menjadi tempat tinggal, peringkat ke 9 untuk penggunaan pupuk, dan ke 10 untuk kehilangan hutan alam.
9. Rusia
Hanya kurang dari separuh penduduk Rusia memiliki yang akses terhadap air minum yang aman. Limbah kota dam kontaminasi nuklir menambah masalah besar pada sumber air utama. Rusia di posisi ke - 4 untuk pencemaran air terburuk.
Peringkat 5 terburuk pada kualitas udara emisi CO2 , kualitas udara sama buruknya dengan kualitas air. Ada lebih dari 200 kota yang sering melebihi batas polusi Rusia. Peringkat 7 untuk penangkapan liar di laut.
10. Peru
Negara Amerika Selatan ini menempati peringkat nomor 10 dari seluruh negara pencipta dampak negatif terhadap lingkungan di dunia. Dari 179 negara, Peru menempati peringkat 2 untuk penangkapan liar di laut dan peringkat ke 7 untuk penangkapan ilegal spesies yang terancam punah. Penangkapan yang berlebihan dan perdagangan spesies terlarang menjadi penyebab utamanya.
Nah pertanyaannya sampai kapan perbuatan dan perilaku buruk manusia ini akan terus berlanjut? Apakah mereka tidak peduli dengan kesehatan Bumi yang telah menjadi rumah bagi miliaran makhluk hidup?
Semoga semua kegiatan yang berhubungan dengan perusakan Bumi sudah dikurangi, atau bahkan tidak terjadi lagi. Sayangi Bumi kita, sayangi hijaunya alam kita, jangan sampai cucu anak kita kelak tidak bisa merasakan bagaimana indahnya alam bagaimana hijaunya gunung - gunung. src
ARTIKEL TERKAIT: