Sebelumnya, waktu itu aku SMA di Ambarawa, Kabupaten Semarang. Kami bersembilan orang menaiki Merbabu lewat jalur Kopeng yang dimana jalur disana harus melalui Jembatan Setan yang terkenal di Merbabu jalur Kopeng. Singkat cerita kami mulai mendaki Merbabu dengan sembilan personil, 3 perempuan dan 6 laki - laki termasuk aku laki - laki nya..hehehe.. kebetulan nih 3 cewek dan 3 cowoknya ada hubungan sebagai pacar ...wow!..rasanya tak perlu sebut nama ya, agar tak menjadi bahan ingatan yang sendu bagi kami.
Perjalanan kami dari Ambarawa menuju kaki Merbabu terbilang lancar tanpa halangan berarti,paling halangannya duit..lagi - lagi duit ya..Setelah selesai semua aturan layanan pendakian kami segera mendaki Merbabu dengan optimis tanpa rasa was - was. Sambil sesekali keluar candaan, yah maklum jiwa SMA sangat kental kami pelan menaiki tebing demi tebing di Merbabu.
Sesampai puncak kami bersembilan masih bersama memadu kegembiraan, karena itu juga pendakian kedua ku di suatu gunung.Yang pertama Merbabu dan yang kedua Merbabu..lho? Setelah cukup puas di puncak kami segera bersiap turun, tetapi pada prakteknya kami turun tak bersama lagi bersembilan karena yang 6 pasangan pacar tadi memilih turun hanya bersama pacar mereka masing - masing, khawatir kami bertiga yang tak bersama pacar akan menganggu mungkin..asem!..
Lalu kami pelan turun dan lama - lama 6 pasangan tadi terpisah di belakang karena tampaknya mereka berkesempatan untuk mencuri tempat dan suasana untuk berpacaran..gila ya...Pada akhirnya kami bertiga, aku bersama dua temanku sampai di Kopeng kembali, pos pertama jalur pendakian. Kami lama menunggu mereka ber 6 pasangan tadi turun, tetapi sampai sore hari mereka tak nampak batang hidungnya..bukan batang anunya lho..lalu kami putuskan untuk menginap di Kopeng sebelum pulang ke Ambarawa sambil menunggu kawan kami tadi turun.
Aku berpikir mereka pasti keasyikan di badan gunung memadu cinta..weks..Pagi hari kami bangun tidur tak juga ada kabar ke enam kawan kami tadi, lalu setelah berembug dan adu argumentasi, kami putuskan pulang ke Ambarawa karena kami harus masuk sekolah. Kami pikir bahwa ke 6 kawan kami telah pulang duluan meninggalkan kami di Kopeng. Apalagi waktu itu handphone belum menjadi demam seperti jaman sekarang. Maklumlah jiwa SMA tak begitu berpikir tentang keselamatan orang lain dan mengkhawatirkan teman.
Sesampai di Ambarawa setelah naik bis jelek..heheheh..sekitar 2 jam, belum lagi aku tertidur di bis mulut ternganga lagi karena capek..asem..malu kalau ingat..ya namanya lelah ya tak sadar waktu mulut terbuka lebar sambil tidur dan nafas bau kesana kemari..halah..pantas kernetnya bilang, kami naik bis, lalu penumpang sepi...wew..gara - gara aku kali?...ga tau ah..
Sampai di Ambarawa kami segera menuju kost kami masing - masing guna istirahat karena kelelahan. Malam hari aku mendapat kabar, jika 6 kawan tadi di Merbabu belum sampai di kost masing - masing. Hilang? aku langsung panik dan tak tahu hendak berbuat apa karena juga pikiran masih SMA lagi - lagi. Terpikir hendak memberi kabar ke orang utan, eh..orang tua mereka masing - masing juga tak berani takut disalahkan dengan seksama..hohoho..
Akhirnya pihak sekolah yang melakukan pencarian dengan bantuan kami sebagai petunjuk jalur Merbabu. Mulai di Pos Kopeng sampai di tengah gunung tak ada kabar dan tak ada orang yang tahu, akhirnya setelah 3 hari tak juga ketemu kami semua menyerah semoga tim SAR yang kut membantu bisa menemukan mereka, aku berpikir mereka hilang atau meninggal di Merbabu.Ya ampun mati? kompak amat 6 meninggal sama - sama...kurang kerjaan..hehehe..
Pada akhirnya orang tua ke 6 kawan tadi di beri kabar dan gegerlah se Ambarawa, karena hilangnya mereka,tentu tangis dan tawa..bukan...tangis doank terhampar, salah menyalahkan terdengar seperti yang sudah kuduga. Kami bertiga tak tahu harus bagaimana,dan menerima saat disalahkan. Singkat cerita kami bertiga dan sekolah bertanggung jawab secara moral atas hilangnya ke 6 kawan kami tadi..
Memasuki hari ke enam setelah hilangnya ke 6 kawan kami tadi, siang hari menjelang sore kami mendengar kabar bahwa ke 6 kawan kami yang hilang berada di Terminal Ambarawa!..Aku pikir kabar bohong,,,hampir tak mungkin. Akhirnya aku dan teman - temanku termasuk 2 teman yang ikut ke Merbabu tadi bergegas menuju Terminal Ambarawa. Byar...!!..kaget kami, ternyata memang ke 6 kawan kami tadi 3 cewek dan 3 cowok ada diterminal dalam keadaan kepayahan. Tanpa bersepatu ( jangan berharap tak berpakaian ya..), pakaian amburadul hampir tak karuan dan tak lagi ada tas backpacking yang mereka bawa. Keadaan fisik lemas dan hampir pingsan karena kelelahan dan kelaparan.
Akhirnya mereka di bawa kerumah sakit setempat, guna tindakan lebih lanjut dari dukun..eh dokter...Setelah 3 harian di Rumah Sakit mereka di pulangkan tetapi sebagian masih seperti orang yang hilang ingatan alias mudah mengigau dan terkesan habis bertemu sesuatu yang aneh. Singkat cerita suatu saat dari ke 6 kawan tadi bercerita bahwa saat turun Merbabu, mereka jujur memadu kasih selayaknya berpacaran anak muda ( tak perlu detail ya.. ).
Tetapi mereka tak sadar bahwa mereka telah salah mengambil jalur turun. Menurut kawan tadi mereka melewati padang Savana yang maha luas. Padahal setahu kami di Merbabu tak ada savana jika via jalur Kopeng. Mereka ber enam terus berjalan di savana tadi yang mendatar hampir tak berujung, sehingga mereka kelaparan karena kehabisan bekal. Akhirnya isi tas dan sepatu jadi solusi terakhir untuk dimakan. Menurut mereka keadaan selalu siang tak menemui malam, walau dipikiran kami, sudah 6 hari mereka tak ketahuan rimbanya berarti 6 hari pula mereka hilang. Aneh..
Setelah mereka kelelahan berjalan akhirnya mereka pingsan di savana tadi,dan akhirnya bangun - bangun sadar sudah diterminal Ambarawa tadi!..aneh menurutku. Mereka tak tahu siapa yang membawa sampai di Ambarawa. Pada suatu ketika kami ketika hendak menuju Merbabu lagi di beri wejangan oleh penjaga gunung bahwa tak boleh ada niat buruk apapun di gunung dan juga niat berpacaran melebihi batas wajar, karena alam tak akan toleran dan berdiam diri jika terusik
Bahasa penjaga gunung, penunggu gunung akan marah jika tempat tinggalnya di nodai oleh ulah kotor manusia.Tak tahu juga, mungkin hantu penunggu alam yang telah megusik kami karena hantu penunggu tadi merasa di usik dengan tindakan dan gaya berlebihan berpacaran kawan kami. Hanya sebagai pengingat bahwa jangan meremehkan dan menodai alam dengan tindakan tak terpuji kita manusia, alam akan membalasnya, walau sebagai mahluk beragama, semua itu kembali ke Tuhan sang pemilik semesta, jangan kotori barang punya Tuhan.
Mendaki gunung bertujuan untuk menikmati alam dan menyadarkan kita akan kuasa Tuhan. Jagalah alam sepenuh hati ya...Yang menjadi berlebihan ke 6 kawan yang hilang dan ketemu lagi tadi akhirnya tak mau lagi melakukan pendakian dimanapun, takut terulang lagi kejadian yang menimpa mereka. Dan kesimpulannya, mereka mendaki bukan karena alasan alam dan Tuhan sang pemilik, tetapi memenuhi hasrat berpacaran ditempat yang dianggap pas buat melancarkan kemauan tak sehat.
Don't Try!..Cintai Alam Sepenuh Hati Agar Bumi Bernafas Kembali.
ARTIKEL TERKAIT: