Misalnya nih suka meremehkan alam, sama sekali kurang persiapan, baik fisik maupun peralatan juga mental yang kurang sempurna, serta keahlian yang kurang bagus.
Sedangkan bahaya obyektif yakni yang ditimbulkan oleh alam, semisal gempa bumi, tanah longsor, debu vulkanik, hujan,banjir dll. Bahaya obyektif jelas tak bisa dihindari tetapi bisa di minimalisir akibatnya.
Tetapi kebanyakan bencana atau musibah yang menimpa sebagian besar disebabkan oleh yang subyektif, yaitu ulah manusia sendiri. Berganti tema, seputar penyakit di alam atau di gunung. Yang terkenal yaitu Mountain Sickness atau penyakit gunung yang melanda sebagian pendaki.
Biasanya penyebabnya adalah ketinggian gunung, cuaca,suhu yang tak pasti, bisa terlalu panas atau terlalu dingin, sedangkan jika panu, kadas, kurap, encok, kesemutan , pegal linu bukanlah penyakit karena gunung, tetapi karena memang pendakinya yang jarang mandi!.Sekarang penyakit gunung ada dua yang paling sering terjadi, yaitu Hypotermia dan Hypoksia.
Hypotermia penyebabnya adalah suhu tubuh yang tiba - tiba turun drastis sehingga yang mengalaminya akan berhalunisasi.
Bisa di tebak secara jelas ketika dia bicara ngelantur, sok imut..:p, mirip orang yang gila, dan tak sabar sealu ingin membuka baju ,itu berarti sudah terkena hypotermia tadi.
Jadi bagi rekan - rekannya ketika teman nya membuka baju janganlah malah di biarkan atau ditertawakan karena bisa lihat panu dll, tetapi persiapkan dia agar lekas di atur suhu tubuhnya.
Sedangkan Hypoksia karena kurangnya oksigen dalam otak sebab ketinggian. Gejalanya pusing, tidak nafsu makan ( jika makan tahu tempe..ini mah rakus..candaaa..), badan lemas, kedinginan, nafas bau..eh sesak, jantung berdebar kencang, dan cara penyembuhan yang mudah adalah korban di bawa turun lagi di ketinggian tertentu maka akan normal kembali.
Mendaki gunung itu menjadi mudah jika kita tahu persiapan luar dalam tentang pendakian dan tentang alam.
Jangan hanya untuk memburu wah dan gengsi serta biar dianggap hebat oleh orang lain, padahal bagi sesama penggiat alam bebas, pendakian gunung bisa menjadi biasa dan sekedar menyalurkan hobby jika mendaki hanya memburu kata hebat.
Maka persiapkan diri secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat - singkatnya...hayah!...kayak Bung Karno aja..persiapkan diri secara benar dan mengerti, bahkan jika merasa tak tahu tak ada salah kita bertanya pada yang tahu.
Bukankah kita menjadi pintar dalam suatu bidang karena ilmu orang lain juga? Disesuaikan dengan tujuannya, pendaki bisa di kategorikan menjadi beberapa hal :
1. Minat. ( latihan navigasi, latihan militer dan survival, membuka jalur baru ).
2. Penelitian ilmiah bidang biologi, vulkanologi, arkeologi, geologi, sosiologi, dll )
3. Amatir ( sekedar berlibur, camping, jalan - jalan,piknik,dll )
Yap marilah kita sesuaikan lagi pengertian dan tindakan kita mendaki gunung, Untuk apa?..Nah mulailah bertanya pada diri sendiri.
Yang paling utama adalah tumbuhkan rasa ingin tahu, yang akan bisa membuat kita berani menerima tantangan alam, karena rasa itu pulalah yang membuat kita penasaran dan tak kenal lelah, walau resikonya karena tak kenal lelah maka makanan di rumah ludes tak bersisa....hehehehe...
Jadilah penggiat alam bebas dan pecinta alam serta pendaki gunung yang juga benar - benar mencintai alam dan menjaga alam. Peduli alam Indonesia!
Kutipan:
Because it's there --- George Mallory, pendaki Inggris yang hilang di Everest.
Karena aku mencintai hidup --- Soe Hoek Gie, petualang Mapala UI yang meninggal di Mahameru.
Karena aku menghargai hidup --- Norman Edwin, pendaki Indonesia, meninggal di Aconcagua.
Mereka ditanya: Mengapa mendaki gunung? itu tadi jawaban mereka. Jadikan semangat ya sahabat alam. Setelah berjuang melewati rintangan dan sampai puncak tetap lah ingat Tuhan sang pemilik alam disamping kebanggaan kita berhasil sampai puncak tinggi di alam bebas. Semoga.
ARTIKEL TERKAIT: