Gunung Sebagai Penyangga Bumi

Gunung menurut fisikawan adalah suatu tempat yang menonjol di bumi yang lebih tinggi dari sekitarnya, terbentuk akibat gerakan kulit bumi. Lapisan padat kerak bumi bisa mencapai ketebalan hingga 60 kilometer. Lapisan tersebut bisa meninggi membentuk gunung - gunung dan bisa menurun menjadi dasar samudera.

Apa yang dikemukan fisikawan dapat dibenarkan, karena Allah sendiri melukiskan gunung dalam kitabNya sebagai pasak, yaitu paku atau tonggak besar (QS. An-Naba' [78] : 7). Fungsi gunung sebagai tonggak besar adalah untuk menjadi penyangga agar bumi tidak mengalami keguncangan. Dalam sejarah diceritakan, bahwa Masyarakat Arab dahulu dikenal sebagai saudagar (pedagang). Merupakan suatu kebiasan bagi mereka berdagang dengan berpindah-pindah, dari satu daerah ke daerah lain, dan kemah menjadi tempat mereka melepaskan lelah di malam hari. Untuk memasang kemah, diperlukan tali-temali dan pematok yang kuat supaya kemah tidak terbang di tiup angin.

Apa yang telah dilakukan para saudagar Arab saat musafir dengan menjadikan kayu besar sebagai pematok, seperti itulah Gunung - gunung diciptakan Allah untuk menjadi penyangga agar bumi tidak goyang. Dengan adanya gunung, maka tercipta keseimbangan dalam penciptaan bumi ini. Sangat Mahabijaksana Allah mengajak manusia untuk memperhatikan gunung sebagai tanda "tanganNya".

Dalam Al-Qur'an, surat Al-Fathir [35] ayat 27, Allah SWT menunjukkan keistimewaan gunung. Dia berfirman, "Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan dari langit (hujan), lalu Kami mengeluarkan dengannya buah-buahan yang beraneka macam warnanya. Di antara gunung-gunung (terdapat) garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat."

Ayat tersebut sangat menakjubkan dan mengandung muatan untuk direnungi oleh manusia. Sehingga, tidak salah, para fisikawan meneliti kandungan apa yang terdapat dalam bermacam-macam warna yang terdapat pada gunung. Ternyata, warna gunung yang bermacam-macam itu disebabkan perbedaan materi yang dikandung oleh bebatuannya. Jika materinya besi, maka warna dominannya adalah merah; jika materinya batubara, maka warna dominannya adalah hitam; jika materinya perunggu, maka warna gunung tersebut berwarna kehijau-hijauan.

Subhanallaah, penciptaan Allah yang indah tersebut tidak hanya sampai di situ saja. Allah dalam kalamNya juga mengkaitkan pegunungan yang beraneka macam warna tersebut dengan buah-buahan. Pepohonan yang disiram dengan air yang sama namun mampu menghasilkan buah yang berbeda, disebabkan oleh pegunungan yang beraneka ragam warna.

Disamping itu, sebab lain yang menjadikan pegunungan itu beraneka ragam warna, dikarenakan berasal dari satu materi yang sama di dalam perut bumi. Yaitu magma yang muncul di pelbagai kawasan bumi. Tapi, kemunculan magma tersebut dari kedalaman yang berbeda, maka kandungannya pun menjadi berbeda juga. Magma yang berproses dari kedalaman yang berbeda, pada akhirnya, mengkristal membentuk gunung-gunung yang beraneka ragam warna dan materinya. Itulah bukti keagungan dan kesatuan hukum Allah.

Apa hikmah yang dapat kita (masyarakat awam) tinjau dari penciptaan gunung? Jika kita bercermin, hubungan penciptaan gunung yang beraneka ragam warna dengan kehidupan kita, dapat dikatakan tidak jauh berbeda. Manusia juga pada dasarnya berasal dari materi yang sama (tanah), tapi bisa berbeda keahliannya. Bahkan, ada yang lebih menakjubkan sekali dalam ketentuan Allah, terkadang memiliki keahlian yang sama, namun rezeki yang dimilikinya berbeda. Subhanallaah, melihat sunnatullah yang telah ditetapkanNya.

Adapun hikmah lain yang dapat kita petik dari tanda "tangan" Allah yang dianalisa melalui gunung, bahwa Allah menjadikan gunung dengan menjulang tinggi ke atas sebagai rambu-rambu buat manusia yang sedang melakukan musafir atau perjalanan, baik melalui udara, lautan, maupun daratan. Untuk dapat mencapai ke puncuk gunung harus dengan mendaki, ini mengisyaratkan bahwa untuk mencapai cinta Allah juga harus dengan jalan mendaki.

Pendakian tersebut dilukiskan Allah dalam kitabNya, "Maka tidakah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apa jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang." (QS. Al-Balad [90] : 11-17).

Perjalanan yang dilukiskan Allah tersebut, pada awalnya saja mengalami kesulitan, tetapi setelah sering dilalui, maka akan terasa mudah walau banyak rintangan yang menghalang. Seperti itu juga para pendaki gunung. Awalnya mereka mengalami pelbagai kesulitan, namun jika telah terbiasa, kegiatan tersebut tidak pernah dirasa sulit, tapi malah dijadikan hobi. Ketika pendaki telah sampai di puncak gunung, keasrian bumi akan terbentang luas, sehingga akan merasa takjub, dikarenakan pemandangan yang dilihat tidak seperti pemandangan ketika berada di bawah ataupun di lereng gunung.

Begitu juga yang akan dirasakan hamba Allah yang telah mencapai klimaks atau puncak cintaNya. Kemahabesaran Allah akan semakin menancap dalam kalbunya, sehingga benar-benar melihat ciptaan Allah tanpa ada cacat sedikit pun. Mahabesar Allah, hanya dengan melukiskan gunung untuk kita renungkan, sudah mampu membuat kita takjub tak habis-habisnya. Namun, mampukah kita mengajak saudara kita untuk melihat tanda "tangan" Allah ini?

Beginilah Al Qur'an menjelaskan tentang gunung-gunung. Allah berfirman:

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak? (An Naba', 78: 6-7)

Ilmu bumi modern telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata "pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19.

Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah. Allah berfirman:

وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. (An Nahl, 16:15)

Maha Benar Allah yang Maha Agung.


Referensi :
1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur'an Jakarta.
2. Khaoruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur'an, Gema Insani Press Jakarta, Cetakan IX, September 1993.
3. M. Quraish Shihab, Dia Dimana-mana "Tangan" Tuhan Dibalik Setiap Peristiwa, Lentera Hati Jakarta, Cetakan II, Mei 2002.
4. Harun Yahya, Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur, Globalmedia Jakarta, Cetakan II, Maret 2004.
5. KotaSantri
6. Al Habib

ARTIKEL TERKAIT:

Alamat:

Labasan Pakem Sleman Yogyakarta 55582

Jam Kerja:

Senin - Kamis dari Jam 9.00 Wib to 17.00 Wib

Telepon:

0813 9147 0737

"Salam Rimba Indonesia"

Indonesia kaya akan keindahan alam dan tugas kita untuk menjaga sekaligus menikmatinya.

Kami, Para Sherpa selaku admin webblog Belantara Indonesia mengucapkan:
"Selamat menjelajah alam cantik Indonesia".

×