Keduanya telah berhasil membuktikan bahwa kaum muda Indonesia mempunyai semangat serta kemampuan dan tak kalah dengan kaum muda dari negara-negara lainnya. Walaupun kondisi cuaca kurang bersahabat karena berangin cukup kencang dan suhu mencapai minus 25 derajat Celcius. "Adik Pungkas adalah pahlawan bagi Gerakan Pramuka," ujar Azrul Azwar sambil menambahkan bahwa seluruh jajaran Gerakan Pramuka turut berduka cita dengan meninggalnya Pungkas.
Pungkas meninggal dunia dalam perjalanan turun ke camp di ketinggian 17.400 kaki. Saat 10 menit lagi menjelang camp, tiba - tiba Pungkas jatuh terduduk. Teman - temannya segera mendekati Pungkas, "Ayo, tinggal 10 menit lagi kita sampai ke camp." Pungkas bangkit dan mencoba berjalan, tetapi jatuh lagi.
Setelah diperiksa nadinya tidak ada denyutan, maka segera dilakukan pertolongan CPR ( cardiopulmonary resuscitation ), pertolongan nafas buatan. Dua kali dicoba, namun tak berhasil. Oleh tim medis yang ada, kemudian diberikan suntikan 2 dosis ephinephrin untuk mencegah cardiac arrest, namun tak berhasil juga.
Pungkas adalah salah satu anggota Tim Ekspedisi Tunas Indonesia yang diberangkatkan Gerakan Pramuka untuk mendaki Mount McKinley dalam rangka memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 100 tahun Gerakan Kepanduan Sedunia. Menurut rencana, Gerakan Pramuka akan mengirim sejumlah anggotanya yang telah berpengalaman mendaki gunung untuk mencapai puncak - puncak tertinggi di dunia mulai 2008 ini.
Sebelum memulai pendakian, para calon anggota tim telah melakukan persiapan dan latihan di berbagai tempat selama berbulan - bulan. Latihan dipimpin langsung oleh para pendaki gunung berpengalaman di Indonesia yang juga telah pernah mendaki gunung - gunung bersalju di luar negeri.
Saat ini, jenazah Pungkas sedang dievakuasi untuk diturunkan dan dibawa ke Anchorage, kota terdekat dengan Mt McKinley, sebelum diberangkatkan ke Jakarta. Pihak Kwartir Nasional Gerakan Pramuka telah menyiapkan upacara khusus untuk menyambut kepulangan almarhum Pungkas, yang disebutkan berulang kali oleh Azrul Azwar, contoh teladan anak muda Indonesia.
Apa yang menyesakkan dada ketika anak-anak muda tewas? Seolah - olah kita melihat film yang terpotong, atau adegan drama yang tak selesai. Dan hari ini kita mendengar, bahwa Pungkas Tri Baruno meninggal dunia seusai menancapkan bendera merah putih di puncak gunung tertinggi Amerika Utara, Mount McKinley, kemarin, Selasa 8 Juli. Itu bendera merah putih pertama yang berkibar disana. Dan ia baru semester satu, baru 20 tahun.
Pungkas tergabung dalam tim Kwarnas Gerakan Pramuka bersama Zulfa Ahyar dan Gusti Bayu Tresna tidak mengikuti pendakian karena berperan sebagai koordinator dan berada di Anchorage, Alaska Mereka berangkat pada 12 Juni dan direncanakan selesai 28 - 38 hari. Pungkas berhasil menyelesaikan misinya, menancapkan bendera merah putih untuk pertama kalinya di gunung yang puncaknya mencapai 20.230 kaki ( 6.193 meter ) dan merupakan center piecenya Taman nasional Denali itu. Tetapi ketika turun, cuaca memburuk dan mengurangi stamina dan kekuatannya. Ia meninggal pada ketinggian 17.400 kaki. Anak ragil dari tiga bersaudara itu orang kedua yang meninggal di gunung itu pada minggu ini, setelah seorang pria Ilinois usia 51 tahun Jumat lalu. Singkirkan dulu persoalan birokrasi administrasi bahwa Universitas Mercu Buana tempatnya kuliah di jurusan Desain Interior mengaku tidak mengetahui misinya, atau ayahnya yang baru tahu menjelang keberangkatan, seorang senior pendaki gunung bahwa mereka anak - anak muda yang kurang berpengalaman cuma baru mendaki gunung - gunung tropis dan lokal macam Gede, Salak, Galunggung eh, berani - beraninya mendaki gunung bersalju. Yang perlu kita catat adalah: di tengah - tengah berondongan pemberitaan miring tentang berbagai perilaku anak muda, yang seks bebas, yang terjerat narkoba, yang bunuh - bunuhan, masih ada juga berbagai sisi positif remaja kita: yang menang olimpiade sains, yang berani tur negeri-negeri jauh sendirian, yang berani keliling eropa dengan seribu dolar, dan yang berani menantang maut di daratan licin di Alaska itu.
Pungkas paling kanan |
Anak - anak muda memang penuh semangat, pengen mencoba yang baru, ingin menjajal batas keberanian dan stamina sendiri, menyerempet - nyerempet bahaya, yang seringkali membahayakan kesehatan bahkan nyawa sendiri, juga lingkungan dan orang - orang di sekitarnya. Ketika tujuan sudah ditancapkan, semua perhatian dan tekad difokuskan kesana, kadang - kadang tidak menghiraukan suara - suara kritis atau miring yang mencoba mengikis keberanian dan semangat mereka. Tapi itulah hidup, kita tidak tahu apa yang menimpa kita kecuali setelah kita menghadapi dan mengalaminya. Kalau kita mendengarkan semua petuah, cemas dengan rintangan, khawatir dengan bekal, perhitungan yang over, planning yang njlimet, dan akhirnya kita tidak akan pernah melangkah. Ops, jangan salah, saya tidak menganjurkan anak-anak muda menghadapi singa tanpa senjata. Yang ingin saya katakan adalah: kalau tujuan kita baik dan merasa mampu, ayo, lakukan saja. Nanti pengalaman akan mengajarkan kita, rintangan akan menempa kita dan alam menjadi sahabat dan guru yang sempurna. Soal kematian, tanpa melihat statistik pun saya yakin jauh lebih banyak orang yang meninggal di jalan - jalan daripada di puncak gunung.
Mc Kinley |
Dan Pungkas bukan yang pertama anak muda yang meninggal di gunung. Jauh sebelumnya, kita tahu ada Soe Hoek Gie yang meninggal usia 27 tahun di gunung Semeru, Yeni Siregar meninggal pada usia 19 tahun di gunung Lawu Februari lalu, atau bahkan Nurdiantio yang baru 16 tahun di Ciremai. Dan di puncak bersalju, kita telah kehilangan Norman Edwin ( 37 ) dan Didiek Samsyu ( 27 ) di Aconcagua Maret 1992 lalu. Tetapi jangan karena mereka meninggal lantas kita mundur. Yang perlu dicatat ke depan adalah persiapan kalau kita hendak mendaki gunung. Bagaimanapun, itu bukan lingkungan yang setiap hari kita arungi dan tidak ada halte di setiap perempatan. Pungkas sudah pungkas misinya. “Film”-nya terpotong sebagian, tapi pada bagian yang tidak terlalu buruk: merah putih berkibar di sana. Tidak perlu ada in Memoriam gunung, Bahkan bila Pungkas tidak berhasil menancapkan bendera, ia tetap menyalakan pertanda: bahwa batas kemampuan manusia adalah ketika ia menghadapi rintangan, bukan menghindarinya.Pungkas Tri Baruno, mahasiswa Universitas Mercu Buana angkatan 2007 yang tewas saat menuruni gunung McKinley, Alaska, merupakan anggota Pandega Pramuka Indonesia yang berangkat dalam kegiatan pendakian.
Pungkas lahir di Jakarta pada 11 April 1988, dengan tinggi dan berat badan 170 cm / 60 kg. Dia tinggal di Jalan Teratai II / 27 Larangan Indah - Larangan, Ciledug.
Berikut pengalaman kegiatan Pungkas,
2000 Jambore Daerah DKI Jakarta 2000
2002 Ekspedisi Gunung Salak
2003 Ekspedisi Gunung Galunggung
2004 Ekspedisi Gunung Gede
2005 Panitia BTS SMAN 90 Jakarta
Pengalaman Organisasi
2004-2005 Wakil Ketua remaja Prabu
Aktif Anggota Penegak Gerakan Pramuka Indonesia
Aktif Anggota Bicycle Club ( Bike to Campus )
Selamat jalan, Pungkas, kami bangga padamu.
ARTIKEL TERKAIT: